Docang: Racun yang Hilang

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 7)"

Oleh. Nurjanah Triani
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ada yang sudah pernah ke Cirebon? Masyarakat Cirebon pasti sudah tidak asing dengan makanan ini. Iya, docang namanya. Singkatan dari godogan kacang yang artinya air hasil rebusan kacang yang dihaluskan. Nama docang juga berasal dari bahasa Cirebon dengan kata bodo (baceman) dari oncom dan kacang hijau yang berkecambah menjadi taoge.

Docang sendiri merupakan makanan yang terdiri dari potongan lontong, irisan sayuran, dan parutan kelapa. Sekilas, makanan ini mirip dengan lontong sayur. Disiram kuah santan yang kemerahan, dengan rasa sedikit pedas dan segar dari kuah dage yang panas, membuat makanan ini memiliki cita rasa yang unik. Makin nikmat saat dihidangkan dengan kerupuk sebagai topping-nya.

Racun Candu

Di balik rasanya yang unik, kisah terciptanya docang juga tak kalah menarik. Masakan ini telah ada sejak abad ke-15, zaman wali sanga menyiarkan agama Islam ke nusantara, terkhusus Cirebon dan sekitarnya. Docang tercipta atas dasar ketidaksukaan seorang pangeran bernama Rengganis terhadap kehadiran wali sanga dan juga dakwah yang dijalankannya. Bermaksud ingin menyudahi kegiatan tersebut, sang pangeran pun berniat meracun para wali sanga yang sedang berkumpul di Masjid Sang Cipta Rasa. Makanan pun dibumbui dengan sedemikian rupa, ditambah dengan bahan yang dianggap beracun kala itu. Seperti tambahan oncom, yang merupakan hasil fermentasi yang terbuat dari limbah makanan. Memang, jika dilihat sekilas, oncom seperti makanan yang telah ditumbuhi banyak jamur. Maka tak heran, dahulu ia dianggap seperti sesuatu yang dapat membahayakan tubuh.

Selesai sang pangeran memasak dan menyuguhkan makanan, terlihat tak ada reaksi mencurigakan dari para wali sanga saat menyantapnya. Mereka justru ketagihan dengan masakan sang pangeran yang memiliki cita rasa yang unik. Sang pangeran pun gagal untuk meracuni para wali sanga. Bermula dari sinilah docang dikenal masyarakat. Cita rasa baru yang dapat diterima oleh masyarakat. Docang biasanya dijual di pedagang kaki lima dengan harga yang relatif terjangkau.

Kegagalan Penjegal Dakwah

Bak Nabi Ibrahim yang gagal dibakar oleh api, Allah menunjukkan kembali kuasa-Nya dengan pada para wali sanga. Bahan-bahan pembuat docang yang kala itu dipercaya adalah racun, justru terasa nikmat di lidah. Pun oncom yang terbuat dari fermentasi limbah makanan kala itu, meski terlihat sebagai makanan basi yang sudah ditumbuhi oleh jamur, namun kini oncom justru menjadi salah satu bahan khas Indonesia yang memiliki penggemarnya sendiri.

Allah Swt. bisa dengan mudah menumbuhkan bakteri jahat pada makanan yang terfermentasi tersebut yang dapat membahayakan nyawa. Namun tidak demikian, pertolongan Allah datang pada waktu yang tepat. Fermentasi tersebut justru menjadi sesuatu yang nyaman di lidah dan bermanfaat untuk tubuh. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an:

وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ ࣖ

Artinya: "Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS. Al Imran : 54)

Perjuangan para wali sanga dalam menyiarkan Islam bukanlah perkara mudah. Akan selalu ada para penjegal di belakangnya. Namun pertolongan Allah selalu ada, bagi mereka yang berjuang di jalan-Nya. Makanan itu tentu dengan mudah menjadi racun, namun Allah tak mengizinkannya. Tugas para wali sanga belum selesai sampai di sana. Sebab, Islam harus disebarkan seluas-luasnya.

Docang, Kebenaran Menang

Tak ada satu pun di dunia ini yang terjadi tanpa kehendak dari-Nya. Jika dalam jalan dakwah ini banyak rintangannya, maka kita perlu yakin bahwa pertolongan Allah dan segala kemudahan lainnya selalu ikut serta. Kebenaran akan menang, meski dengan atau tanpa kita berjuang. Andai para wali sanga itu mundur di jalan dakwah, maka akan banyak wali Allah lainnya yang siap menggantikan. Begitu juga kita hari ini, meski Islam telah tersebar dan menjadi agama terbesar, nyatanya dakwah tidak boleh sedikit pun pudar. Saat kita lengah, maka akan selalu ada orang yang siap menggantikan posisi kita dalam dakwah. Saat kita mulai gusar, maka akan selalu ada orang yang siap menggantikan posisi kita dengan lebih tegar. Tak ada paksaan dalam dakwah, karena manusialah yang butuh kemuliaannya. Dakwah bukan seperti angkot, yang menunggu penumpang berjam-jam lamanya. Dakwah itu seperti kereta, yang siap ikut, yang tak siap akan ditinggal begitu saja.

Dari para wali sanga kita belajar bahwa para penjegal pasti ada. Justru saat dakwah tak ada anginnya, maka perlu ditanya, apakah sudah benar dakwahnya? Sebab ibarat paku, maka yang lurusnya yang akan dipukul oleh palu. Tak perlu takut dalam mengemban kebenaran. Sebab docang saja sudah menjadi saksi, bahwa pertolongan Allah itu pasti. Seperti janji Allah Swt. berikut ini:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad : 7)[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Nurjanah Triani Kontributor NarasiPost.Com
Previous
HIV/AIDS, Haruskah Terasing?
Next
Mendamba Pemimpin Ideal dalam Sistem Kapitalisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram