Mak, Ngaji Yuk!

"Di tengah arus kapitalisme yang luar biasa menyengsarakan ini, mereka harus menjaga akal agar tetap waras. Mereka mencari pengampunan Tuhannya agar terlepas dari rezim zalim ini. Salah satunya dengan rajin ikut pengajian, agar mereka jadi cerdas dan tahu mencari solusi alternatif bagi kehidupan mereka."

Oleh. Bedoon Essem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Haduuh, beberapa hari ini gaduh, ya, Mak, gara-gara ada seorang mak rewel melihat mak-mak lain kok gak senang pengajian. Gak tahu sih apa yang melatarbelakanginya nyinyir dengan semangat kaum ibu dalam menuntut ilmu. Bukannya senang atau tergerak ikut ngaji, malah berkomentar yang bikin panas. Katanya, sih, karena dia khawatir anak-anak yang ditinggal maknya ngaji gak terurus alias terbengkalai. Ah, apa benar iya?

Mungkin dia lupa atau tidak tahu, ya, Mak. Bahwa menuntut ilmu agama itu kewajiban bagi setiap muslim. Laki-laki maupun perempuan, tak peduli usia, semua wajib menuntut ilmu. Sebagai konsekuensi keimanannya, maka ia harus mengetahui dan mendalami ajaran agamanya, agar akidahnya tak mudah terombang-ambing. Agar ia dapat menjadi hamba yang taat di hadapan Tuhannya. Sampai kapan ngaji? Ya seumur hidup, Mak. Sebagaimana pada sebuah quote berikut, ”Tuntutlah ilmu mulai dari buaian (lahir) hingga liang lahat (meninggal).”

Mungkin dia sedang lelah, ya, Mak. Sehingga ia lupa bahwa sebagai seorang yang beriman, kita harus meyakini bahwa dunia ini hanya sementara, kehidupan sebenarnya adalah akhirat. Di akhirat kita akan dimintai pertanggungjawaban atas semua amalan kita. Di akhirat itu hanya ada surga dan neraka. Agar kita bisa mencapai surga ya kita harus ngaji, sebab itulah syaratnya. Bahkan dikatakan majelis ilmu itu adalah taman-taman surga. Jikalau ada orang yang tidak ingin singgah di taman surga, berarti dia gak mau masuk surga.

Mungkin dia sedang tidak ingat, ya, Mak. Bahwa semua yang kita kerjakan harus berlandaskan ilmu, baik itu urusan dunia terlebih lagi urusan akhirat. Bahwa bagi kita umat Islam, ilmu agama itu sangat penting. Kenapa? Karena semua amal ibadah yang kita lakukan di dunia ini harus berdasarkan ilmu agar mendapatkan pahala dari Allah. Agar kita tidak salah dalam beramal. Sebagaimana hadis Rasulullah saw. riwayat Imam Ahmad berikut,

"Barang siapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya yaitu dunia akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu."

Kalaupun dia khawatir anak-anak yang ditinggal maknya ngaji itu tak terurus, memangnya sudah terbukti? Padahal faktanya nih, anak-anak yang maknya ikut pengajian, anak-anaknya malah jadi anak yang cerdas, terawat lahir batin. Karena maknya jadi paham hakikat anak adalah amanah yang harus dijaga, dibimbing, dan dididik. Tak hanya diberi makan dan disekolahkan, tapi lebih dari itu ditanamkan nilai-nilai agama dalam diri mereka. Karena mak-mak sadar bahwa anak saleh adalah aset masa depan, yang bisa mengirim doa kebaikan untuk orang tuanya. Sebagaimana hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Ahmad 9079, Muslim 4310, Abu Daud 2882 dan yang lainnya,

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila manusia mati, maka amalnya terputus kecuali karena tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.”

Mungkin dia gak baca berita, ya, Mak. Berapa banyak anak korban broken home yang tidak dididik agama, terlibat kriminalitas, narkoba, klitih, pembunuhan, seks bebas, dan lainnya. Kasus-kasus tersebut sebagian besar karena anak tanpa pengawasan dan pembekalan agama dari orang tuanya. Mereka sibuk membangun karier sehingga lupa menanamkan akidah Islam pada diri anak. Atau orang tuanya sibuk di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan sehingga anaknya terlantar, tanpa perhatian. Begitulah, Mak, jika orang tua tak ikut pengajian mereka tidak akan tahu tugas masing-masing di antara suami istri.

Mak satu ini pasti tutup mata, ya, Mak. Dia lupa bahwa pengajian adalah penenang jiwa. Bahkan dikatakan oleh Rasulullah sebagai taman surga. Di zaman yang edan begini, bangsa ini butuh penenang jiwa agar tak ikut gila. Dengan semua karut-marutnya yang membuat stres, masyarakat butuh healing. Maka, ke mana kalau bukan kembali kepada majelis-majelis ilmu yang mengingatkan manusia kepada Allah?

Di tengah arus kapitalisme yang luar biasa menyengsarakan ini, sikap apatis para pemimpin negeri, kehidupan masyarakat yang semakin sulit karena kebijakan pemerintah yang tak memihak rakyat, mereka harus tetap menjaga akal agar tetap waras. Agar mereka tidak ikut arus dan gelap mata. Mereka mencari pengampunan Tuhannya agar terlepas dari rezim zalim ini. Salah satunya dengan rajin ikut pengajian, agar mereka jadi cerdas dan tahu mencari solusi alternatif bagi kehidupan mereka.

Mengapa harus nyinyir? Di saat gempuran pemikiran liberal memorak-porandakan benteng pertahanan umat, generasi muda rusak tak terkendali, bahan pokok melambung tinggi, biaya kehidupan sehari-hari semakin mencekik, pun penyelenggara negara tak peduli rakyat malah sibuk membangun oligarki, umat justru masih berusaha meredam emosi dengan pengendalian diri. Mereka mendatangi pengajian agar mereka mampu menjaga emosi, agar mereka tak anarki, Mak.

Cobalah mengerti, Mak. Cobalah pahami sebagai seorang yang mengaku muslim untuk ikut pengajian. Jangan hanya pernah, tapi rutinlah ikut pengajian. Cobalah menahan diri, Mak. Agar tak lagi menebar nyinyiran pada rakyat sendiri. Cobalah untuk tak menyakiti hati rakyat lagi. Cobalah berhenti dan tak mengulangi lagi. Karena setiap kalimat, akan ada pertanggungjawabannya kelak di akhirat.

Dari sini jelas, ya, Mak. Ngaji bagi orang-orang yang beriman itu adalah untuk memelihara ketakwaannya dan menjaga diri agar mendapatkan petunjuk dan tetap berada di jalan yang lurus. Yuk, Mak, ikut pengajian biar tidak fobia Islam. Agar mak tahu hakikat hidup ini. Tak melulu tentang materi tapi sebagai jalan menggapai rida Ilahi. Siapa tahu nanti mak jadi paham, bahwa negeri ini harus move on dari kapitalisme yang menyengsarakan dan beralih ke sistem Islam. Oleh karena itu, yuk ngaji, Mak. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Bedoon Essem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kala Ibu Ikut Pengajian
Next
Mengapa Ibu-Ibu Mengikuti Pengajian?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram