Prioritas Amal

Prioritas amal/narasipost

Memang, hidup di dunia Kapitalis ini sulit untuk menghidari dari perilaku maksiat. Sejatinya, sistemlah yang membuat manusia terkungkung dalam kenistaan, cinta dunia serta gila harta. Pemikiran bahwa sengampang masih muda, jangan pernah disia-siakan, menjadi senjata andalan.

Oleh : Nadiya R

NarasiPost.Com-Jalan-jalan ke mall, nongkrong di cafe, liburan ke luar kota adalah beberapa  aktivitas yang biasa dilakukan anak muda zaman now untuk  mengisi waktu luang. Belum lagi kegiatan

Tak hanya remaja. Orang dewasa pun ternyata melakukan hal yang sama. Bahkan, tak jarang mereka   keluar karena ikut-ikutan. Tetangga ke mall, mereka ikut pergi ke mall.  Padahal, kalau dipikir beberapa kali, kegiatan-kegiatan tadi sedikit sekali membawa efek bagi kehidupan, atau bahkan tak memberi efek positif.

Mengapa begitu? Bukankah pergi berlibur atau jalan-jalan ke mall, serta berbagai hiburan yang lain tersebut akan membuat seseorang senang? Ia tidak harus memikirkan sekolah dengan berbagai tugas yang memberatkan, atau beban hidup yang semakin meningkat.

Pernyataan ini mungkin harus sedikit direvisi? Benar, terkadang, melakukan berbagai kesenangan tersebut bisa menghilangkan beban pikiran, merefresh kembali badan yang seolah tak kuat dengan beban hidup dan masalah yang terlalu banyak.

Namun, kalau setiap saat, setiap waktu hanya digunakan untuk bersenang-senang, bagaimana seseorang bisa menjalankan semua kewajiban? Padahal, aktivitas seseorang dikatakan berbuah atau tidak sia-sia jika memiliki tujuan yang jelas.

Sebagai seorang muslim, tujuan itu harus disandarkan pada aqidah, demikian juga dengan cara merealisasikannya.

Tugas seorang muslim memang tidak sedikit. Namun, ketika dilakukan dengan ikhlas, semata mencari rido Allah, maka segalanya akan menjadi ringan. Karena itu, seorang muslim harus memikirkan dulu, apa yang menjadi tujuannya serta bagaimana cara merealisasikan. Selain itu, ia harus bisa menentukan skala prioritas agar semua amala saleh bisa dilakukan tanpa ada yang tertinggal.

Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk kebangkitan umat. Di antaranya, bagaimana membangkitkan semangat juang umat,  memikirkan strategi dalam berdakwah, menambah bekal menuju akhirat dan sebagainya. Bagaimanapun,  kita tidak tahu, kapan nyawa akan diambil Sang Kuasa.

Sebagai muslim, seharusnya kita mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat. Rasulullah adalah teladan yang baik. Beliau dan para sahabat haus sekali akan ilmu. Mereka senantiasa mempersiapkan diri menghadap Ilahi, padahal sudah ada jaminan masuk surga. Mereka juga berjuang di jalan-Nya.

Mereka memahami, bahwa dunia ini fana, hanya tempat singgah semata. Mereka bukan seorang yang gila harta dan cinta dunia, benar-benar memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan menghindar dari kemaksiatan.

Memang, hidup di dunia Kapitalis ini sulit untuk menghidari dari perilaku maksiat. Sejatinya, sistemlah yang membuat manusia terkungkung dalam kenistaan, cinta dunia serta gila harta. Pemikiran bahwa sengampang masih muda, jangan pernah disia-siakan, menjadi senjata andalan.

Miris. Harusnya generasi muda menjadi agen perubahan untuk mewujudkan peradaban Islam.

Maka bersyukurlah, jika kita dilahirkan dan dididik untuk jadi pembela agama Allah! Bersyukurlah jika tak terhanyut dalam budaya Kapitalisme-Sekuler yang memisahkan agama dari sebuah kehidupan. Teruslah memprioritaskan kebaikan, mencari ilmu dan dakwah di jalan Allah, menjadi pembawa perubahan bagi umat, agar kembali sadar terhadap tujuan dan prioritas amal sehingga bisa meraih kesuksesan dunia dan akhirat.

Wallahu a'lam bissawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Nadiya R Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Refleksi Hari Ibu: Negara Gagal Muliakan Kaum Ibu
Next
Senandung Hijrah (Eps.2)
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram