Tren Thrifting dan Lemahnya Regulasi di Sistem Kapitalisme

"Tugas pemimpin adalah memastikan bahwa setiap rakyatnya telah tercukupi bukan hanya pangannya saja, namun sandang dan juga papannya. Logikanya, jika rakyat telah tercukupi kebutuhannya maka mereka akan menjalani kehidupan dunia dan akhiratnya dengan tenang, tanpa berpikir lagi mau nipu-nipu."

Oleh. Maftucha
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Hi, Guys, kalian sudah tahu belum dengan istilah pasar thrifting ? Itu lho, sebutan untuk pasar yang menjual barang-barang bekas, semisal baju, celana, tas, dan lain sebagainya.

Pasar thrifting ini sudah menjamur di kota-kota besar. Mulai dari Cimol Gedebage di Bandung, Pasar Senen di Jakarta, Pasar Pagi Tugu Pahlawan di Surabaya, dan masih banyak lagi di kota-kota besar lainnya. Di sana dijual berbagai barang, Guys, mulai dari yang baru sampai yang bekas namun branded.

Pasar thrifting ini keberadaannya sudah lama, Guys, tetapi selalu menjadi masalah yang muncul tenggelam. Baru-baru ini Bapak Presiden Joko Widodo kembali mempersoalkan pasar thrifting ini. Menurut beliau, pasar ini mengancam industri tekstil dalam negeri.

Menurut Bapak Andre Rosiadi (Anggota Komisi VI DPR RI) dari total impor ilegal pakaian setiap tahun yang mencapai 300.000 ton, ada 25% sampai 30% atau sekitar Rp9,7 triliun di antaranya adalah pakaian bekas. Jika impor bisa dibendung, produk lokal yang menggantikannya bisa mendatangkan lapangan kerja baru hingga 500 ribu orang. (detiknews.com, 17/03/23)

Kamrusaamad (Anggota DPR RI) mengatakan bahwa ada empat kerugian jika pasar thrifting ini terus dibiarkan ada. Di antaranya adalah garmen skala UMKM akan merugi dan aspek moralitas bangsa ini. Masih menurut beliau nih, Guys, bahwa pasar thrifting ini membuat malu bangsa, karena impor barang-barang bekas dari negara lain.

Aneh, ya, Guys! Jika masalah pasar thrifting ini sudah berlangsung lama dan dianggap merugikan, kenapa tidak dari dulu ditindak? Kenapa pasar thrifting ini justru banyak diminati banyak kalangan, ya?

Thrifting, Wujud Ketidakberdayaan Ekonomi Masyarakat

Nah, Guys, melihat permasalahan ini, tentu kita tidak bisa melihat satu sisi saja. Misalkan pemerintah berdalih bahwa pasar thrifting ini merugikan industri tekstil atau UMKM. Padahal pada faktanya nih, banyak dari pelaku pasar thrifting ini adalah para UMKM. Nah, lho, yang dianggap pemerintah merugi ini industri kelas besar atau menengah ke bawah? Hayo-hayo.

Di lain sisi, peminat pasar thrifting ini semakin meluas. Hal ini wajar, Guys, karena harga dari baju bekas tersebut sangat murah dan kualitasnya juga masih bagus. Siapa coba yang tidak tergoda dengan hal tersebut? Apalagi di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit. Jangankan untuk membeli baju baru, untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari saja sudah susah. Apalagi harga kebutuhan pokok selalu saja naik-naik ke puncak gunung.

Persoalan ini semakin menunjukkan kepada kita, Guys, bahwa pemerintah hanya memperhatikan nasib pengusaha, sedangkan kepada masyarakat kecil pemerintah abai. Seharusnya pemerintah fokus pada bagaimana agar kebutuhan sandang, pangan, dan papan masyarakat bisa terpenuhi dengan baik.

Tren thrifting ini juga menunjukkan kepada kita, Guys, bahwa gaya hidup masyarakat kita sangat hedonis dan branded mind. Kiblat fashion mereka tidak jauh-jauh dari Barat dan artis yang lagi ngetop. Masih ingat Citayam Fashion Week? Nah, itulah gambaran masyarakat kita yang suka bergaya hidup hedonis.

Semua permasalahan ini tidak lepas dari diterapkannya sistem kapitalisme liberalisme, Guys. Di mana pemodal menguasai setiap kebijakan di negeri ini, jadilah penguasa kita terpasung dengan perangkap para kapital.

Selain itu, buruknya regulasi di sistem kapitalisme ini semakin membuat kebijakan tidak pernah bisa adil dan konsisten, Guys. Impor baju bekas mayoritas masih ilegal, namun dengan uang pelicin aparat akan tunduk dan patuh.

Islam Memberikan Solusi Paripurna

Nah, Guys, berbeda dengan sistem kapitalisme. Islam justru memandang permasalahan yang muncul sebagai masalah yang integral atau saling terkait. Sebagaimana anggota-anggota tubuh kita yang saling berkaitan. Misalkan, tidak bisa kita menyelesaikan masalah ekonomi hanya sebagai masalah ekonomi saja, namun ada kaitannya dengan sistem ekonomi yang dipakai, atau masalah kriminal pasti ada kaitannya dengan sistem sanksi dan ekonomi.

Gampangnya nih, Guys, seseorang tidak akan mencuri kalau ekonominya telah tercukupi dengan baik, apalagi didukung dengan sanksi yang tegas. Dia tidak akan zina jika sistem pergaulan dan pendidikannya mengajarkan bahwa perbuatan tersebut haram.

Islam sebagai agama yang sempurna sudah memiliki seperangkat aturan yang tidak boleh dipilih-pilih sesuka hati. Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya:

"Apakah kalian mengimani sebagian dari al-kitab dan mengingkari terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antaramu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia. Dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat." (TQS. Al-Baqarah: 85)

Islam juga menegaskan bahwa seorang pemimpin adalah ra'in atau pelayan rakyat. Hal ini sebagaimana hadis dari Rasulullah saw.

"Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka." (HR. Ibnu Asakir dan Nu'aim)

Tugas pemimpin adalah memastikan bahwa setiap rakyatnya telah tercukupi bukan hanya pangannya saja, namun sandang dan juga papannya. Logikanya nih, Guys, jika rakyat telah tercukupi kebutuhannya maka mereka akan menjalani kehidupan dunia dan akhiratnya dengan tenang, tanpa berpikir lagi mau nipu-nipu atau suap menyuap. Bukankah suap adalah perbuatan haram, sebagaimana hadis dari Abdullah bin 'Amr r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda :

"Laknat Allah atas setiap orang yang memberi suap dan yang menerima suap." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Guys, Islam adalah sebuah ideologi yang memiliki seperangkat aturan dalam kehidupan. Islam akan menyelesaikan berbagai persoalan manusia dengan aturan-aturan tersebut secara utuh, mulai dari ekonomi, pergaulan, kesehatan, keamanan, pendidikan, politik, bahkan sampai hubungan luar negeri.

Penerapan aturan pada seluruh aspek atau istilah kerennya penerapan Islam secara kaffah hanya bisa dilakukan oleh negara Islam yakni Khilafah. So, sudah siap 'kan, Guys, untuk mendukung dakwah Islam kaffah? Fight!

Wallahu a'lam bishawab.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
maftucha Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kematian dan Pertemuan yang Dirindukan
Next
Pengalaman Berharga sebagai Kontap
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram