Otaknya Jorok Moralnya Ambyar, Sekularisme Ide Perusak Akal!

"Satu-satunya solusi untuk mengatasi kejahatan seksual adalah dengan mengembalikan Islam dalam kehidupan bernegara. Hanya negara Islam yang mampu menjamin seluruh lini kehidupan diatur dengan aturan paripurna, di mana Al-Qur'an dan sunah menjadi satu-satunya sumber hukumnya."

Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Bestie, pusing gak sih tiap hari mendengar kasus pelecehan seksual, terlebih yang menimpa anak-anak. Tidak hanya terjadi di daerah pusat, namun sekarang kejahatan sejenis ini sudah ada di daerah-daerah pelosok, termasuk Aceh.

Seperti yang dialami oleh seorang bocah lelaki berusia 6 tahun di Aceh Jaya baru-baru ini. Sungguh miris, Bestie! Bocah tak berdosa ini mengalami pelecehan seksual oleh seorang karyawan honorer yang berinsial IW (39), dengan memegang dan memainkan alat vital korban. Dikutip Serambinews.com Selasa(21/2/2023).

Pertanyaannya, kenapa ya, kasus pelecehan seksual terhadap anak semakin marak? Bagaimana Islam memandang hal ini? Yuk, kita cari jawabannya!

Akibat Tontonan

Ada banyak faktor, Bestie, yang melatarbelakangi maraknya kasus pelecehan terhadap anak. Baik itu akibat rendahnya pemahaman agama, kegagalan sistem pendidikan, terpapar pergaulan bebas, atau pengaruh konten-konten porno yang diakses lewat sosial media.

Ya, tontonan juga memiliki efek yang besar terhadap perilaku manusia, Bestie! Seperti yang disebutkan oleh ahli bedah otak dari Universitas Texas AS, Dr. Donald Hilton Junior. Menurut Hilton, orang yang terpapar pornografi akan mengalami kerusakan otak, Bestie! Kerusakannya sangat parah setara korban kecelakaan, mengidap tumor otak, penyakit meningitis, dan alzheimer.

Tidak hanya itu, bahaya yang dihasilkan oleh pornografi itu lebih dahsyat dari mengonsumsi narkoba. Kebayang 'kan, Bestie! Otak kita seperti terlindas mobil, terus bentuknya hancur dan rusak. Kira-kira, Bestie, otak yang seperti ini bisa gak dipakai untuk berpikir waras?

Ini ada hasil penelitiannya lho, sebagaimana dikutip dari laman Kemendikbud.go.id (07/03/2022), yang menjelaskan bahwa saat seseorang terpapar pornografi, tubuhnya akan mengeluarkan suatu hormon bernama dopamin. Nah, jika seseorang semakin sering nih nonton pornografi, maka hormon dopamin ini akan menjadi kacau kerjanya, dan akhirnya menggangu kerja otak tepatnya di bagian prefrontal cortex.

Pantas saja, Bestie, orang yang terpapar pornografi mirip orang mabuk atau gak sadar diri. Karena fungsi prefrontal cortex yang bekerja sebagai eksekutif pada sel-sel otaknya telah rusak. Maka, orang dengan paparan pornografi tersebut akan sulit mengontrol emosi, suka marah-marah gak jelas, hingga kesulitan membedakan mana baik dan mana pula yang buruk.

Akibatnya, mereka akan terbiasa berpikir kotor dan terdorong melakukan hal yang tidak boleh dilakukan. Seperti melecehkan anak-anak, bahkan memperkosa mereka. Astagfirullah, Bestie! Jika sudah begini, maka apa bedanya manusia dengan hewan?

Kegagalan Negara!

Tentu saja, Bestie! pemerintah kita tahu lho, meningkatnya kasus pelecehan seksual terhadap anak tak lepas dari maraknya konten porno dan imbas pergaulan bebas yang semakin bablas.

Tapi, solusinya itu lho, Bestie, jauh panggang dari api. Negara belum serius menindak dengan tegas pelaku di balik bisnis porno tersebut, menutup segala celah bagi situs-situs haram masuk ke tengah umat, serta menjamin segala tindakan yang mengarah pada dunia prostitusi diberangus sampai akar.

Sebaliknya, negara masih setengah hati dalam menyortir tayangan dan iklan-iklan yang mengandung pornografi, juga ketelanjangan. Sehingga, konten berbahaya ini sangat mudah diakses siapa pun. Tersebar mulai dari film, animasi kartun, foto, komik, majalah, bahkan pada game atau permainan.

Selanjutnya, negara juga telah gagal dalam mengentaskan problem kemiskinan yang menjadi akar masalah lahirnya kebodohan dan degradasi moral. Pendidikan pun hanya fokus mencetak generasi yang cerdas intelektual, namun miskin moral dan spiritual.

Hal ini karena kurikulum pendidikan yang diterapkan berbasis sekularisme liberal yang mengesampingkan akidah sebagai landasan kehidupan. Karenanya, pendidikan gagal dalam mencetak generasi bertakwa, yakni generasi terbaik yang berguna bagi umat dan bangsa.

Konsep pendidikan ala sekuler ini, berkelindan pula dengan propaganda liberalisme dalam pergaulan. Arus pergaulan bebas berupa budaya konsumerisme, hedonisme, hingga permisif telah merasuk ke jiwa-jiwa generasi muslim dengan menjadikan dunia Barat sebagai kiblat.

So, lengkap sudah, Bestie! Generasi kita benar-benar telah berada di ujung jurang kehancuran. Otaknya jorok, akidahnya berantakan, moralnya pun ambyar!

Akibat Sekularisme!

Ya, lagi dan lagi ini buah dari penerapan ide sekularisme dalam kehidupan. Seluruh problem yang menimpa umat tidak lain karena meninggalkan agama dalam kehidupan bernegara. Saat sekularisme masih bercokol dalam kehidupan, maka segala masalah akan sulit dicari jalan keluarnya.

Misalnya di Aceh, pelaku pelecehan seksual terhadap orang dewasa dan anak-anak telah diatur lho, Bestie. Ia terkena delik hukum jinayat dalam Pasal 46 dan 47 Qanun Aceh Nomor 6 tahun 2014.

Pada Pasal 46 dijelaskan: "Setiap orang yang dengan sengaja melakukan jarimah pelecehan seksual, diancam dengan Uqubat Ta’zir cambuk paling banyak 45 (empat puluh lima) kali atau denda paling banyak 450 (empat ratus lima puluh) gram emas murni atau penjara paling lama 45 (empat puluh lima) bulan."

Lalu di pasal 47 dijelaskan pula, "Setiap orang yang dengan sengaja melakukan jarimah pelecehan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terhadap anak, diancam dengan Uqubat Ta’zir cambuk paling banyak 90 (sembilan puluh) kali atau denda paling banyak 900 (sembilan ratus) gram emas murni atau penjara paling lama 90 (sembilan puluh) bulan."

Masalahnya, Bestie, berbagai hukum ini belum mampu memberikan efek jera, juga menekan angka kejahatan seksual yang kasusnya semakin menggila. Hal ini karena landasan berdirinya hukum masih berdasarkan ide sekularisme yang berpotensi melahirkan ketidakadilan dan efek sanksi yang tidak merata.

Jika diibaratkan, menyolusi dengan sistem sekuler ibarat menutup satu keran air (masalah), namun lupa menutup waduknya (akar masalahnya). Masalah akan tetap merembes ke mana-mana karena sumber masalah tidak dituntaskan dari akarnya.

Islam Solusi Nyata!

Satu-satunya solusi untuk mengatasi kejahatan seksual adalah dengan mengembalikan Islam dalam kehidupan bernegara. Hanya negara Islam lho, Bestie, yang mampu menjamin seluruh lini kehidupan diatur dengan aturan paripurna, di mana Al-Qur'an dan sunah menjadi satu-satunya sumber hukumnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan Al-Hakim dan Al-Baihaqi,

“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) kitab Allah dan sunah Rasul-Nya.”

Negara Islam akan menjamin layanan pendidikan bermutu, sehingga mampu melahirkan generasi yang bertakwa. Di mana program ini wajib menjadi landasan kurikulum pendidikan dan jaminan pergaulan di tengah masyarakat.

Negara Islam juga wajib mengentaskan problem kemiskinan, menjamin kesejahteraan, serta menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan berkualitas secara gratis untuk seluruh generasi dan masyarakatnya.

Dengan begitu, Islam mampu menghapus kebodohan, yakni pangkal kemorosotan moral yang melahirkan seluruh penyakit sosial. Seluruh jaminan ini akan dilindungi oleh sistem sanksi yang bersifat jawabir yakni "pengobat" bagi dosa pelaku, dan sebagai pelajaran bagi orang lain agar tidak mengulangi hal yang sama.

Khatimah

Nah, Bestie! Pengen 'kan, hidup dalam sistem Islam? Masalahnya, sistem Islam hanya bisa direalisasikan dalam kehidupan bernegara bernama Khilafah Islamiah. Karenanya, mari kita bersungguh-sungguh memperjuangkan sistem ini tegak kembali, Bestie! Agar segala keburukan sekularisme sirna, sehingga rahmat bagi sekalian alam pun bisa kita raih.

Sudah saatnya umat ini bangkit dari keterpurukannya, dengan kembali kepada sistem Islam satu-satunya jalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
The Mukaab, Akankah Bernasib Seperti Gereja Abrahah?
Next
Syakban, Bulan yang Dilalaikan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram