Kebangkitan Hakiki Bilakah Terjadi?

"Kita harus menyadari dan paham bahwa sistem yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang selama ini dipakai adalah sistem yang batil alias cacat. Jika sistem ini diteruskan, maka cepat atau lambat hanya akan berujung pada kerusakan, bahkan kehancuran baik fisik, mental, maupun akidah umat."

Oleh. Erdiya Indrarini
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pemerhati Publik)

NarasiPost.Com-Sobat, tahukah 20 Mei tahun ini peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke berapa? Hmm, yang pasti, sudah ke sekian dasawarsa bukan? Tapi kok belum bangkit juga, ya, Sob? Berbagai krisis masih melanda negeri. Utang negara kian menggunung, biaya pendidikan semakin tak terjangkau, hukum yang ada pun letoi. Duh, salahnya di mana, Sob?

Ngomong-ngomong tentang kebangkitan bangsa nih, Sob. Lestari Moerdijad selaku Wakil Ketua MPR RI menyerukan agar Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) menjadi momentum untuk bangkit mewujudkan Indonesia lebih baik. Dia bilang bahwa generasi muda harus didorong dengan berbagai cara agar semangat untuk bangkit membangun tanah air. Juga berupaya mengisi kemerdekaan dalam proses pembangunan di sejumlah sektor. Hal itu ia sampaikan saat menyambut Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei. (detikNews, 19/5/2023).

Latar Belakang Hari Kebangkitan Nasional

Sebelumnya, Sob. Kawula muda harus tahu dulu nih, bagaimana sejarah munculnya Harkitnas. Dilansir dari wikipedia.org, ide kebangkitan nasional Indonesia bermula dari kesadaran pemikiran kaum intelek muda di awal abad 19. Ada 2 faktor, Sob, yang mendorong para intelek muda itu memperjuangkan kebangkitan.
Pertama, adanya penjajahan yang membuat rakyat menderita berkepanjangan.
Kedua, terkenang kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau kejayaan Majapahit.
Ketiga, lahirnya para intelektual muda yang terpanggil untuk memimpin gerakan kebangkitan.

Selain itu, Sob, ada faktor eksternal yang mendorong kawula muda melakukan gerakan kebangkitan.
Pertama, munculnya paham-paham bahaya yang berasal dari Barat, seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme.
Kedua, munculnya gerakan kebangkitan di beberapa negeri seperti di Turki, India, dan lain-lain.
Ketiga, kemenangan Jepang atas Rusia yang membuat negara-negara di Asia termasuk Indonesia berani untuk bangkit melawan penjajahan Barat.

Nah, kala itu muncul sosok intelektual muda bernama Dr. Sutomo, Sob. Pada 20 Mei 1908, ia mendirikan organisasi atau partai pergerakan kebangkitan bernama Budi Utomo. Organisasi ini dinilai sebagai awal gerakan untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Itu maknanya, Sob. Walau sempat menimbulkan polemik, tanggal lahirnya organisasi Budi Utomo ini akhirnya diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional hingga saat ini.

Munculnya Berbagai Organisasi alias Partai

Setelah berdirinya Budi Utomo, bermunculan tuh, Sob, berbagai organisasi baru. Pada tahun 1912 saja berdiri Partai Hindia yang dipelopori Ernest Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat. Lalu, organisasi Sarekat Dagang Islam yang didirikan Haji Samanhudi seorang pengusaha batik. Juga organisasi Muhammadiyah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1913, Suwardi Suryaningrat juga membentuk Komite Boemi Poetra, Sob. Suatu ketika, komite itu melakukan kritik terhadap pemerintahan Belanda yang ingin merayakan 100 tahun kebebasannya dari penjajahan Prancis. Anehnya, dengan menggunakan biaya dari negeri jajahannya, Sob. Mana lagi coba kalau bukan dari Indonesia. Maka atas kritikannya itu, akhirnya Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dihukum pemerintahan Belanda yang saat itu berkuasa. Begitulah Sob, jahatnya tabiat penjajah, suka menindas!

Setelah itu, tahun 1920 Partai Komunis Indonesia muncul. Partai ini juga ingin memperjuangkan kemerdekaan lo, Sob, tetapi dengan inspirasi dari Eropa. Tak mau kalah, tahun 1927 Sukarno bersama Algemeene Studieclub juga mendirikan partai bernama Perserikatan Nasional Indonesia, yang kemudian berganti menjadi Partai Nasional Indonesia.

Oh ya, Sob! Di era 1920 hingga 1930, orang-orang yang bisa mengenyam pendidikan di masa pemerintahan Belanda memang semakin banyak jumlahnya. Organisasi atau partai pun kian banyak pula. Berdasarkan persamaan pemikiran, latar belakang, atau yang lain, mereka masing-masing membentuk organisasi. Intinya, mereka ingin melakukan gerakan kebangkitan guna meraih kemerdekaan.

Perjuangan Kebangkitan yang Melenceng

Tetapi, Sob. Bagaimanapun juga, para intelek muda pejuang kebangkitan itu adalah hasil didikan sekolah-sekolah yang dikendalikan Belanda yang notabene sebagai penjajah. Maka tak heran, output lulusannya pun adalah orang-orang yang sudah terkontaminasi ide-ide politik Barat. Di antaranya seperti kebebasan atau liberalisme, demokrasi, nasionalisme, juga ide-ide Barat lainnya. Bahkan akhirnya tanpa sadar justru turut memperjuangkan ide-ide tersebut.

Maka tak heran, Sob, di tahun 1928 kaum intelek muda yang tergabung di berbagai organisasi yang ada, mereka mengadakan kongres. Tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, mereka mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Ada yang tahu isi Sumpah Pemuda itu apa? Hmm… ternyata nasionalisme, Sob. Sebuah ide yang justru diusung para penjajah. Yaitu bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yakni Indonesia.

Dari deklarasi Sumpah Pemuda ini, harusnya kawula muda terutama para intelektual menyadari. Bahwasanya, kebangkitan yang selama ini diperjuangkan ternyata merupakan ide yang dibawa penjajah, yaitu nasionalisme. Artinya, perjuangan selama ini ternyata telah melenceng dari tujuan semula yang salah satunya untuk menolak paham-paham yang dibawa penjajah, seperti nasionalisme. Padahal, Sob, memperjuangkan nasionalisme justru akan memperkukuh hegemoni Barat.

Dari fakta ini, Sob, kita menyadari bahwa penjajahan yang dilakukan Barat tidak hanya menjarah sumber daya alamnya. Tapi juga untuk menjajah pemikiran generasi bangsanya, agar berpola pikir sesuai yang diinginkan barat. Sehingga tanpa disadari dengan sukarela mendukung dan membantu tujuan Barat untuk menguasai negeri muslim. Sobat, kini terbukti bukan? Mulanya Indonesia ingin melakukan kebangkitan tapi malah justru memperjuangkan nasionalisme, yang merupakan ide penjajah. Kalau dihitung, nih, Sob. Dari 1908 awal diadakan kebangkitan sampai 2023, sudahkah nasionalisme mewujudkan menjadi bangsa yang mulia?

Krisis Multidimensi Menghambat Kebangkitan

Sejak awal munculnya gerakan kebangkitan tahun 1908, faktanya penjajah justru semakin mencengkeram Indonesia, Sob. Coba perhatikan, Indonesia yang mengaku berideologi Pancasila, di mana sila pertamanya adalah Ketuhanan yang Maha Esa, eeeh.. malah menerapkan ideologi kapitalisme buatan penjajah. Padahal dalam ideologi ini harus ada demokrasi, nasionalisme, liberalisme alias kebebasan, pluralisme, dan lain-lain. Bahkan yang sangat membahayakan, harus ada sekularisme, Sob! Yaitu menghilangkan aturan Tuhan yang maha esa (Allah Swt.) dari setiap kebijakan maupun dalam menyusun peraturan undang-undang, bahkan dalam setiap kehidupan.

Dampak dari penerapan ide-ide Barat itu, Sob, maka terjadi berbagai macam krisis yg membuat Indonesia boro-boro bisa bangkit, justru menghadapi permasalahan yang semakin pelik.

Pertama, krisis kepemimpinan. Terlihat banyak pimpinan-pimpinan yang diangkat sama sekali tidak memiliki kapabilitas, bahkan orang dungu pun bisa berada di puncak kekuasaan. Akhirnya negara dikelola dengan serampangan.

Kedua, krisis politik. Krisis ini ditandai dengan tidak adanya kesadaran dan kepedulian rakyat akan politik. Sehingga, politik dikuasai oleh orang-orang yang tidak "memiliki hati". Akhirnya negara mayoritas muslim ini dipaksa menjalankan sistem politik penjajah. Artinya, negeri ini sejatinya masih dijajah, Sob. Indonesia yang mayoritas muslim harusnya memahami bahwa Islam bukan sekadar agama, lo, tapi juga politik. Politik Islam bukanlah bagaimana meraih kekuasaan dengan menghalalkan berbagai cara, tapi bagaimana seorang pemimpin mengurus dan memenuhi segala kebutuhan rakyatnya.

Ketiga, Krisis ekonomi. Krisis ini bisa Sobat lihat dari mata uang rupiah yang semakin anjlok, inflasi yang terus meroket, dan utang negara yang semakin menggunung, hampir 8000 triliun lo, Sob! Siapa lagi yang membayar coba, kalau bukan anak cucu kita?

Keempat, krisis hukum. Hal ini bisa kita lihat bagaimana pemerintah menegakkan hukum, Sob. Yaitu tumpul ke atas, dan tajam ke rakyat kecil, benar apa benar? Kebijakan dan hukum yang dibuat pun acapkali berdasarkan pesanan cukong. Pun tak membuat jera para pelakunya. Terbukti, kasus yang sama sering berulang terjadi.

Mirisnya, mantan napi pun masih boleh menjadi politisi, bahkan diangkat menjadi pejabat. Wuh, bobrok banget, ya, Sob! Lantas, mau sampai kapan coba hukum-hukum buatan manusia itu akan dipertahankan? Padahal, Allah Swt. sudah mewanti-wanti agar menegakkan hukum buatan Allah Swt. saja. Sebagaimana firman-Nya :

"…..Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir." (TQS. Al-Maidah: 44)

"…..Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang zalim." (TQS. Al-Maidah: 45)

Oh iya, Sob. Negeri ini juga mengalami krisis akhlak juga, lo! Hal ini tercermin hilangnya kejujuran, dari hal kecil sampai hal yang besar. Seorang pejabat pun tidak takut dan malu melakukan korupsi. Generasi bangsa banyak yang suka berlaku hedonis, seks bebas, tawuran, narkoba, LBGT dan sebagainya. Juga permasalahan lain seperti mahalnya pendidikan, banyaknya pengangguran, kemiskinan, kasus stunting, maraknya kriminalitas dan lain-lain. Semua itu tentu membuat permasalahan bangsa dan negara menjadi semakin rumit. Jika hal ini dibiarkan, apa mungkin bangsa dan negara Indonesia bisa bangkit, Sob?

Kebangkitan Hanya Ilusi

Dari fakta di atas bisa kita tarik kesimpulan, Sob. Bahwa selama negeri ini masih memakai sistem kapitalisme-demokrasi, yang di dalamnya ada nasionalisme, liberalisme, sekularisme, feminisme, dan semacamnya, maka kebangkitan bangsa hanyalah angan-angan belaka. Kekayaan alam yang tersedia, tetap saja dikuasai penjajah. Akhirnya, kemuliaan negeri hanya mimpi. Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei hanyalah seremonial yang tak punya arti.

Lantas, kenapa enggak bisa bangkit selama dengan kapitalisme? Karena kapitalisme adalah ideologi yang diusung Barat. Kita tahu bukan, Barat itu negara penjajah. So, sistem dalam ideologi inilah yang justru mereka gunakan untuk menjajah. Jadi, Sob. Mereka menjajah dan merampok kekayaan alam negeri-negeri muslim tidak lagi dengan senjata, tetapi melalui pemikiran. Pemikiran kita inilah yang dikuasai dan dikendalikan. Kita disuruh mengatur negara kita sendiri yang mayoritas muslim, tapi dengan aturan maupun ide-ide mereka. Anehnya, kok ya mau-mau saja? Di sinilah kesalahan yang harus kita semua sadari.

Kebangkitan Asasi

Sobat, dalam kitab Nizhomul Islam karya Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dijelaskan bahwa bangkitnya manusia tergantung pada pemikirannya. Yaitu pikiran tentang hidup, alam semesta, dan manusia itu sendiri, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia, dan yang tetap ada setelah kehidupan berakhir.

Jadi, Sob. Jika kita atau negara ingin bangkit menjadi manusia yang sejahtera dan mulia, maka harus diperbaiki dulu tuh pemikiran atau pemahamannya. Kita harus menyadari dan paham bahwa sistem yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang selama ini dipakai adalah sistem yang batil alias cacat. Jika sistem ini diteruskan, maka cepat atau lambat hanya akan berujung pada kerusakan, bahkan kehancuran baik fisik, mental, maupun akidah umat. Ketika akidah rusak, jelas akan berpengaruh pada keselamatan di akhirat kelak. Wiiih, ngeri bukan? Hidup di dunia hanya sekali, Sob! maka kita harus selamat dong, baik di dunia terlebih di akhirat yang abadi.

Nah, ketika sudah paham bahwa sistem kehidupan selama ini salah alias batil, maka harus bertekad untuk mengganti. Maka dengan sistem apalagi, Sob, kalau bukan sistem Islam? Perlu diketahui bahwa Islam bukan sekadar agama, tapi juga ideologi. Yaitu sistem sempurna yang mengatur kehidupan dan alam semesta baik sebelum ada, ketika ada, maupun setelah tiada. Sebuah sistem yang bukan berasal dari karangan manusia, tapi berasal dari Allah Swt. sebagaimana dalam firman-Nya :

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu.” (TQS. Al-Maidah : 3)

Sejarah telah membuktikan, Sob. Ketika Islam diterapkan, maka kehidupan akan Allah muliakan. Kita belajar dari sejarah bagaimana rusak dan jahiliahnya Arab zaman dahulu, tetapi setelah masuk Islam, Arab menjadi negeri yang mulia. Mereka diberi kekuasaan oleh Allah. Lalu ketika negeri Persia tunduk pada Islam, Allah juga menggilirkan kekuasaan pada mereka. Bahkan banyak ilmuwan hebat berasal dari sana, seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Zina, dan lain-lain. Kemudian, ketika orang-orang Turki teguh memeluk Islam, Allah pun memuliakan mereka dengan menggilirkan kekuasaan pada bangsa Turki. Orang-orang hebat juga lahir di zaman itu, seperti Muhammad Al-Fatih sang remaja penakluk Konstantinopel.

Maka Sobat, dari fakta itu menunjukkan bahwa kebangkitan menuju kemuliaan dan keberkahan, bukan dengan nasionalisme yang berbangsa satu maupun bertumpah darah satu. Namun, kebangkitan hakiki hanya bisa diraih ketika kehidupan berbangsa dan bernegara berasaskan Islam. Walaupun berbeda warna kulit, beda bangsa, beda budaya, tapi tetap ber-Tuhan satu, berkiblat satu, hidup berdasarkan kitab yang satu. Maka kemuliaan hidup akan diraih baik di dunia maupun di akhirat.

Hal ini pernah terjadi selama 13 abad lamanya lo, Sob! Di mana, Islam menjadi peradaban paling mulia dan termasyhur di dunia. Banyak infratruktur penting dibangun kala itu, yang tidak terpikirkan oleh Barat. Banyak terlahir generasi cemerlang, generasi yang polymath. Islam juga menjadi mercusuar dunia kala itu. Maka adakah yang tidak merindukannya?

Oleh karenanya, ayo, Sob! Pantaskan diri kita menjadi pribadi yang dipilih Allah untuk kebangkitan menuju kehidupan manusia yang mulia. Caranya, jadilah orang yang berkepribadian Islam. Yaitu berpola pikir sesuai Islam, dan bertingkah laku berdasarkan syariat Islam.

Selain itu, untuk bangkit haruslah ada pembimbingnya, Sob. Siapa lagi kalau bukan para ulama. Yaitu ulama yang hanif, tulus, ikhlas. Karena, para ulama itu adalah pewaris nabi, pengganti setelah tidak ada lagi nabi. Oh ya, bukan ulama yang dekat dengan para elite ya, Sob, juga bukan ulama yang dekat dan akrab dengan penguasa ataupun pengusaha.

Karena itu, Sobat. Kini saatnya bergabung dan ikut dalam gelombang kebangkitan. Hijrahlah ke arah yang lebih baik, dan masuk ke dalam Islam secara kaffah. Sehingga, akhirnya bisa ikut berkontribusi demi kebangkitan umat. Kebangkitan tinggal sedikit lagi, Sob. Yaitu memiliki pemimpin yang pro dengan Islam dan sistem Islam. Maka ketika sistemnya baik, jabatan akan diisi orang-orang yang baik pula. Ketika sistemnya bobrok, hanya koruptor dan orang-orang jahat yang akan memimpin negeri ini. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Erdiya Indrarini Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menguak Ambisi Asing di Balik Proyek Transisi Energi Hijau
Next
Bank dan Riba: Pendongkrak Ekonomi Kapitalisme
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Idziiii
Idziiii
9 months ago

Setuju sekali! Negara ini memang sudah seharusnya memiliki pemimpin yang paham dan berasaskan Islam.

Zahrah Luthfiyah
1 year ago

Hmm, seharusnya kebangkitan itu sendiri harus berlandaskan islam ya, kalau kita ketahui kebangkitan hari ini sudah tergerus arus sekuler kapitalis.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram