”Generasi mudalah yang berhak untuk mengambil peran dakwah di zaman milenial. Membuka tabir kepalsuan kapitalisme yang dipuja, sekaligus memahamkan umat tentang solusi Islam, yakni satu-satunya jalan menuju kebangkitan.”
Oleh. Yana Sofia
(Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Guys, masalah yang dihadapi umat hari ini sudah sangat kompleks dan serius. Entah itu korupsi, kesenjangan sosial dan ekonomi, hingga kasus disintegrasi. Di tengah krisis yang tumpang-tindih ini, generasi dihantam pula oleh badai modernisasi, yang mendorong sikap dan mentalitas generasi ikut memengaruhi kehidupan masyarakat digital.
Seperti yang kita lihat, Guys! Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi tak luput memengaruhi perilaku generasi dalam memandang kehidupannya yang sarat dengan ide-ide Barat. Salah satunya ide kebebasan berekspresi yang berkembang menjadi landasan kehidupan. Tak ada lagi generasi patuh dan bersahaja dalam mengikuti norma ketimuran, yang identik dengan Islam. Berganti dengan remaja yang serba bebas, open minded yang bablas, rawan tercemar ide-ide asing yang menginfiltrasinya.
Dan inilah imbas dari penerapan ide sekuler-kapitalisme, Guys! Seluruh aspek kehidupan kita terseret dalam pusaran neoimperialisme Barat yang zalim. Karenanya, bangsa ini tengah dibuat 'sakit' hingga level kritis. Segenap elemen masyarakat bertanggung jawab untuk mengatasi situasi pelik ini. Khususnya generasi muda wajib mengambil perannya. Tampil terdepan dalam menawarkan solusi mabda’i.
Era Digital
Hal yang harus kita pahami, Guys! Wajib menjadi concern kita bersama. Yakni cara agar dakwah bilhak bisa diaktualisasikan ke tengah masyarakat kita dengan tepat sasaran. Salah satunya dengan mempelajari karakter masyarakat digital, di mana di zaman ini informasi bisa sampai dengan cepat, tanpa filter.
Ya, kita tahu sendiri Guys! Dunia digital menawarkan berbagai kemudahan perihal perpindahan informasi. Tidak ada manusia yang bisa dihalangi untuk mengakses peristiwa dan berkontribusi langsung di dalamnya. Siapa pun bisa menjadi sumber informasi, entah itu salah atau benar, kejujuran atau manipulasi. Semua bebas untuk meng-input informasi yang dianggapnya penting dan kemudian menyebarluaskannya.
Masalahnya, apakah segala kecanggihan ini mampu membawa umat bangkit? Apakah kemudahan dalam mengakses informasi bisa mendorong kesadaran umat untuk lebih peduli? Kenyataan tidak, Guys! Umat malah semakin antipati. Nurani umat perlahan mulai mati. Rasa muak yang ditimbulkan akibat masalah yang menumpuk namun nirsolusi, malah mendorong rakyat semakin tenggelam dalam sikap egosentris.
Sementara, kemajuan teknologi dalam mengakses berita bergerak semakin luas. Milenial bergaul di Quora, Basecamp 3, Tinder, OmeTV dan banyak lagi. Hari demi hari, aplikasi berganti mengikuti perkembangan teknologi. Di saat yang sama para sesepuh kita dalam dunia dakwah kesulitan mengimbangi ragam teknologi yang digunakan generasi terkini. Walhasil, milenial pun kian sulit diajak diskusi dan perbedaan sudut pandang pun tak bisa dihindari.
Tentu saja, ini era milenial! Siapa pun akan dianggap kadrun jika tak mampu mengikuti kemajuan zaman. Karena istilah kadrun selalu identik dengan 'ketertinggalan', sebagaimana mereka melihat 'budaya' hijab dan celana cingkrang. Kekeliruan ini, tentu saja wajib kita luruskan. Teknologi bukanlah penghambat kemajuan. Sebaliknya, ia adalah sarana dakwah yang paling efektif di tengah masyarakat digital.
