Menunda-nunda kebaikan sama saja kita menumpuk kemalasan. Semakin kita menunda, semakin berat beban suatu amalan. Sehingga kita akan semakin sulit bangkit dari jebakannya. Dan yang akan kita dapati adalah penyesalan yang tiada berkesudahan.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pernahkah menemui seseorang yang jika diajak kepada kebaikan ia akan mengatakan "nanti saja” atau "sebentar lagi", padahal dia punya kemampuan dan kesempatan untuk melakukannya pada saat itu juga? Atau, jangan-jangan seseorang itu adalah kita? Yang masih menjaga dan menggemari kebiasaan menunda-nunda amal, yang tak jarang berakhir dengan gagal dikerjakan.
Para ulama mengatakan bahwa, ucapan “nanti sajalah” atau dalam bahasa Arab disebut taswif adalah senjata setan untuk memalingkan manusia dari kebaikan. Ia merupakan tentara-tentara setan untuk menjebak manusia dalam rasa malas dan enggan, sehingga suka menunda-nunda amal yang seharusnya dilakukan. Bahkan seringnya penundaan ini berlanjut menjadi pembatalan, akibatnya, amalan tersebut gagal dan tidak jadi dilaksanakan. Dengan kata lain gemar thulul amal, berangan-angan tanpa realisasi.
Imam Ibnul Qayyim rahimakumullah mengatakan dalam kitabnya Madarijus Salikin, 1/456, cetakan Darul Kutub Al ‘Arobi, bahwa menunda-nunda amal adalah dasar dari harta orang-orang yang bangkrut. “Hanya berangan-angan tanpa diiringi dengan realisasi, itu adalah dasar dari kekayaan orang-orang yang bangkrut.”
Memang benar, di dalam Islam berbuat kebaikan bahkan sebelum dilakukan, sudah dicatat sebuah kebaikan dan mendapat pahala. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadis qudsi, dari Abu Hurairah riwayat Bukhari no. 6491 dan Muslim no. 130,
“Sesungguhnya Allah menulis berbagai keburukan dan kebaikan kemudian Dia menjelaskannya. Siapa saja yang bertekad melakukan kebaikan lalu tidak bisa tertunaikan, maka Allah tulis baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bertekad kemudian bisa ia penuhi dengan menunaikannya, maka Allah menuliskan 10 kebaikan hingga 700 kali lipatnya sampai lipatan yang banyak untuknya.”
Hadis ini menunjukkan betapa Allah Maha Pemurah. Namun, bukan berarti kita bisa merasa tenang dan nyaman, karena toh baru niat saja dapat pahala, dan tidak ada azam untuk melaksanakan apa yang kita niatkan. Contoh kita sebagai penulis, terkadang ada niat kita ingin menyelesaikan ide yang terlintas di kepala menjadi sebuah tulisan. Namun, kadang karena kebiasaan yang hobi menunda-nunda akhirnya ide tinggallah ide, atau mungkin sampai pada penulisan judul saja kemudian mangkrak.
Allah dan Rasul-Nya sangat membenci sikap taswif ini, karena orang yang suka menunda-nunda pekerjaan adalah orang yang menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Padahal waktu tak akan berulang. Mungkin kata-kata ini harus terus kita ulang-ulang di kepala kita, sehingga ketika malas itu datang kita akan bersegera bangkit dan melaksanakan. Sebagai seorang yang beriman, bukankah kita telah diingatkan oleh Allah dalam firman-Nya surah Ali-Imran ayat 133,
"Bersegeralah kamu pada ampunan Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi."
Jika memang pada saat yang sama ada kesibukan lain yang merupakan kebaikan juga, maka sungguh adalah keberuntungan hari-hari kita disibukkan dengan kebaikan. Karena tidaklah mungkin berkumpul dua hal dalam diri seseorang antara kebaikan dan keburukan melainkan akan saling mengalahkan. Maka, jika kita tidak menyibukkan diri kita dengan kebaikan, keburukan akan mengambil alih dan mendominasi waktu dan diri kita.
Jika memang ada beberapa hal kebaikan yang harus dilakukan pada waktu yang bersamaan, maka kita bisa membuat urutan sekala prioritas, dengan mengatur waktu sehingga bisa kita laksanakan satu persatu tanpa ada yang harus ditunda. Namun, bagaimana jika masih ada waktu luang untuk kita hadir dalam kajian ilmu, menghafal Al-Qur'an, atau ketaatan yang lain lalu kita menundanya, maka ini jelas merupakan aset orang-orang yang bangkrut, sehingga kerugian dan hanya kerugian yang terus ia peroleh.
Sungguh hidup hanya terbagi menjadi tiga, yaitu hidup pada hari kemarin yang telah pergi, yang telah menjadi sejarah dan hanya menyisakan sesal untuk diratapi. Kemudian hari esok masih berupa harapan yang bahkan belum pasti akankah ia akan bertandang ataukah kita mempunyai kesempatan menemuinya. Dan waktu sekarang yang merupakan sebuah kenyataan, yang baik atau buruknya haruslah tetap dihadapi dengan cara yang terbaik, untuk menebus penyesalan kemarin dan menyongsong esok hari.
Hidup memang penuh rintangan. Bagi orang yang ingin hijrah, ingin sukses dunia akhirat tantangan akan selalu ada, selama napas masih di kandung badan. Dan rintangan yang paling berat bagi siapa pun adalah rasa malas. Maka, mengalahkannya merupakan sebuah perjuangan dan tantangan tersendiri. Adalah pilihan kita mau menyerah padanya dengan terus menunda-nunda kebaikan hingga terlupakan, ataukah mengerahkan sekuat tenaga untuk melawannya hingga Allah memenangkan kita atas hawa nafsu kita.
Menunda-nunda kebaikan sama saja kita menumpuk kemalasan. Semakin kita menunda, semakin berat beban suatu amalan. Sehingga kita akan semakin sulit bangkit dari jebakannya, hingga akhirnya menyerah kalah pada kemalasan itu sendiri. Dan yang akan kita dapati adalah penyesalan yang tiada berkesudahan. Mungkin jika penyesalan itu hanya urusan dunia, maka setelah mati kita pun melupakannya. Namun, bagaimana jika penyesalan terhadap urusan akhirat yang selalu kita tunda, sehingga kita menjadi orang yang bangkrut ketika sampai di akhirat? Maka, ini adalah penyesalan abadi yang tak tertolong lagi.
Wahai diri, apa yang kau pikirkan tentang dirimu, apakah ada jaminan untukmu masih hidup pada hari esok, hingga kau bangga dengan kemalasanmu? Wahai hamba, apa yang membuatmu yakin ajal menunggumu menjadi taat, sedang ia terus mengintaimu setiap saat? Maka tinggalkanlah kesombonganmu dengan hobi menunda-nunda amal. Mumpung masih di dunia kerjakan amal sebanyak-banyaknya dan bersegera. Karena di akhirat tak akan ada lagi amal, yang ada hanyalah tangisan pilu karena sesal. Wallahu a'lam bishawab.
Benar, jangan ditunda .. bersegeralah, wahai diri..
Jazaakillah Khair nasehatnya ❤️
Maasyaa Allah. Nasehat yang sangat menyentuh. Mengingatkan agar kita tidak lalai dan menunda-nunda suatu aktivitas. Barakallah
MasyaAllah, tulisan ini menjadi pengingat yang baik khususnya untuk saya. Barakallahu fiikunna kepada penulis dan tim NP
Reminder buat saya agar bersegera dalam ketaatan. Tidak menunda dan membuang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Jazaakillah khoiron katsiron
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang suka menunda-nunda berbuat kebaikan.
Masyaallah, ini adalah problem banyak manusia yakni suka menunda, mengulur waktu. Ya Allah, semoga kita dihindarkan dari aktivitas menunda-nunda kebaikan.
Masyaallah tabarakallah nasehat yang bijak sekaligus membangunkanku dari tidur panjang agar segera bangkit tunaikan amanah. Karena kita tdk tahu. Apakah esok masih ada waktu utk menulis dan berbuat baik lainnya.????
semoga Allah Swt memudahkan kita semua untuk berbuat taat..
Menunda sesuatu akan mengambil jatah waktu. Padahal waktu bagaikan pedang.