Kita sering tertukar antara kebutuhan dan keinginan. Harusnya yang dibutuhin ini, eh malah belinya yang itu. Rugi? Pasti. Nyesel enggak? Biasanya iya.
Oleh: Nadiya R.
NarasiPost.com - Dua kata itu hampir selalu dikatakan bersamaan, atau kadang menjadi berubah jika kita salah memaknai. Manusia diciptakan oleh Allah di dunia dengan tujuan ibadah, Allah juga memberikan kepada manusia potensi hidup. Kebutuhan jasmani, naluri, dan akal. Itu potensi yang Allah berikan pada manusia, tentunya juga berbeda dari yang lain. Hewan tidak punya akal, sedangkan manusia Allah beri kelebihan akal. Maka dari itu, bersikaplah selayaknya manusia, gunakan akal untuk berpikir. Apa mau nantinya disamakan dengan hewan?
Bicara potensi hidup, selain akal juga ada naluri atau gharizah. Naluri atau gharizah sendiri dibagi menjadi tiga, ada gharizatun nau', yaitu naluri untuk melanjutkan keturunan. _Gharizatul baqa', adalah naluri untuk mempertahankan eksistensi diri. Gharizatu tadayyun, yaitu naluri untuk menuhankan sesuatu. Ketiga naluri tadi jika tidak dipenuhi, maka tidak akan menimbulkan kematian, mungkin hanya keresahan.
Berbeda dengan kebutuhan jasmani, yang mana ia adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, karena jika tidak dipenuhi, kita bakalan mati. Enggak usah jauh-jauh, kalau kita enggak makan aja, apa yang bakal terjadi? Mati, bukan? Beda lagi kalau sama puasa, ya. Nah, tapi masalah kebutuhan ini kita harus bisa membedakan. Mana kebutuhan dan keinginan.
Misalnya kita ingin beli sepatu, padahal sepatu yang lama masih bisa dipakai dan sepatu yang lama juga belum terlalu sempit. Tapi, nekad buat beli yang baru. Terus, apa yang terjadi? Sepatu lama yang masih bisa digunakan pasti dibiarin aja, kan karena udah beli yang baru? Jelas itu bukan kebutuhan yang urgent banget dan harus langsung dipenuhi. Iya, kan? Awalnya aja udah niat pengin, ingin, mau, atau apalah bahasanya, padahal masih ada yang bisa digunakan.
Keinginan itu bisa, kok, biar enggak terus-terusan maunya keturutan. Harus tahu dulu sebelumnya, kalau keinginan tadi sebenarnya enggak terlalu penting banget. Pasti cuma muasin nafsu, kan? Ada baiknya keinginan tadi ditunda dulu, atau bahkan jangan dituruti selagi kita memang belum butuh. Bukan dilarang dalam Islam, tapi kan kesadaran dari diri sendiri juga yang harusnya berpikir sebelum bertindak. Dan hikmahnya juga bakal buat kita enggak terlalu boros dan punya budaya konsumtif.
Kalau kebutuhan beda lagi, itu suatu yang harus dipenuhi. Misal tadi, kalau enggak makan pasti bakalan mati. Atau kita lagi butuh sesuatu, misalnya buku tulis habis, bolehlah itu dituruti, karena kebutuhan juga kepentingan.
Kadang kita merasa insecure sama suatu barang atau lainnya dengan orang lain. Jadi kita berkeinginan buat ikutin apa yang orang lain punya. Padahal buat kita sebenarnya bukan suatu kebutuhan. Ya memang gitulah, namanya manusia ada aja maunya. Udah dikasih lebih sama Allah, masih aja minta yang lain. Tapi sahabat muslimah, harusnya kita bisa bedain mana yang kebutuhan, mana yang keinginan. Supaya enggak ada trouble nantinya.
Atau bahkan juga kita sering tertukar antara kebutuhan dan keinginan. Harusnya yang dibutuhin ini, eh malah belinya yang itu. Rugi? Pasti. Nyesel enggak? Biasanya iya.
Maka dari itu, kita sebagai makhluk Allah terlebih adalah manusia yang diberi akal, harusnya kita pandai-pandai memilah suatu yang menjadi kebutuhan, dan suatu yang hanya keinginan untuk memuaskan nafsu. Jangan hanya karena lihat temen punya ini punya itu, kita ikutan padahal kebutuhan masih banyak yang belum terpenuhi.
So, baiknya kita gunain akal kita untuk berpikir sebelum bertindak. Jangan anggap sesuatu yang sebenarnya enggak urgent itu jadi kebutuhan. Biar enggak menyesal juga, hemat apalagi. Muslimah sejati itu pasti bisa bedain mana butuh mana ingin. Semangat, ya. Kita sama-sama hijrah buat jadi lebih baik.[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email [email protected]