Karenanya, mau tidak mau, generasi mudalah yang wajib mengambil peran mengedukasi umat tentang hal ini. Islam dan teknologi (ilmu pengetahuan) adalah sebuah kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Generasi mudalah yang berhak untuk mengambil peran dakwah di zaman milenial. Membuka tabir kepalsuan kapitalisme yang dipuja, sekaligus memahamkan umat tentang solusi Islam, yakni satu-satunya jalan menuju kebangkitan .
Dakwah Masyarakat Transisi
Dikutip dari mediaindonesia.com, Minggu (7/3/2021), Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan, penggunaan internet di Indonesia dengan menggunakan ponsel pintar sangatlah tinggi, mencapai 167 juta, atau 89% dari total penduduk Indonesia. Di mana menurut Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Keminfo Ahmad M Ramli, rata-rata jumlah pengguna tersebut adalah usia antara 25-34 tahun. Akan tetapi, efek dari sekolah daring, usia pengguna kemudian merambat ke umur hingga 6 tahun.
Dan ya, sebagaimana yang kita saksikan Guys! Pengaruh negatif gadget berupa teknologi digital, tak bisa dianggap sepele. Jangan lupakan, kemajuan ini membawa pengaruh buruk bagi karakter umat berbangsa yang semakin liberal. Bahkan, Keminfo menyatakan, saat ini Indonesia ditempatkan sebagai negara dengan tingkat kesopanan terendah pengguna internet di Asia Tenggara.
Lantas, apa yang bisa kita pelajari di sini? Apa yang harus dilakukan agar kita mampu menjalankan peran sebagai generasi terbaik di tengah umat yang semakin merosot ini? Tidak lain dengan melakukan dakwah pendekatan di tengah masyarakat transisi. Dakwah secara nyata, dengan packaging terkini.
Tema-tema dakwah selama ini umumnya muncul dengan pendekatan yang parsial, tidak menyeluruh dan sistemis. Ya, sekadar dakwah ritual yang jauh dari visi kebangkitan. Dakwah yang hanya bergerak pada tataran ajaran ritual dapat menimbulkan kesalahpahaman pada metode penerapan syariat Islam secara kaffah. Karena belum menyentuh sisi politisnya dan belum dibangun dengan dasar akidah Islam.
Sudah saatnya, Guys! Persepsi masyarakat Islam kita ubah. Dakwah bukan hanya kegiatan menyampaikan ajaran Islam secara lisan, tetapi juga dakwah bil-kalam, tulisan, bahkan dengan dakwah bil-hal. Dalam pemahaman yang mutakhir (kemajuan teknologi) dakwah dapat meliputi segala bentuk kegiatan, termasuk kegiatan pendidikan, kemasyarakatan, pembangunan, bahkan teknologi.
Ya, begitulah! Islam adalah agama dakwah. Karenanya, kebenaran yang terkandung dalam Islam, menurut kodratnya harus tersiar dan harus dihadirkan secara bersahabat. Ini penting, sebab upaya penyebaran pesan-pesan keagamaan harus mampu menawarkan alternatif dalam membangun dinamika masa depan umat. Tentunya dengan mengambil metode dakwah dan wasilah dakwah yang sesuai dengan masyarakat digital.
Dalam kondisi masyarakat yang sedang mengalami transisi global, maka dakwah Islam harus dilakukan dalam dua arah. Pertama, dakwah bil-hal berupa ibadah dan muamalah dengan konsep solusi sentral, yakni akidah Islam sebagai solusi nyata. Kedua, dakwah pada masalah keumatan, dilakukan dengan mempelajari berbagai kecenderungan masyarakat, tentang kebijakan yang lahir dari berhukum dengan demokrasi, membongkar prosedural kebijakan sekularisme, dan menekankan pentingnya penerapan Islam sebagai solusi hakiki. Di mana alternatif kedua model dakwah ini, wajib ditempuh dengan berbagai pendekatan, yakni ukhuwah, multidialog, dan peran media.
Upgrading Diri
Dan hal itu tentunya akan menjadi pekerjaan sulit, Guys! Jika generasi muda tidak mampu memahami kondisi umat dengan mengimbangi teknologi terkini. Kita akan kebingungan memilih uslub dan bahkan memahami alternatif pendekatan dakwah yang paling cocok untuk membuka jalan masuknya ide-ide Islam. Karenanya, sudah menjadi tugas kita untuk senantiasa meng-upgrade diri. Baik dalam meningkatkan tsaqafah, literasi, dan memahami teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama.
Ingat ya, Guys! Manusia adalah makhluk sosial, dan merupakan satu-satunya ciptaan Allah yang paling baik dan tinggi kedudukannya dibandingkan dengan makhluk lainnya di dunia. Karenanya, pasti mampu untuk memaksimalkan perannya sebagai manusia terbaik dibumi. Sebagaimana firman Allah Swt. di dalam surah At-Tin ayat 4, "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Karena Allah telah menciptakan kita sebagai makhluk yang paling sempurna, maka sudah menjadi tugas kita untuk mewujudkan predikat tersebut di tengah kehidupan yang bobrok ini, baik fisik, mental, spiritual pun intelektual. Memahami konsep dakwah media digital salah satunya, untuk menjalankan fungsi sebagai manusia terbaik tersebut. Demi mengintensifkan peran mengembalikan Islam ke tengah kehidupan, yang dengannya mampu menyongsong kebangkitan yang hakiki.
Jika generasi muda kebingungan mengaktualisasikan perannya, nyaman di posisi amannya, merasa cukup dengan kemampuan ala kadar, dan merasa tak perlu meng-upgrade dirinya, maka siapa yang akan mengambil peran ini Guys? Siapa yang akan memahamkan umat akan gentingnya problematik yang dihadapi dan pentingnya menegakkan solusi syar'i?
Teladan Terbaik
Dakwah adalah aktivitas tertinggi. Tugas mulia yang diserukan oleh Rabbul Izzati, untuk meneruskan tugas rasul dan nabi. Itu sebabnya hamluddakwah pantas memperoleh kemuliaan dan pahala yang besar dari Allah. Allah memuji para penyeru dakwah ini dengan firman-Nya, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Al-Fushilat: 33).
Rasulullah saw. menempuh banyak cara untuk mendakwahkan Islam, baik sebelum tegak Daulah Islam, pun saat Daulah Islam tegak di Madinah. Rasul melakukan apa pun demi meninggikan kalam Ilahi. Termasuk dakwah pada kabilah dagang, hingga membuka peluang dakwah lewat berbagai perjanjian. Baik itu berdakwah secara lisan, pun dengan tulisan (surat ke raja-raja).
Karenanya, sudah semestinya kita menjadikan Rasulullah teladan terbaik dalam dakwah ini. Melakukan segala upaya sampai titik darah penghabisan. Bukan malah menjadikan dakwah sebagai aktivitas sampingan, diabaikan, bahkan ditinggalkan. Karena dakwah adalah kewajiban, maka meneladani penghulu dakwah yakni Rasulullah dan para sahabatnya adalah satu-satunya pilihan, agar kita bertahan di tengah krisis multidimensi dan derasnya arus liberalisasi.
Khatimah
Dakwah melawan ide sekuler-kapitalisme ini sejatinya adalah perang. Dan berada di kancah 'peperangan' ini memerlukan senjata berupa iman dan tekad berupa keseriusan dalam upaya mengoptimalkan kekuatan dakwah melalui media digital. Kita bisa menjadi kreator dakwah sesuai bidang kemampuan, yang tentunya digali dan diasah sehingga menjadi profesional. Insyaallah, bisa! Jika kita bersungguh-sungguh meniatkan semua itu demi menyongsong kebangkitan Islam, yakni kemenangan yang telah Allah janjikan.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.[]