"Nah, melihat fenomena tersebut, perayaan malam tahun baru yang demikian jelas-jelas bukanlah bagian dari ajaran Islam ya, Sob. Ya jelaslah, Islam tidak akan mengajarkan aktivitas penuh maksiat gitu ya, Sob. Sebagai seorang muslim kita pun tidak boleh ikutan latah hanya karena biar dianggap mengikuti tren. Apalagi, jika tren itu jelas menyerupai kaum kafir."
Oleh. Ummu Ainyssa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hai Sobat, tahun 2023 sudah di depan mata nih. Sobat, tentunya sudah pada tahu ya, bahwa pergantian tahun telah menjadi momen yang disambut meriah oleh seluruh dunia, tidak terkecuali di tanah air kita. Nah, kalian termasuk yang ikut merayakan dengan pesta pora atau berdiam di rumah nih, Sob?
Kalau termasuk yang ikut merayakan, sebaiknya baca dulu nih Sob, sejarah awal mula dari perayaan New Year's Eve atau malam tahun baru itu sendiri.
Dikutip dari id.m.wikipedia.org, perayaan tahun baru pada 1 Januari pertama kali dilakukan pada masa kekuasaan Julius Caesar, Kaisar Romawi yaitu pada tahun 46 SM. Kala itu, Julius Caesar hendak mengganti penanggalan Romawi yang dibuat oleh Romulus pada abad ke-8. Dalam mendesain kalender baru itu, Julius Caesar dibantu oleh seorang ahli astronomi yang berasal dari Iskandariyah, Mesir bernama Sosigenes yang menyarankan agar penanggalan baru dibuat berdasarkan revolusi matahari, seperti halnya yang dilakukan orang Mesir kuno. Selanjutnya, 1 Januari resmi ditetapkan sebagai hari pertama, di mana satu tahun terdiri atas 365 seperempat hari.
Sementara nama Januari itu sendiri diambil dari nama salah satu dewa dalam mitologi Romawi, yaitu Dewa Janus, konon katanya dewa ini memiliki dua wajah yang menghadap ke depan dan ke belakang. Masyarakat Romawi meyakini bahwa Dewa Janus adalah dewa permulaan sekaligus dewa penjaga pintu masuk. Untuk menghormati Dewa Janus, maka orang Romawi pun mengadakan perayaan setiap tanggal 31 Desember tengah malam untuk menyambut 1 Januari.
Penanggalan ini kemudian dikenal dengan nama kalender Julian yang diambil dari nama Julius Caesar. Saat kalender Julian pertama kali diterapkan, memang belum memasuki tahun Masehi. Tahun Masehi baru dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih dari Nazaret, dan mulai diadopsi di Eropa Barat pada sekitar abad ke-8.
Selanjutnya nih Sob, kalender Julian dimodifikasi sedemikian rupa menjadi kalender Gregorian. Kalender Gregorian yang dicetuskan oleh Dr. Aloysius Lilius disetujui oleh pemimpin tertinggi umat Katolik di Vatikan, Paus Gregory XIII pada 1582. Sistem kalender Gregorius inilah yang kemudian ditetapkan negara-negara di seluruh dunia. Mulai saat itulah, setiap malam 1 Januari dilakukan perayaan pergantian tahun yang makin meriah di seluruh belahan dunia.
Bentuk perayaannya di Barat pun bermacam-macam, Sob. Ada yang berupa ibadah, seperti layanan ibadah di gereja (church servives). Ada pula aktivitas nonibadah, seperti parade atau karnaval, menikmati berbagai hiburan (entertainment), berolahraga seperti hockey es dan American football (rugbi), menikmati makanan tradisional, berkumpul dengan keluarga (family time), dan lain-lain. (www.en.wikipedia.org).
Sementara nih Sob, di tanah air sendiri perayaan malam tahun baru pun tak kalah meriahnya. Banyak nih yang menikmati suasana malam di jalanan. Berpesta sambil menunggu detik-detik pergantian tahun dengan meniup terompet, berkumpul dengan keluarga atau saudara sambil bakar-bakar, termasuk membakar uang dengan sia-sia dalam semalam Sob, cuma buat membeli kembang api. Jauh dari itu, tak sedikit generasi muda yang menghabiskan malam dengan ikhtilat dengan yang bukan mahram, balap liar, pesta miras, bahkan mereka yang terpancing dengan istilah masih perawan berarti enggak gaul pun, tak lagi malu untuk melepas kegadisannya. Nau'dzubillah ya Sob…
Nah, melihat fenomena tersebut, perayaan malam tahun baru yang demikian jelas-jelas bukanlah bagian dari ajaran Islam ya, Sob. Ya jelaslah, Islam tidak akan mengajarkan aktivitas penuh maksiat gitu ya, Sob. Sebagai seorang muslim kita pun tidak boleh ikutan latah hanya karena biar dianggap mengikuti tren. Apalagi, jika tren itu jelas menyerupai kaum kafir.
Ingat ya Sob, Baginda Rasulullah saw. pun telah mengharamkan kaum muslimin menyerupai kaum kafir atau istilahnya tasyabbuh bi al-kuffar sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud,
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka".
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan sanad hadis ini hasan. (Fathul Bari, 10/271)
Hadis tersebut telah mengharamkan muslim menyerupai kaum kafir dalam hal apa pun yang menjadi ciri khas kekafiran mereka, baik dalam akidah atau ibadah, hari raya, pakaian khas, cara hidup, dan lain-lain.
Lantas sebagai seorang muslim, apa nih Sob yang mesti kita lakukan? Ya, anggap saja hari pergantian tahun bukanlah hari yang istimewa, alias biasa saja dan tak perlu dimeriahkan. Selanjutnya, kita jadikan malam ini sebagai waktu untuk muhasabah. Dengan bergantinya hari, bulan, dan tahun berarti bertambah pula usia kita di dunia. Nah, itu artinya makin berkuranglah usia kita di hadapan Allah. Jangan sampai ya Sob, kita menghabiskan sisa umur kita hanya untuk hal-hal yang unfaedah tadi.
Jadi, ada baiknya kita bermuhasabah dan merenungi dosa-dosa kita. Lebih baik nih, kita perbanyak zikir dan istigfar, mohon ampunan, perbanyak tadarus Al-Qur'an dan mengaji. Karena, kita tidak akan pernah tahu seperti apa kondisi kita saat Allah memanggil untuk kembali pada-Nya. Tentunya, kita tidak ingin dipanggil saat dalam keadaan maksiat berpesta pora, menyambut tahun yang tidak pernah diajarkan oleh junjungan kita bukan?
Bukankah Allah juga telah mengingatkan kita agar mengikuti apa yang Rasulullah ajarkan saja?
"Dan apa saja yang datang dari Rasulullah saw. kepada kalian, maka laksanakanlah, dan apa saja yang kalian dilarang untuk mengerjakannya, maka tinggalkanlah!" (QS. Al-Hasyr: 7)
Demikianlah, sejalan dengan firman Allah Swt. di atas pun, Rasulullah saw. sendiri juga menegaskan,
"Apabila aku memerintahkan kalian dengan suatu perkara, maka kerjakanlah semampu kalian! Dan apa saja yang aku larang kalian mengerjakannya, maka jauhilah (tinggalkanlah)!" (Muttafaq ‘alaih)
Makanya nih Sob, yuk jadi muslim yang taat perindu surga. Bukan jadi muslim yang latah dengan gemerlapnya dunia. Sudah saatnya kita tinggalkan dan katakan "No" untuk perayaan New Year's Eve yang jelas bukan ajaran agama kita.[]