What's Wrong with You, Young Men?

"Anak muda harus kembali pada jati diri mereka yang dipenuhi cahaya iman sehingga potensi dan peran strategis mereka ditujukan hanya untuk kebangkitan Islam. Merekalah seharusnya yang berada di garda depan sebagai tameng ketika proyek-proyek kapitalisme digalakkan lewat pembajakan potensi pemuda. Sebab, lewat jejak merekalah langkah awal tegaknya peradaban Islam yang kedua akan dimulai."

Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(RedPel NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-Bercerita tentang dunia anak muda seolah gak ada habisnya, Guys. Begitu banyak masalah yang mengimpit kehidupan mereka. Baru-baru ini kabar mengejutkan datang dari Bogor, sebanyak 311 orang menjadi korban penipuan dengan modus pinjaman online (pinjol). Dari jumlah tersebut, 126 di antaranya adalah mahasiswa IPB. Ratusan mahasiswa tersebut adalah korban modus penipuan yang berkedok menawarkan kerja sama usaha penjualan daring di toko daring milik pelaku.

Jadi kronologinya gini, Guys. Saat mereka bernegosiasi, pelaku menawarkan komisi 10 persen per transaksi kepada para korban. Pelaku meminta para korban untuk membeli barang di toko daring pelaku. Dari sinilah awal mula pelaku bereaksi. Pelaku mengimingi mahasiswa untuk melakukan pinjol kalau mereka tak punya uang. Menurut rilis pers Satgas Waspada Investasi (SWI), uang hasil pinjaman tersebut masuk ke pelaku, tetapi barang tidak diserahkan ke pembeli alias terjadi transaksi fiktif.

Parahnya lagi, para korban tak juga mendapatkan komisi sesuai perjanjian meskipun telah mengajukan pinjol. Pihak berwajib mencatat, total ada lima aplikasi pinjol yang telah digunakan. Sungguh sangat disayangkan ya, Guys. Para mahasiswa ini seharusnya fokus pada tugas utama mereka untuk belajar, malah tertipu dengan iming-iming kaya instan. What's next? Bagaikan mimpi buruk! Mereka kini dikejar-kejar untuk melunasi utangnya dan bisa dipastikan mereka akan stres. Gimana enggak stres coba? Mereka ini rata-rata belum memiliki penghasilan sendiri, akhirnya pusing tujuh keliling membayar utang-utang itu dengan cara apa.

Racun Kapitalisme

Beginilah potret pemuda di era digital, Guys. Mahasiswa yang terjerat pinjol ini pada dasarnya telah teracuni pemikiran kapitalis. Seolah telah dibentuk dalam mindset mereka tentang kesuksesan hakiki yang sejatinya adalah semu. Sukses dalam pandangan kapitalisme adalah ketika seseorang berhasil mengumpulkan banyak uang. Hal ini didukung pula oleh revolusi teknologi digital bahwa apa pun bisa dijadikan sebagai ladang bisnis untuk meraup pundi. Alhasil, revolusi digital ini menjadikan bisnis pinjaman menjadi lebih mudah, cepat, dan bisa diakses siapa saja. Termasuk anak-anak muda seperti para mahasiswa ini.

Sebagai seorang pemuda, mempunyai penghasilan sendiri adalah ego yang tak terelakkan. Bisa saja para mahasiswa ini awalnya punya niatan baik untuk meringankan beban orang tua. Namun bisa juga termakan iming-iming sukses finansial di usia muda. So, ramai-ramailah mereka mengajukan pinjaman lewat aplikasi online, padahal ternyata mereka masuk ke dalam perangkap 'utang' yang ujung-ujungnya membuat mereka stres bukan kepalang.

Siapa sih yang tak ingin hidup bahagia di tengah sulitnya memenuhi setiap keinginan dan kebutuhan hidup hari ini? Tiada hari tanpa henti kita disuguhi tontonan kehidupan mewah para artis dan konglomerat yang seolah-olah tanpa beban dalam menjalani kehidupan. Ya, fenomena ini menjadi jalan bagi para kapitalis untuk menanamkan standar kebahagiaan hidup adalah terletak pada kemewahan dunia. Sadar atau tidak, standar ini telah menjadi patokan umum dalam masyarakat kapitalistik, Guys, termasuk di kalangan mahasiswa atau pemuda.

Maka tak heran, jika mereka hari ini berlomba-lomba menjadi kaya untuk mendapatkan pengakuan atas status sosial mereka melalui transaksi pinjol ini. Dalam kacamata kapitalisme, yang banyak duit akan lebih 'dipandang' ketimbang mereka yang tak berduit. Mahasiswa akhirnya terjerat pinjol hanya karena ingin mendapatkan 'pengakuan' di circle mereka.

Paradigma Sekuler Kapitalisme

Tak dimungkiri, paradigma sekuler kapitalisme telah menjauhkan anak muda dari posisi strategisnya sebagai penggerak perubahan. Potensi mereka seolah ditargetkan pada pemberdayaan peningkatan mutu pembangunan bangsa. Kapitalisme menilai bahwa anak muda memiliki potensi dan posisi strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang maju, berkualitas, dan berdaya saing. Potensi inilah yang dinilai mampu menyelesaikan setiap persoalan bangsa yang timbul. Padahal, kapitalisme tengah membajak potensi pemuda.

Kapitalisme dan sekularisme telah nyata mengubah arah pandang anak muda. Energi mereka yang begitu besar hanya disibukkan dengan aktivitas yang sejalan dengan revolusi teknologi. Fenomena keterlibatan anak muda pada dunia digital yang tidak tepat sasaran semestinya menjadi tamparan keras bagi pembinaan generasi. Lihat saja konten-konten yang tidak bermutu, putus sekolah hanya karena ingin tenar dan viral di jagad maya. Revolusi teknologi seolah dianggap satu-satunya jalan pintas untuk meraih kesuksesan materi tanpa harus menempuh pendidikan berjenjang.

Alhasil, anak muda akan menjadi lebih senang mencari uang daripada harus belajar. Inilah paradigma sekuler kapitalisme yang berhasil menanamkan mindset bahwa tidak perlu sekolah tinggi yang penting bisa memperoleh pundi. Mereka lupa bahwa hidup tidak hanya melulu soal materi, bahwa hidup bukan hanya kesempatan untuk mencari uang. Sejatinya, hidup harus memiliki visi akhirat, dunia tak ubahnya ladang investasi akhirat sebab setelah kehidupan ini, akhiratlah yang menjadi tempat kembalinya manusia.

Pemuda Sejati

Merujuk pada pedoman hidup umat Islam, yakni kitab suci Al-Qur'an, sebenarnya Allah Swt. telah memerintahkan manusia untuk mengabdi hanya pada-Nya semata, bukan mengabdi pada akidah sekuler buah peradaban kapitalisme. Sebagaimana firman-Nya,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)

Mengabdi pada Allah Swt. adalah fitrah yang telah Allah tetapkan pada agama Islam ini. Seyogianya anak muda muslim tetap teguh di atas fitrah Islam. Sampai kiamat pun fitrah ini tak akan pernah berubah. Yang ada justru orang-orang akan berbondong-bondong masuk ke dalam fitrah yang lurus ini, yakni Islam.

Islam telah memiliki sosok-sosok pemuda sejati dan terbaik di setiap masanya. Idealnya, anak muda hari ini seharusnya mengikuti sosok mereka. Keberadaan mereka telah tercatat dalam sejarah peradaban Islam. Anak muda harus kembali pada jati diri mereka yang dipenuhi cahaya iman sehingga potensi dan peran strategis mereka ditujukan hanya untuk kebangkitan Islam. Merekalah seharusnya yang berada di garda depan sebagai tameng ketika proyek-proyek kapitalisme digalakkan lewat pembajakan potensi pemuda. Sebab, lewat jejak merekalah langkah awal tegaknya peradaban Islam yang kedua akan dimulai.

Guys, tahukah bencana besar saat ini? Bencana besar itu adalah ketika potensi anak muda hanya diarahkan untuk memperkaya diri di dunia, namun miskin akan visi akhirat. Oleh karena itu, jangan tanya adakah yang salah dengan anak muda hari ini? Jelas! Sebab, mereka melalaikan potensi besarnya sebagai kaum terdidik bervisi akhirat. Bagaimana dunia ini menuju perubahan besarnya jika anak mudanya tidak sadar akan potensinya sebagai penggerak perubahan?

Closing

Anak muda hari ini harus segera diselamatkan. Kekuatan dan potensi mereka harus diarahkan di garis yang benar, sebab melalui tangan merekalah peradaban cemerlang bisa kembali menaungi dunia. Saatnya memformat ulang mindset mereka tentang standar kesuksesan dan kebahagiaan. Sehingga yang tadinya sangat profan, materialistik, dan bervisi dunia, kini memiliki visi akhirat dan siap mengawal umat membawa perubahan besar dunia menuju tegaknya Khilafah.

Wallahu a'lam bishawab.[]


Photo : Canva

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Miladiah al-Qibthiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Mahasiswa Terjerat Pinjol, Benteng Generasi Kian Jebol
Next
Menjadi Orang Tua Terbaik
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram