Peru Reacts, Ogah Punya Pemimpin Korup!

”Tapi jadi bikin kesal memang kalau pelaku korupsinya adalah kepala negara. Bagaimana mau kasih teladan ke anak buah dan rakyatnya? Padahal, yang namanya pemimpin negara 'kan harusnya kasih contoh yang baik. Lha kalau pemimpinnya korup? Ogah deh!”

Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kisah usang tikus-tikus kantor
Yang suka berenang di sungai yang kotor
Kisah usang tikus-tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi

Guys, ada yang tahu lagu ini gak? Lagu berjudul Tikus-tikus Kantor ini famous banget lho di era 90-an. Lagu yang dipopulerkan oleh Iwan Fals berisi kritik perilaku para koruptor di kalangan pejabat.

Ngomongin soal koruptor memang bikin gemas. Sepertinya mereka gak jera dan gak ada matinya. Bukan cuma terjadi di negara kita saja, di negara-negara lain juga sering terjadi kasus korupsi di kalangan pejabat negara. Salah satunya di Peru.

Belum lama ini rakyat Peru melakukan aksi turun ke jalan di kota Lima, menuntut Presiden Pedro Castillo mundur dari jabatannya karena diduga melakukan korupsi. Gak cuma di ibu kota negara saja, aksi protes juga terjadi di Arequipa, Chiclayo, Cusco dan Trujillo. Tapi, presiden yang dijuluki el profesor ini gak mengaku, Guys. Doi malah bereaksi keras dengan para pendemo dengan menyebut mereka sebagai 'reaksioner' dan ’musuh rakyat' (Tempo.co, 6/11/2022). Ngeles nih Mr. Presiden?

Presiden dari kubu sayap kiri ini kabarnya sudah dua kali lolos dari upaya pemakzulan. Sekarang nih sedang diselidiki oleh Kejaksaan Agung karena masalah korupsi. Castillo dianggap menghambat penyelidikan setelah memecat Menteri Dalam Negeri Mariano Gonzalez yang baru saja dua pekan menjabat menteri. Ssstt, gosipnya Gonzales dipecat gegara pembentukan unit khusus kepolisian untuk menelusuri dan menangkap para sekutu presiden yang diduga melakukan kejahatan (CNNIndonesia, 6/11/2022). Makin curiga dong.

Ogah Punya Pemimpin Korup!

Bukan rahasia lagi ya 'kan kalo setiap ada pesta demokrasi pasti butuh duit banyak. Bukan rahasia juga kalau setiap pejabat yang berhasil naik ke tampuk kekuasaan akan muter otak bagaimana caranya balikin modal kampanye. Nah biasanya sih lewat jalur korupsi, karena kesempatan dan peluangnya ada. Termasuk memanfaatkan jabatan buat memuluskan berbagai proyek. Licik banget ya.

Eh, tapi Peru kan negara sosialis, kok sama kayak kapitalis sih jahatnya? Helloow, kapitalis dan sosialis itu sudah kayak saudara kembar gak identik, Guys. Meskipun ada perbedaan tapi lahir dari rahim yang sama yaitu hasil pemikiran manusia. Makanya aturan yang dipakai pun suka-suka manusia. Standar benar dan salahnya juga sesuai akal-akalan manusia. Misalnya, harapan pemecatan Castillo dari pihak oposisi sayap kanan, bukan semata-mata karena korupsi itu salah, tapi lebih kepada berebut kekuasaan.

Standar kebahagiaan dari sistem kapitalisme dan sosialisme juga sama kok, yaitu materi. Jadi wajar sih kalau praktik korupsi tetap eksis di negara penganut dua sistem ini. Apalagi hukumannya juga gak bikin mereka jera. Penjara beberapa tahun, bayar denda terus bebas deh.

Tapi jadi bikin kesal memang kalau pelaku korupsinya adalah kepala negara. Bagaimana mau kasih teladan ke anak buah dan rakyatnya? Padahal, yang namanya pemimpin negara 'kan harusnya kasih contoh yang baik. Lha kalau pemimpinnya korup? Ogah deh!

Koruptor, Jangan Kasih Kendor!

Kamu mau gak sih dunia ini bersih dari pejabat korup? Pasti mau dong. Memang bisa? Bisa asalkan sistem yang diterapkan untuk mengatur kehidupan manusia bersumber dari Allah Swt., yaitu Islam. Kenapa harus Islam? Karena sistem selain Islam sudah kasih kode bendera putih, alias menyerah. Seberapa pun kuatnya mereka membuat aturan pemberantasan korupsi, buktinya masih ada saja pejabat korup.

Guys, di masa Rasulullah saw. ada seorang sahabat bernama Ibnu Al- Lutaibah yang ditugaskan memungut zakat. Suatu hari ia melaporkan hasil kerjanya, kemudian mengatakan, "Ini untukmu dan yang ini telah dihadiahkan kepadaku!" Rasulullah kemudian marah. Setelah menegur Ibnu Al-Lutaibah Rasulullah saw. berdiri di atas mimbar seraya mengatakan: "Ada apa gerangan seorang petugas yang kami utus untuk menjalankan suatu tugas lalu mengatakan: "Ini untukmu (Wahai Rasulullah) dan yang ini telah dihadiahkan untukku!" Mengapa ia tidak duduk saja di rumah bapak dan ibunya, lalu ia melihat apakah ia diberi hadiah atau tidak?"

Lanjutnya, "Demi Tuhan yang jiwa kalian berada di tangan-Nya, bahwa tiada yang membawa sesuatu pun dari hadiah-hadiah tersebut kecuali ia akan membawanya sebagai beban tengkuknya pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad).

Rasulullah benci banget dengan pejabat yang menerima gratifikasi, sampai-sampai beliau gak segan untuk mencela dan mengumumkannya di depan masyarakat.

Khalifah kedua, Umar bin Khattab juga ketat banget penjagaannya untuk para pejabat dari kemungkinan korupsi. Setiap seseorang diangkat menjadi pejabat, Amirul Mukminin akan mencatat jumlah kekayaan yang dimilikinya. Kalau ditemukan ada tambahan harta dengan jumlah yang gak wajar di akhir jabatan, khalifah akan langsung menyita harta tersebut. Kerennya lagi, Khalifah Umar bin Khattab selalu mengingatkan pejabatnya untuk taat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya dalam pidato prosesi pengangkatan pejabat.

Kalau ada pejabat yang korupsi, hartanya akan disita dan dikembalikan ke Baitulmal. Pelakunya dapat sanksi yang tegas yang bentuknya diserahkan kepada khalifah atau hakim. Tuh kan. Islam bisa kok kasih solusi pemberantasan korupsi, baik pelakunya masyarakat biasa ataupun pejabat negara. Masih mau dipimpin presiden korup? Ogah!
Wallahua'lam bis shawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Irma Sari rahayu Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Pengunggah Konten Asusila Merajalela, Butuh Solusi Paripurna
Next
Lentera Sajak dalam Alunan Pena Peradaban
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram