Manusia tetaplah makhluk Allah yang memiliki keterbatasan dalam proses menjalani kehidupan, terlebih dalam rumah tangga akan selalu ada riak-riak gelombang yang dihadapi. Maka, keimanan adalah satu-satunya kekuatan untuk menata masa depan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Semua orang pasti punya mimpi dan cita-cita, jika suatu saat nanti akan menjadi orang yang sukses, bahagia bersama keluarga. Tentu, mewujudkan asa itu tidaklah mudah, semua harus diraih dengan keringat, air mata, dan pengorbanan, dalam setiap proses menjalani mahligai rumah tangganya.
Sosok sahabat yang kukenal. Mereka adalah sepasang suami istri yang telah menikah kurang lebih selama 9 tahun. Suami yang cenderung memiliki karakter pendiam, ringan tangan, dan optimis dalam melihat berbagai keadaan. Sedangkan sang istri memiliki karakter sebaliknya, ia cenderung emosional, suka bicara dan mengatur semua urusan rumah tangganya sesuai yang diinginkan. Tetapi, walaupun dengan karakter seperti itu, sahabatku tetaplah seorang yang sabar, ceria, dan siap menolong siapa pun yang membutuhkannya.
Setelah menikah, mereka tinggal di rumah orang tua sang suami, tetapi karena tuntutan pekerjaan suami sebagai guru, membuat mereka harus pindah rumah yang lebih dekat dengan lokasi sekolah tempat Pak Ikhsan mengajar. Jadilah mereka mulai hidup sebagai kontraktor alias pengontrak rumah setiap tahun. Bu Nila, begitu aku menyapanya, adalah seorang ibu rumah tangga lulusan sekolah kebidanan di kota Jakarta. Karena kondisi dan keadaan setahun setelah menikah langsung diamanahi seorang anak, ia tidak melanjutkan profesinya sebagai bidan di sebuah klinik saat itu.
Kebahagiaan keluarga sahabatku ini lengkap sudah, mereka kini dikaruniai empat orang anak. 3 laki-laki dan 1 perempuan. Jarak anak satu dengan lainnya hanya selisih usia 2 tahunan. Anak yang paling besar berusia 8 tahun, kemudian 7 tahun, 6 tahun dan yang paling kecil baru berusia 2 tahun.
Sejak aku mengenal mereka, banyak sudah kisah yang mereka lalui. Bagi kami, saling curhat dan berbagi cerita satu sama lain adalah hal yang baik, sebatas kami masih menjaga adab-adab privasi masing-masing rumah tangga kami. Berharap dengan curhat yang sifatnya diskusi bisa mencari jalan solusi setiap masalah rumah tangga yang dihadapi. Apakah itu terkait masalah anak-anak, pekerjaan domestik, mengatur waktu ataupun cara bersikap kepada suami.
Pak Ikhsan adalah seorang guru SMP Islam di kota Bogor. Beliau menghidupi istri dan keempat anaknya dengan gaji yang didapat setiap bulan dari profesi gurunya. Cukup atau tidak cukup, itulah income yang harus mereka kelola dalam rumah tangganya. Pak Ikhsan selalu memberikan seluruh gajinya kepada sang istri. Sehingga membuat Bu Nila harus pintar-pintar mengelola keuangan rumah tangga mereka.
Catatan Bu Nila setiap bulan selalu siap di buku pintarnya. Berbagai kebutuhan dan pengeluaran yang harus dikeluarkan mulai dicatat satu persatu. Mulai dari menyisihkan uang kontrakan, biaya belanja dapur, biaya sekolah, biaya kebutuhan anak-anak seperti susu, pampers, makanan bayi, dan jajan hariannya. Jika saja Bu Nila bukan wanita tangguh, pasti semua urusan rumah tangga ini akan membuatnya stres, karena butuh kesabaran dan ketegaran tingkat tinggi untuk bisa berdamai dengan keadaan.
Dengan kepribadian yang dimilikinya, Bu Nila selalu membawa kehangatan dalam rumah tangganya. Walau terkadang kesulitan ekonomi membuat dirinya meradang, kesabarannya untuk diuji, bahkan sesekali memengaruhi sikapnya yang terkadang menjadi cepat marah kepada anak-anaknya, tetapi Pak Ikhsan selalu ada di sampingnya membantu setiap kesulitan yang dihadapi sang istri, bahkan tidak segan-segan ikut terjun langsung melakukan pekerjaan domestik demi meringankan beban sang istri. Beliau memaklumi kondisi sang istri yang lelah mengurus keempat anaknya, membersihkan rumah, dan membantu mencari tambahan penghasilan dengan berjualan berbagai macam makanan yang bisa dilakukannya.
Rutinitas Pak Ikhsan sebagai seorang guru dimulai dari pagi hingga sore hari. Mengajar di sekolah full day school mengharuskan beliau menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik setiap harinya. Ditambah posisinya sebagai wakil kepala sekolah terkadang harus membawa pekerjaannya ke rumah, karena pentingnya membuat jadwal dan laporan-laporan yang harus segera diselesaikan.
Menjalani intensitas pekerjaan Pak Ikhsan dan Bu Nila yang tinggi, sering kali muncul perasaan lelah, stres, dan tekanan atas beban ekonomi yang mereka hadapi. Mencoba untuk bersabar dan menerima kondisi yang mereka jalani saat ini dengan hati yang lapang. Jika bukan karena keimanan, mereka berdua akan menghadapi seluruh masalah rumah tangganya dengan perasaan dan emosional yang selalu tertantang. Namun, mereka berdua adalah sepasang suami istri yang selalu yakin, bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong. Setiap rezeki yang telah diatur bagi mereka telah Allah siapkan, sehingga mereka tidak khawatir apa yang akan terjadi di kemudian hari. Mereka hanya berharap hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Sebagai suami dan ayah dari anak-ananya, Pak Ikhsan menyadari bahwa sudah menjadi tanggung jawab dirinya sebagai kepala rumah tangga dalam mencari nafkah, menjadi imam, dan menjadi pendidik istri serta anak-anaknya di rumah. Dengan kesabaran dan kebijakannya, beliau menghadapi kondisi rumah tangganya dengan baik. Ia berusaha membagi waktunya sebagai anak untuk orang tuanya, sebagai pencari nafkah, sebagai suami, dan ayah anak-anaknya sekaligus, sesuai harapan keluarga. Akan tetapi, manusia tetaplah makhluk Allah yang memiliki keterbatasan dalam proses menjalani kehidupan, terlebih dalam rumah tangga akan selalu ada riak-riak gelombang yang dihadapi. Maka, keimanan adalah satu-satunya kekuatan yang mereka miliki untuk menata masa depan keluarga yang mereka impikan, yaitu keluarga sakinah mawaddah warahmah. Keyakinan kuat yang mereka tanamkan dalam hati adalah solusi dan obat yang senantiasa Allah janjikan bagi para pejuang nafkah di jalan-Nya.
Teringat pada hadis Rasulullah tentang tugas pemimpin dalam keluarga. Diketahui Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda dalam HR. Bukhari:
كلكم رَاعٍ، وكلكم مسؤول عن رَعِيَّتِهِ: والأمير رَاعٍ، والرجل رَاعٍ على أهل بيته
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, dan imam adalah pemimpin dan orang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan wanita adalah penanggung jawab atas rumah suami dan anaknya. Dan, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
Dalam hadis tersebut diperlihatkan bagaimana seorang suami dan istri merupakan pemimpin bagi keluarganya. Suami bertanggung jawab atas seluruh keluarganya, sementara istri bertanggung jawab atas harta suami dan anaknya. Wallahu a’lam bishawab.[]
Masyaallah Tabarakallah ..
Semangat wahai para pejuang nafkah❤️
Semangat
Karakter suami yang percaya kepada istri, ringan tangan dan bertanggung jawab sangat didamba oleh seorang istri, MasyaAllah.
MasyaAllah benar mbak saling melengkapi
Keimanan adalah fondasi utama. Komunikasi dan kerja sama yang baik dalam membangun rumah tangga juga harus dijaga dengan baik.
Benar mbak Setuju sekali
Masyaallah, betul ya mbak, meski dalam perjalanan kehidupan keluarga pasti ada riak-riak yang datang, tapi keimanan gak boleh hilang. Barakallah ...
Kunci kesuksesan dunia akhirat adalah keimanan