Generasi Islam Bukanlah Generasi Stroberi

"Ketika kenyataan tak sesuai harapan, maka orang-orang yang terkategori dalam generasi ini akan mudah marah, depresi, bahkan bunuh diri. Mental mereka tidak siap dengan sebuah kegagalan. Mereka akan mudah menyerah kalah, dan berbalik arah dengan menundukkan kepalanya."

Oleh. Bedoon Essem

NarasiPost.Com-Yo, Sob, apakah kamu merasa dirimu adalah orang yang kreatif, keren, cerdas, banyak ide, namun mudah patah arang, putus asa, trauma, atau lembek? Hemmm, jika kamu termasuk yang seperti itu, bisa jadi kamu termasuk dalam anggota strawberry generation.

Generasi stroberi? Apaan itu? Yup, generasi stroberi berasal dari sebuah neologisme bahasa Tionghoa yang digunakan untuk menyebut orang Taiwan yang lahir setelah tahun 1981, yang katanya gampang mengkerut layaknya buah stroberi. Makna dari generasi stroberi adalah sebutan bagi mereka yang tidak mampu menghadapi tekanan sosial, serta tidak mempunyai semangat kerja keras layaknya generasi orang tua mereka, atau kata lain istilah ini digunakan untuk menyebut generasi manja, malas, namun arogan.

Istilah ini berkembang dikarenakan orang-orang yang termasuk dalam kategori generasi stroberi ini dianggap terlalu banyak dilindungi secara berlebihan, dan terlalu dimanjakan dalam masalah ekonomi. Yah, bisa dibilang mereka tinggal minta apa yang mereka mau, tanpa harus bersusah-susah. Seperti halnya tanaman stroberi yang diperlakukan dengan lebih baik dari tanaman lain, digantung di tempat tinggi, dimasukkan ke rumah kaca agar terlindungi dan terjaga.

Generasi Super tapi Mudah Baper

Jika dilihat faktanya, memang generasi stroberi ini terlihat keren, Guys. Karena pendidikan mereka yang terjamin tanpa disibukkan dengan urusan kehidupan, yang membuat mereka bebas melakukan apa saja untuk mengeksplorasi kemampuan mereka. Maka, tak heran mereka menjelma menjadi generasi yang kreatif dan banyak ide. Namun, meski mereka terlihat kreatif dan cerdas, ternyata mereka mudah sekali melempem, gampang frustrasi, dan gampang sakit. Mereka generasi yang bercita-cita besar, melakukan perubahan-perubahan besar, namun mereka tidak suka kerja keras, mereka suka hal-hal instan, alias senang jalan pintas.

Akibatnya nih, Sob. Ketika kenyataan tak sesuai harapan, maka orang-orang yang terkategori dalam generasi ini akan mudah marah, depresi, bahkan bunuh diri. Mental mereka tidak siap dengan sebuah kegagalan. Mereka akan mudah menyerah kalah, dan berbalik arah dengan menundukkan kepalanya. Seakan dunia telah menemui ajalnya. Karena pola pendidikan mereka mengajarkan menjadi ambisius namun nirreligius. Mereka lupa bahwa kegagalan itu proses menuju kesuksesan, serta ada Allah Yang Mahakuasa.

Jiwa mereka rapuh, yah seperti buah stroberi, Guys. Kulitnya terlihat sangar dan kokoh. Namun jika kita usap sedikit saja maka akan mudah terkelupas dan bonyok. Coba deh kita lihat fenomena anak muda sekarang, penampilan kuat, tapi baru putus cinta sudah pengen bunuh diri. Mereka senang hal-hal mewah, suka berhura-hura, bahkan flexing. Akan tetapi, mereka tidak mengenal kata bekerja keras, kesabaran, keuletan, padahal kesuksesan dibangun dari hal-hal itu. Akibatnya, mereka akan mudah ambruk dan roboh dengan sedikit guncangan yang menerpa.

Pemuda dalam Islam

Dalam Islam, pemuda adalah aset yang sangat berharga. Islam pun menaruh perhatian besar pada para pemuda. Pemuda merupakan agen perubahan, penerus estafet perjuangan dan kepemimpinan dunia. Makanya dalam Islam eksistensi pemuda sangat penting. Pemuda dalam Islam adalah pemuda tangguh hasil pendidikan keluarga muslim yang tangguh, serta sistem tangguh yang memfasilitasi tumbuh kembang generasi menjadi pemuda yang kuat serta taat, yang tak hanya berorientasi keduniaan semata, namun bervisi jauh ke depan, yaitu kebahagiaan di kehidupan akhirat. Karena sesungguhnya usia muda kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah, lho.

Dalam Kitab Ash-Shahihah no. 946, Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadis Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam terkait masa muda yang akan ditanya oleh Allah kelak di hari perhitungan, " Tak akan bergeser kaki seorang hamba di hari kiamat dari sisi Rabb-nya sebelum ditanya tentang lima perkara; mengenai umurnya untuk apa ia gunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia hasilkan dan untuk apa, dan ilmu untuk apa yang ia amalkan."

Dalam pandangan Islam, ujung tombak keberhasilan ataukah kegagalan perjuangan dakwah ditentukan bagaimana cara untuk melejitkan potensi para pemuda. Jika kita baca Sirah Nabawiyah, maka akan kita dapatkan kisah-kisah para pemuda pemberani nan tangguh yang memeluk dan memperjuangkan Islam, tak jarang mereka adalah para tuan muda dari keturunan terpandang kaumnya. Namun mereka tak menjadi manja, mereka teguh memperjuangkan kebenaran meskipun harus meninggalkan gelimangan harta dari keluarganya, dengan keimanan yang kokoh serta tekad baja, mereka menjelma menjadi kesatria-kesatria Islam, dan menjadi para pemimpin umat dari kalangan pemuda.

Contohnya, Mush'ab bin Umair sang Crazy Rich kaum Quraisy, yang tak gentar dengan pemboikotan keluarganya dengan memblokir semua asetnya, tak takut jatuh miskin demi Islam meski harus menanggalkan semua outfit-nya yang super mahal dan trend setter, dia menjelma menjadi dai yang mengajak penduduk Yatsrib masuk Islam dan syuhada Uhud. Ada pula Ali bin Abi Thalib, dia memeluk Islam pada usia sepuluh tahun, Guys. Dia begitu berani menggantikan tempat Rasulullah ketika dikepung oleh kaum Quraisy untuk dibunuh dalam peristiwa hijrah. Bahkan dia juga menyusul hijrah dari Makkah ke Madinah seorang diri dengan berjalan kaki, meski kakinya telah terluka namun ia pantang mundur demi Islam. Dalam Perang Badar pun, dia berhasil mengalahkan Syaibah bin Abi Rabi'ah dalam perang tanding, yang semakin memompa semangat pasukan muslim, bahkan kemenangan ini menjadi titik tolak kemenangan pertama dalam sejarah Islam.

Tentu kita pun tak lupa dengan kisah Sultan Muhammad Al-Fatih, dong. Sejak kecil ia memang mempunyai keunggulan dalam menangkap ilmu. Kegemarannya melahap buku-buku sejarah, mendorongnya untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan kemampuannya dalam memimpin, hingga mengantarkannya mampu memobilisasi pasukan dalam pengepungan benteng Konstantinopel. Sebagai pancaran keagungan akhlaknya terhadap syariat Islam, cerminan kuatnya akidah yang telah terpatri dalam dirinya. Ia seorang kesatria tangguh namun juga tawaduk. Ia begitu memuliakan ulama, namun ia juga pemberani. Tak jarang ia terjun langsung ke medan laga dengan pedangnya sendiri.

Ia pun tak mudah menyerah. Mentalnya tak mudah meleyot, Guys. Ini terbukti dengan persiapannya yang tak kenal lelah demi menaklukkan Bizantium dan melebarkan dakwah dan jihad Islam. Ia mempersiapkan 250.000 pasukan untuk mengepung Konstantinopel, benteng tersulit di dunia untuk ditaklukan. Gempuran demi gempuran belum juga membuahkan hasil, bahkan pasukannya mulai banyak yang gugur. Namun, ia terus memikirkan bagaimana caranya untuk dapat menjebol pertahanan kota itu. Dan akhirnya dengan izin Allah ia mengeluarkan ide cemerlang untuk mengangkat kapal-kapal perangnya dan memutar berlayar menaiki gunung Galata demi dapat masuk ke selat Tanduk Emas. Inilah strategi perang paling brilian yang pernah dilakukan di dunia. Membuktikan ketajaman dan kecepatan berpikirnya, keteguhan tekadnya serta ketepatan dalam beraksi, hingga menjadi pintu kemenangan penaklukan Konstantinopel, simbol kekafiran dunia pada saat itu.

So, Guys. Bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah merasakan apa yang dirasakan Mush’ab Bin ‘Umair? Ali bin Abi Thalib, ataukah Muhammad Al-Fatih? Sudahkah kamu berjuang untuk agamamu? Dan tidak mudah meleyot hanya gara-gara putus cinta atau urusan duniawi semata? Apakah kamu masih suka baper dengan bully-an teman? Apakah masih ingin jadi generasi stroberi yang mudah penyok hanya dengan sedikit ujian hidup?

Udahlah, ayo move on! Sudah saatnya generasi Islam bangkit. Tinggalkan tuh kehidupan penuh halu ala drama Korea, yang seakan kuat namun rapuh dan keropos di dalam, yang seakan gemerlap namun gelap gulita menghantuinya. Jadilah pemuda Islam yang tangguh yang tak mudah melempem apalagi cepat patah arang. Ayo jadi generasi tangguh dengan Islam sebagai jalan hidupmu, dan perjuangkan Islam agar menjadi jalan hidup bagi dunia.

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Bedoon Essem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Bedah Naskah (Food Part 1)
Next
Tangan Menengadah Bukan Memohon Berkah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram