Sistem sekularisme telah membuat negara mandul dari sisi hukum. Negara hanya menindaklanjuti kasus-kasus viral. Buktinya, perundungan di kalangan dokter sudah terjadi puluhan tahu. Namun hanya instruksi pencegahan, itu pun baru sekarang dikeluarkan.
Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sobat, kamu pastinya tidak asing 'kan, dengan berita perundungan di sekolah? Kali ini perundungan justru terjadi di dunia kesehatan, yang menimpa dokter umum, dan khususnya peserta didik dokter spesialis. Mirisnya, perundungan ini dilakukan oleh dokter senior, Sob! Lebih mengejutkan lagi, hal ini sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Astagfirullah, bisa-bisanya sikap premanisme ini berlangsung di rumah sakit ya, Sob. Karena masalah ini, akhirnya Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin telah mengeluarkan instruksi tentang pencegahan perundungan terhadap peserta didik di Rumah Sakit Pendidikan di lingkungan Kemenkes. Hal ini dilakukan demi mengakhiri praktik perundungan yang terjadi pada Peserta Pendidikan Kedokteran Spesialis (PPDS).
Dikutip dari Viva.co.id (20/7/2023), keputusan Menkes Budi diduga kuat akibat video viral yang tersebar luas di media sosial baru-baru ini, tentang tindak kekerasan yang dilakukan oleh dokter senior kepada dokter PPDS di salah satu rumah sakit Kemenkes. Setelah dilakukan penyelidikan, korban mengalami stres karena mendapatkan tekanan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan kedokteran. “Kami mulai memanggil dokter-dokter spesialis di lingkungan rumah sakit Kemenkes, dan kami menemukan bahwa praktik perundungan sudah terjadi puluhan tahun,” sebut Menkes Budi saat konferensi pers di gedung Kemenkes di Jakarta, pada Kamis (20 Juli 2023).
Ini membuktikan bahwa perundungan tidak hanya terjadi di dunia sekolah saja, Sob, tetapi juga di rumah sakit. Tentu, kabar ini telah mencoreng peran mulia dokter di mata masyarakat. Dokter yang sudah dianggap pahlawan oleh umat, ternyata bisa jadi preman bagi sesamanya. Walah, kira-kira apa, ya, penyebabnya? Kok bisa budaya premanisme hadir di rumah sakit?
Karakter dan Etika
Berbicara tentang karakter dan etika, penulis ingat salah seorang dosen penulis pernah menerangkan bahwa karakter manusia itu sulit diubah, ia adalah perilaku mendalam manusia yang telah tertanam di jiwa seseorang. Misalnya, orang Batak yang ambisius dan pantang menyerah, orang Melayu dengan karakter lemah lembut, dan orang Aceh dengan karakternya yang keras dan tegas.
Sedangkan untuk etika, dosen penulis mengatakan bahwa etika dipengaruhi oleh agama, juga nilai-nilai luhur di tengah masyarakat. Jika seseorang terbiasa tegas dan keras, bukan berarti dia beretika buruk. Sebaliknya, jika seseorang biasanya berbicara lemah dan sopan, bukan berarti sikap lemah lembut itu menghalangi dia beretika buruk.
Sebagai contoh, ada orang yang wataknya keras, tegas, dan berbicara dengan nada tinggi seolah marah-marah, tetapi ternyata dia baik. Sebaliknya, ada juga yang biasanya sopan dan lemah lembut tutur bahasanya, tetapi ternyata dia pembunuh berantai. Seperti sosok Vedy Idham atau yang lebih dikenal khalayak dengan nama Ryan Jombang. Ia adalah seorang pembunuh berantai yang telah membunuh 11 nyawa di tahun 2008. Siapa sangka, Ryan justru dikenal warga setempat sebagai pribadi sopan, ramah, dan lemah lembut.
Ini membuktikan bahwa etika seseorang tidak dipengaruhi oleh tampilan sehari-hari, status, atau jabatan. Namun, ia buah dari pemikiran dan konsep hidup yang menjadi landasan hidup seseorang. Tentu, hal ini tidak lepas dari paham sekularisme yang diadopsi negara untuk mengatur kehidupan kita saat ini. Ide pemisahan agama dari kehidupan ini telah memenjarakan agama di ranah pribadi berupa ibadah ritual saja. Walhasil, agama tidak lagi mengatur kehidupan manusia yang kompleks. Dari sinilah lahir pribadi-pribadi yang memiliki masalah moralitas, berperilaku anarkis, melakukan perundungan, begal, hingga membunuh.
Buah Sekularisme
Orang-orang berpikir, tidak apa-apa hidup tanpa aturan agama, etika bisa dibentuk dengan kebiasaan dan pendidikan yang ditempuh. Semakin tinggi sekolahnya, maka semakin bagus akhlaknya. Karenanya, orang-orang berlomba menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi hingga ke level dokter, biar kelak menjadi pribadi yang berguna bagi umat.
Sayangnya, etika tidak ditentukan oleh jenjang pendidikan, Sob, tanpa adanya peran agama di balik pendidikan itu sendiri. Pelaku korupsi misalnya, apa mereka kurang terdidik di sekolah? Jelas, problem moral ini lahir dari masalah berantai, mulai dari gangguan psikologis, masalah sosial, ekonomi, hingga sistem sanksi. Semua membutuhkan agama untuk mengaturnya, agar hidup manusia terarah dan sesuai fitrah. Jadi, siapa bilang kehidupan ini tidak butuh agama?
Kita bisa melihat banyak fakta, penerapan ide sekularisme telah membawa berbagai kerusakan bagi seluruh umat manusia, terutama moral generasi. Karena ideologi ini antiagama, maka ide-ide kebebasan menjadi sesuatu yang sangat diagungkan. Ukuran kesuksesan bagi kaum sekuler diukur dengan nilai-nilai nisbi berupa kepemilikan terhadap materi, barang-barang, juga kekuasaan, walaupun hal itu didapat dengan cara menindas orang lain. Karena dalam sistem sekuler, siapa yang berkuasa dia yang menang.
Hal ini didukung pula oleh sistem pendidikan ala sekularisme, Sob. Coba deh, perhatikan kurikulum pendidikan di sekolah dan kampus-kampus hari ini! Hanya mengedepankan nilai-nilai materialistis, ukuran keberhasilan hanya dilihat dari segi angka, kompetisi, dan serapan tenaga kerja. Sedangkan upaya pembentukan karakter generasi yang bertakwa malah diacuhkan, pendidikan akidah menjadi urusan pribadi masing-masing. Ya, wajar pendidikan hanya menghasilkan generasi yang pintar secara akademis, tetapi miskin moral, sehingga rentan berperilaku anarkis.
Ditambah lagi, sistem sekularisme telah membuat negara mandul dari sisi hukum, Sob! Negara hanya menindaklanjuti kasus-kasus viral. Buktinya, perundungan di kalangan dokter sudah terjadi puluhan tahun, instruksi pencegahan baru sekarang dikeluarkan.
Lalu, apakah intruksi pencegahan cukup? Tentu saja, tidak Sob! Kita butuh sistem pendidikan yang didukung oleh kultur masyarakat yang islami untuk membersihkan tindakan premanisme di tengah masyarakat. Mengembalikan peran agama dalam kurikulum pendidikan dan kehidupan sosial, hukum, serta pemerintahan. Barulah sistem sanksi bisa ditegakkan.
Dalam Islam, siapa pun warga negara yang melakukan keonaran dia medapatkan sanksi takzir, jika mereka melakukan penganiayaan, bahkan pembunuhan mereka akan mendapatkan sanksi kisas. Negara tidak boleh pilih kasih dalam menegakkan hukum, apa pun jabatan si pelaku. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim,
"Sesungguhnya yang telah membinasakan umat sebelum kalian adalah jika ada orang terhormat dan mulia di antara mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya. Sebaliknya jika orang rendahan yang mencuri, mereka tegakkan hukuman terhadapnya. Demi Allah, bahkan seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya!”
Butuh Khilafah!
Pertanyaannya, bisakah kultur masyarakat islami ini ditegakkan dalam sistem sekuler? Tentu saja tidak, Sob! Masyarakat Islam adalah masyarakat yang mempunyai komitmen dalam amar makruf dan nahi mungkar, sementara rezim hari ini tidak mendukung aktivitas dakwah Islam kaffah. Generasi hari ini terpapar oleh budaya liberalisme dan mengalami kritis moral, sementara sistem pendidikan gagal menghasilkan pribadi yang bertakwa. Celakanya lagi, negara justru mempersekusi jemaah dan hamlud dakwahnya yang melakukan aktivitas dakwah Islam kaffah.
Oleh sebab itu, kita butuh sistem pemerintahan yang mendukung terbentuknya masyarakat islami, Sob! Sistem itu tidak lain adalah sistem pemerintahan ala Khilafah Islamiah. Dari aspek keluarga Islam memerintahkan orang tua mengedukasikan anak dengan akidah Islam, sedangkan negara dengan segala perangkatnya akan menerapkan sistem pendidikan Islam, yang berintegritasi dengan sistem sosial dan pergaulan di tengah masyarakat. Sanksi yang ditetapkan dalam Islam pun wajib memberi efek jera dan pencegah bagi yang belum melakukannya. Hal ini akan menutup celah bagi siapa pun untuk melakukan tindakan kejahatan, keonaran, dan maksiat lainnya. Seperti inilah Islam menjaga generasi dengan metode yang sangat komprehensif. Menyelesaikan masalah sampai ke akar.
Karena itu, Sob, kehadiran Khilafah Islamiah menjadi hal yang paling urgen bin genting untuk segera ditegakkan dalam kehidupan umat. Perjuangan ini, wajib melibatkan semua pihak, baik itu tokoh umat, masyarakat, termasuk generasi muda. Kita tidak boleh menganggap perjuangan dakwah hanya tugas sekelompok umat saja. Karena apa pun problematika yang umat hadapi hari ini, Allah dan Rasul-Nya mewajibkan kita untuk peduli dan tidak boleh menutup mata. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan Al-Hakim dan Baihaqi,
“... dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya, maka dia bukan golongan mereka.”
Wallahu a'lam bishawab!
Baru tahu kalau perundungan bisa menimpa di dunia kedokteran. Mungkin inilah salah satu penyebab dokter stres dan berimbas kepada layanan masyarakat juga.
Kecerdasan akal yang tidak dibarengi dengan kecerdasan spiritual akan membahayakan manusia.
Miris ya. Pendidikan berbasis kapitalisme memang rawan masalah. Sebab, dalam ranah pendidikan, agama ditiadakan. Hasilnya ya ... pendidikan bisa sampai setinggi langit, tapi akhlak merosot sangat rendah.
Sangat tidak habis pikir perundungan yang terus terjadi di dunia pendidikan bahkan menyasar dunia kedokteran. Dampak dari sistem sekularisme ini benar2 merusak akal sehat dan minesnya nilai kemanusian. Sistem buruk ini harus segera diakhiri dg menggencarkan dakwah Islam Kaffah ke tengah umat. Dakwah yg membangkitkan pemikiran umat agar bangkit dan hijrah ke sistem yg sahih lagi diridai Allah.
jika pendidikan kita berbasiskan kurikulum Islam, tentunya tidak akan terjadi kasus bully yang marak di negeri ini..
Perundungan di kalangan orang-orang terpelajar membuat miris. Sistem membuat manusia jauh dari aturan Allah Swt.