"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang saleh." (HR. Muslim)
Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sob, enggak ada satu manusia pun yang abadi di dunia ini. Pada akhirnya semua bakal mati. Ya, mati.
Ditambah lagi, mati itu enggak punya S&K. Kalau sudah jatah umurnya habis, pasti nyawa pun melayang. Enggak ada S&K harus sakit dulu baru mati. Nyatanya, banyak orang yang sehat tetiba mati kecelakaan. Enggak ada S&K tua dulu. Nyatanya, banyak yang muda bahkan bayi pun bisa mati.
Ini benar-benar terjadi di tetangga penulis. Dia masih belia, baru lulus SMA tahun kemarin. Dia pulang dari menjenguk kakeknya yang sakit. Eh, ternyata saat berkendara selepas pulang, ia kecelakaan. Tewas di tempat, Sob. Innalillahi wa innailaihi raajiiuun.
Syok? Jelas saja semua orang syok. Tentu yang paling syok adalah orang tua dan keluarganya.
Ini membuktikan bahwa nyawa bukan di tangan kita. Kakeknya yang tua dan sakit enggak mati. Eh, malah cucunya yang segar bugar, tewas kecelakaan. Innalillahi wa innailaihi raajiiuun.
Beberapa hari sebelumnya, penulis juga mendapatkan kabar sedih dari seorang teman yang putrinya meninggal. Anaknya ini masih duduk di bangku kelas 11 SMA. Hanya karena salah minum, membuat anak gadisnya yang baru menikmati sweet seventeen mengalami batuk, asmanya kambuh, dan meninggal dalam proses pengobatan di rumah sakit. Innalillahi wa innailaihi raajiiuun.
S&K kematian juga tidak berlaku saat bencana terjadi. Di penghujung tahun 2022 kemarin, gempa bumi yang cukup dahsyat terjadi. Gempa Cianjur menelan korban yang tidak sedikit. Tak peduli tua-muda, kaya-miskin, sehat atau sakit, jika Allah berkehendak mencabut nyawanya, mereka pun jadi korban. Innalillahi wa innailaihi raajiiuun.
Benarlah firman Allah yang menyatakan manusia tidak akan mampu memajukan dan mengundurkan usianya.
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf: 34)
Lalu, apakah kita harus takut mati, Sob? Ya, kalau enggak punya bekal menghadap Allah sih, memang harus takut ya. Namun, jika kita punya bekal, enggak perlu takut.
Rasulullah sudah memberikan clue terbaik, agar kita bisa mempersiapkan bekal menghadapi kematian. Tepatnya, ada tiga bekal yang kudu disiapkan.
Rasulullah bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang saleh." (HR. Muslim)
Oke, kita bahas satu per satu ya, Sob!
Pertama, sedekah jariah.
Sedekah menggunakan uang alias harta tentunya. Peluang kita di pintu ini amat sedikit. Why? Karena, jika kamu masih sekolah dengan uang saku pas-pasan, tentu bakal susah sedekah bejibun. Namun, tetap ya, Sob sedekah itu penting buat kehidupan kita di akhirat kelak. Meski sedikit yang kita bisa sisihkan untuk sedekah, kamu tetap harus berupaya memberi pada mereka yang membutuhkan.
Kedua, ilmu yang dimanfaatkan.
Hmm…. peluang di bekal nomor dua ini amat besar lho, Sob. Kok bisa? Secara kamu masih muda. Banyak juga yang masih duduk di bangku sekolah. Berarti tiap hari nyari ilmu 'kan?
Nah, ilmu yang didapat itu jangan sampai hanya teronggok di buku cetak, buku tulis, makalah, atau tugas saja! Harus ada ilmu yang jadi amal dalam kehidupan. Sehingga, ilmu ini bermanfaat.
Terus, jangan hanya menuntut ilmu duniawi. Meski penting agar kita bisa eksis dan bermanfaat di dunia ini, ilmu akhirat juga amat sangat penting. Why? Cause, ilmu ini adalah bekal kematian kita. Ilmu yang akan mengantar kita meraih rida Allah dan surga-Nya.
Trus Sob, jangan sampai terjebak pada sekularisme ya! Itu lho paham yang menyatakan bahwa agama harus dijauhkan dari kehidupan. Paham rusak dan berbahaya ini bakal ngebuat kita terjerumus pada jurang yang salah. Kita bakal menjadikan ilmu dalam agama Islam hanya dikaji, bukan dijalani.
Padahal, ilmu dalam Islam bermakna wajib dikaji, diterapkan, dan didakwahkan, agar menjadi ilmu yang bermanfaat dan jadi bekal kematian.
Ketiga, doa anak yang saleh.
Nah, generasi muda saat ini benar-benar krisis saleh. Memang sih, jumlahnya besar dengan adanya bonus demografi sejak pertengahan tahun lalu, tetapi yang terkategori saleh minimal. Kok bisa?
Ya, karena generasi saat ini jauh dari agamanya. Meski muslim, mereka enggan dekat-dekat dengan agamanya. Takut dicap radikal, fanatik, bahkan teroris. Hmm…. ini sih tuduhan salah kaprah ala musuh-musuh Islam. Jangan dipercaya ya, Sob!
Mau enggak mau kamu kudu jadi pemuda muslim yang saleh. Mengapa? Karena, kamulah yang bakal mendoakan kedua orang tuamu agar keduanya masuk surga.
Jangan sampai jadi pemuda durhaka yang enggak ngerti cara mendoakan orang tuanya yang telah meninggal. Bahkan, ngerinya malah sibuk selfie di sisi mayat orang tuanya. Astagfirullah.
Padahal ya, Sob, kelak kita pun berharap punya keturunan yang saleh. Keturunan yang bisa mendoakan kita dan jadi investasi surga. Iya enggak?
Itu artinya harus dimulai dari diri kita sendiri dulu. Jadilah pemuda yang saleh dengan terus mengkaji Islam kaffah, menerapkannya dalam kehidupan, plus ikut menyebarluaskannya dengan dakwah.
Oke ya, Sob tiga bekal inilah yang segera kita eksekusi dalam rangka menyiapkan bekal kematian. Jangan ditunda-tunda ya, karena kematian enggak punya S&K! Bisa jadi malaikat pencabut nyawa telah berada di sisi kita. Bakalan ngeri kalau kita enggak punya bekal untuk menghadap Allah. Iya 'kan?
Batu, 5 Januari 2022[]