Ramadan ala Kupu-Kupu

"Enggak hanya itu, ibarat kepompong, di bulan Ramadan kita pun dibatasi geraknya. Enggak boleh sembarangan memuaskan hawa nafsu, apalagi bermaksiat. Bakal hilang pahala kebaikan jika itu kita lakukan."

Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Telur, ulat, kepompong, kupu-kupu adalah metamorfosis sempurna pada hewan cakap bernama kupu-kupu. Kenapa sih dikatakan berubah alias bermetamorfosis sempurna? Because, si kupu-kupu ini awalnya dari hewan yang bikin bergidik siapa pun yang melihatnya. Yes, namanya ulat.

Ulat ini tentu bikin geli. Badannya yang panjang menggeliat ke sana kemari ketika berjalan dan bikin gatal jika tersentuh kulit, membuatnya masuk jajaran hewan yang enggak disukai. Ditambah lagi dia doyan banget menghabiskan daun, bikin dia pun dijuluki hama tanaman. Bakalan kena semprot pembasmi hama jika berani nangkring di tanaman cantik manusia. Iya, enggak?

Btw, kamu jijik juga enggak, sih, dengan si unyu-unyu ulat ini? Pastinya iya, ya? Yang enggak jijik berarti dia istimewa karena masuk kategori manusia langka.

Oke, sekarang kita beralih dari si ulat yang doyan makan, tetiba dia berhenti makan dan bersembunyi di balik kepompong yang dia buat sendiri. Kepompong ini ternyata bisa membuat si ulat ini enggak makan minum cukup lama. Luar biasanya, dengan proses alami ala Sang Pencipta ketika keluar dari kepompong, si unyu-unyu ini berubah memiliki sayap yang indah. Selain itu, badannya pun tampak lebih kece dan enggak menggelikan lagi. Kupu-kupu, orang negeri +62 menyebutnya.

Enggak heran dong, dari makhluk yang dihinakan bernama ulat, dia kemudian menjadi makhluk yang dikagumi kupu-kupu menjadikannya duduk di jajaran hewan yang melakukan metamorfosis sempurna? Kira-kira nih, kalau udah berubah macam ini kamu masih geli atau kagum?

Ternyata eh ternyata, metamorfosis kupu-kupu ini bisa, lho, kita ibaratkan dengan diri kita. 11 bulan di luar Ramadan, kita bebas makan minum seenaknya selama halal dan tayib. Namun, dari 12 bulan itu, kita diminta masuk dalam kepompong bernama bulan mulia, Ramadan. Nah, di bulan ini kita benar-benar dibatasi waktu untuk makan minumnya. Hanya boleh sebelum Subuh, plus setelah Magrib hingga jelang Subuh doang. Pasca Subuh sampai jelang Magrib kita enggak boleh makan minum.

Enggak hanya itu, ibarat kepompong, di bulan Ramadan kita pun dibatasi geraknya. Enggak boleh sembarangan memuaskan hawa nafsu, apalagi bermaksiat. Bakal hilang pahala kebaikan jika itu kita lakukan. So, kita benar-benar jadi makhluk Allah yang harusnya beda banget dengan 11 bulan lainnya. Iya, enggak?

Lalu, ngapain sih kita masuk kepompong Ramadan? Toh, nanti pasca Ramadan kita enggak bakal jadi makhluk lainnya yang punya sayap atau bisa hilang sendiri. Eh, ya mengerikan dong kalau tetiba ada sayap di punggung kita. Iya, enggak, sih?

Kepompong Ramadan emang enggak bakal mengubah kita jadi makhluk asing. Secara fisik kita enggak bakal berubah. Mungkin hanya berat badan aja yang turun. Namun, perubahan kita terletak pada perilaku. Kata Allah kita bakal masuk jajaran insan bertakwa.

Yuk, dibuka Al-Qur'annya! Atau, mungkin kamu udah hafal banget ayat yang viral ketika bulan Ramadan tiba ini? Yup, tepatnya di surah kedua, Al-Baqarah ayat 183. Bunyinya adalah:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Lihat, Sob, yang disapa Allah alias yang dipanggil, "Hai!", hanya mereka yang beriman. Yang enggak beriman, enggak dapat "Hai" dari Allah. Dari ayat ini pula kita belajar bahwa enggak hanya kita umatnya Nabi Muhammad aja yang disuruh Allah untuk berpuasa. Umat-umat nabi-nabi yang lain pun berpuasa. Terus, di akhir ayat Allah sudah memberikan alasan kenapa sih kita diminta puasa? Ya, karena Allah ingin menjadikan kita insan bertakwa.

Takwa inilah yang bisa diibaratkan kupu-kupu yang cantik. Why? Because, orang yang bertakwa inilah yang mau menggenggam syariat Allah dengan sempurna. Baginya standar hidup seorang muslim adalah halal haram. Halal dikerjakan. Haram ditinggalkan.

Jika takwa telah tersemat dalam diri seorang muslim, dia enggak bakal sembarangan dalam berperilaku. Dia bakalan mempertimbangkan apa yang mau dilakukannya sesuai aturan Allah atau enggak. Jika sesuai aturan Allah, dia bakal bergegas melakukannya. Sebaliknya, jika itu melanggar aturan Allah, ia enggak segan untuk menjauhinya sejauh-jauhnya.

Pertanyaannya adalah, apakah Ramadan kita tahun lalu sudah bisa membuat kita menjadi insan bertakwa? Kalau belum? Astagfirullah, kita kudu banyakin mohon ampun pada Allah ya, Sob!

Tenang! Saking sayangnya Allah pada kita, Dia mengizinkan kita kembali masuk kepompong. Harapan terbesarnya, kepompong yang kita masuki kali ini bukan sembarang kepompong, tetapi kepompong istimewa yang bikin kita beneran jadi insan bertakwa.

Lalu, apa dong yang mesti kita lakukan agar kelak ketika keluar dari kepompong di bulan Syawal, kita menjadi manusia baru seperti kupu-kupu? Cara pertama yang harus kita lakukan adalah mencari ilmu. Carilah ilmu tentang apa sih yang halal atau haram dilakukan! Cari ilmu bagaimana sih tip dan trik jadi insan bertakwa itu! Cari pula ilmu yang mantul bagaimana sukses dunia akhirat menurut Allah! Dll.

Nah, dengan ilmu-ilmu inilah kita bakal punya pegangan dalam menghadapi tantangan kehidupan ini. Sehingga, kita enggak bakal tersesat ke jurang kemaksiatan. Plus, kita bakal keluar dari Ramadan ini dengan sukses seperti kupu-kupu. Kita bakal menjadi insan bertakwa. Wallahu a'lam bishshawab.[]

Batu, 1 Ramadan 1444H

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Choirin Fitri Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Tatkala Cinta sang Penulis Berlabuh di NarasiPost.Com
Next
Menjadikan Keluarga Ahlul Qur'an
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram