”Orientasi peradaban Islam adalah membentuk generasi bertakwa serta memiliki tingkat intelektual yang mumpuni. Tak hanya cerdas di dunia akan tetapi membawa keberkahan hingga akhirat.”
Oleh. Rahmiani. Tiflen, Skep
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Makin ke sini agaknya, gambaran pemuda sebagai agen perubahan telah mengalami pergeseran makna. Jika dahulu para pemuda dinilai berdasarkan prestasi akademisi yang mumpuni dan kecemerlangan berpikirnya, kini semua itu tak perlu lagi. Cukup hanya dengan bermodal viral, maka seseorang itu dapat diangkat sebagai duta Kekayaan Intelektual.
Dimulai dari Viral hingga Penyematan sebagai Duta
Sebagaimana Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, telah mengumumkan pengangkatan penyanyi cilik Farel Prayoga sebagai Duta Kekayaan Intelektual usai menghibur presiden, para menteri, dan pejabat publik lainnya di Istana Negara. Dikatakannya pengukuhan Farel Prayoga sebagai Duta Kekayaan Intelektual, akan dilaksanakan pada malam perayaan Hari Dharma Karyadhika Kementerian Hukum dan HAM (Wartakotalive.com, 21/08/22).
Sebelumnya, Farel Prayoga menjadi perbincangan publik usai meramaikan upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia di Istana Merdeka. Adapun Presiden Jokowi dan ibu negara, tampak berseri-seri seraya bertepuk tangan sembari berjoget ria dari atas podium bersama sejumlah menteri, jenderal, dan para pejabat publik serta tamu undangan lainnya. Tak jauh berbeda, hal serupa juga pernah dialami Bonge selaku ikon Citayam Fashion Week (CFW). Yang pada saat itu, didaulat menjadi Duta Kejaksaan hingga diimingi sejumlah uang (Portal Jember, 30/07/22).
Jadi benar adanya, makin ke sini gambaran pemuda sebagai agent of change sudah banyak mengalami perubahan makna. Jika dahulu para pemuda lebih identik dengan berbagai capaian prestasi, baik itu dalam bidang akademis maupun dalam proses kecemerlangan berpikirnya. Kini, semuanya tak perlu lagi. Cukup dengan viral, langsung bisa jadi duta intelektual.
Kesalahan Orientasi dalam Sistem Kapitalisme
Tak dimungkiri, bobroknya generasi saat ini dipengaruhi pula oleh kegagalan sistemnya. Sehingga dari sanalah, wajah peradaban itu terbentuk. Dalam masyarakat sekuler kapitalis, yang senantiasa memisahkan Islam dari kehidupan manusia, maka orientasi hidup hanya berkisar pada materi semata.
Tak pelak hal itu pun ikut terbawa hingga pola pendidikan hari ini, di mana komersialisasi adalah ciri khasnya. Belum lagi proses transfer ilmu (belajar mengajar) yang hanya didapat saat siswa-siswi berada di dalam kelas, dan ketika telah selesai belajar, ilmunya pun tak dapat digunakan sebagai panduan dalam kehidupan. Sehingga, hal tersebut terkesan membosankan.
Belum lagi menjelang ujian akhir, para pelajar hanya terfokus pada capaian di atas kertas, sehingga mereka mengupayakan berbagai macam cara termasuk menyontek, agar bisa meraih nilai tertinggi. Persoalan tak sampai di situ saja, justru setelah lulus sekolah sulit rasanya bisa masuk ke perguruan tinggi. Sebab lagi-lagi, pendidikan tinggi hari ini telah menjadi ajang bisnis. Kalau punya banyak uang baru bisa kuliah, jika tidak mending mundur teratur. Tapi sebenarnya mahalnya biaya perkuliahan pun, tak menjamin seseorang itu mudah mendapat pekerjaan. Sudahlah kuliah mahal, kerja pun tak ada jaminan.
Dari sanalah terbangun mindset untuk apa sekolah tinggi kalau toh tak menghasilkan cuan yang banyak. Mending jadi penyanyi, atau youtuber, atau viral di sosmed, kan bisa dapat endorse. Hitung-hitung jadi terkenal dan uang pun mengalir, bahkan diapresiasi sebagai Duta Nasional. Itulah gambaran pemuda dalam sistem sekuler kapitalisme.
Profil Pemuda dalam Kacamata Islam
Berbeda dengan profil pemuda dalam Islam, yang optimalisasinya dilakukan atas dasar tanggung jawab bersama. Sebab, pemuda merupakan potensi besar dalam membangun sebuah peradaban. Untuk itu, agar dapat memiliki banyak pemuda yang berkualitas, tentulah hal tersebut menjadi cita-cita suatu bangsa. Sebaliknya, adalah sebuah musibah tatkala suatu masyarakat diliputi para pemuda yang sama sekali tidak bermutu.
Seiring dengannya, Al-Qur’an pun memberi panduan agar para pemuda berhasil mencapai profil ideal (dalam pandangan Islam) yaitu dengan memenuhi kriteria di antaranya:
Pertama, wajib menanamkan pada tiap-tiap diri, bahwa kita merupakan hamba/budaknya Allah Subhanahu wa taala, sehingga patut kiranya untuk senantiasa tunduk serta terikat pada setiap aturan-Nya. Sebagaimana diterangkan dalam QS. Az-Zariyat ayat 56.
Kedua; miliki rasa tanggung jawab, sebab kita pun adalah bagian dari para pemimpin bertakwa. Sehingga apa pun peran kita dalam kehidupan ini hendaklah digunakan dalam rangka menyempurnakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa taala. Hal itu diterangkan dalam QS Al-Baqarah: 30 dan juga Al-Furqan: 74.
Ketiga, senantiasa menjaga diri agar tetap menjadi seorang muslim/muslimah yang tsiqah, dan tak silau oleh gemerlapnya dunia. Seperti termaktub dalam QS An-Nisa: 9 dan juga Ar-Rum; 30.
Keempat; dengan mendalami Islam, maka diri kita akan menyadari bahwa untuk mengembalikan peradaban menjadi cemerlang maka wajib kiranya menetapkan diri menjadi para pengemban dakwah, da’i/da’iyah yang selalu menyeru pada amar makruf nahi mungkar. Seperti tertera dalam QS. Ali ‘Imran ayat 110.
Orientasi peradaban Islam adalah membentuk generasi bertakwa serta memiliki tingkat intelektual yang mumpuni. Tak hanya cerdas di dunia akan tetapi membawa keberkahan hingga akhirat. Sebab dalam Islam menuntut ilmu adalah kewajiban, dan oleh negara pun akan difasilitasi dengan mutu pendidikan terbaik serta bebas biaya, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Yang pada akhirnya akan membentuk peradaban cemerlang, sebagaimana para generasi terdahulu.
Khatimah
Dengan demikian, profil pemuda terbaik hanya dapat dibangun manakala sistem hari ini diganti dengan sistem Islam (Khilafah Islamiah) yang dengannya kelak akan melahirkan prototipe pemuda terbaik di dunia maupun akhirat. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ. رواه البخاري، ومسلم
Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah masaku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka. Selanjutnya datang kaum-kaum yang kesaksian salah seorang mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wallahu’alam bish-shawwab.[]