"Dan wanita yang meninggal dunia karena melahirkan itu syahid". (HR
Abu Daud).
Oleh : Eli Ermawati
NarasiPost.com - Sebuah hadits yang membuat kita bangga menjadi seorang Ibu:
"Dan wanita yang meninggal dunia karena melahirkan itu syahid" .( HR. Abu Daud)
Menjadi ibu tidak hanya berhenti pada proses melahirkan anak-anak saja. Akan tetapi berlanjut dengan proses mengasuh dan mendidiknya.
Di era saat ini, peran dan fungsi ibu tergeser oleh pendidik dan pengasuh di rumah maupun di sekolah. Tidak peduli anaknya dibagaimanakan oleh pengasuh dan sekolah yang penting pendidikan dan pengasuhannya tercukupi. Hal ini terjadi bukan hanya pada kalangan yang ekonominya tercukupi. Akan tetapi, di sisi yang lain orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang baik, sholih dan sholihah, berprestasi, berbakti pada orang tua dan sebagainya.
Memang, hidup di tengah himpitan sekulerisme dan kapitalisme ini membuat kekhawatiran akan kebutuhan hidup yang serba mahal, biaya kesehatan, juga pendidikannya membuat seorang ibu memilih untuk berperan ganda. Yakni seorang ibu dan istri.
di rumah, juga pekerja di luar rumah, dengan dalih meringankan beban suami dalam mencari nafkah. Anak rela dititipkan ke pengasuh, baby sitter, day care, TPA bahkan ada yang menitipkan pada orangtua (nenenya) sedang ibu bekerja sejak pagi hingga sore. Ini hampir 60% terjadi pada ibu muda yang baru memiliki 1 atau 2 anak.
Walaupun memang bekerja bagi seorang perempuan itu sah-sah saja, karena itu sebuah pilihannya, namun demikian tidak boleh meninggalkan kewajiban utamanya sebagai seorang ibu dan istri. Allah menjadikan aktifitas utama perempuan sebagai ummun wa rabbatul bayt (Ibu dan manajer rumah tangga) senantiasa harus dijaga oleh dirinya sendiri, suaminya dan Negara. Jangan sampai aktifitas utama tergeser ke ranah pemberdayaan ekonomi.
Peran ummun wa rabbatul bayt ini ialah peran istimewa yang agung tanggungjawabnya. Di samping tempat tentramnya suami dan anak-anak. Oleh karenanya terikatlah dengan hukum kehamilan, melahirkan, menyusui dan mengasuh serta hukum 'iddah.
Kita menyadari bahwa pekerjaan ini (Ummun Wa Rabbatul Bayt) bukanlah hal yang mudah yang bisa dikerjakan dengan sambilan, ini adalah amanah yang akan diminta pertanggungjawabannya kelak.
Ketika merasa berat untuk merealisasikan amanah anak ini, bukan berarti kemudian berpikir menjadi tidak mau melahirkan banyak anak, kasihan nanti tidak terurus, kasihan hak anak yang satu belum terpenuhi, tidak sempurna pendidikannya, apalagi hidup dihimpitan kapitalis semua serba mahal, nanti kebutuhannya tidak cukup dll.
Menjadi sebuah tujuan dari pernikahan memiliki anak dan secara fitrah perempuan diberi rahim untuk melestarikan keturunan manusia.
Ada seorang ibu dengan ketiga anaknya yang baru berusia 6 tahun, 3 tahun, dan terakhir 8 bulan, saat ini tengah hamil anak ke empatnya hal itu menjadi bahan perbincangan di sekitar rumahnya. Tidak sedikit yang mencelanya, hanya karena anak-anaknya yang masih kecil-kecil kemudian sudah hamil lagi.
Melihat realita tersebut membuat hati ini geram pada yang berkomentar. Karena kita tidak tau tujuan sebenarnya keluarga tersebut mungkin memang ingin punya banyak anak dengan jarak yang berdekatan. Betul pemikiran saat ini sudah diracuni dengan pemikiran rezim kotor. Hingga memiliki banyak anak saja menjadi sebuah kekhawatiran yang mengancam kehidupannya.
Mereka khawatir jika anaknya banyak, anak terlantarkan, tidak terurus, capek, belum lagi biaya hidup di rezim kapitalis yang serba mahal. Biaya pendidikan dan kesehatan yang mahal.
Membuat mereka lebih memilih 1 atau 2 anak saja cukup, jadi ber KB saja dulu.
Padahal setiap anak yang dilahirkan membawa rezekinya masing-masing, jadi jika ada yang khawatir akan perekonomiannya ini lebih kepada kurang yakinnya atas sebab rezeki dari Allah.
Rasulullah Saw. Bersabda :
"Nikahilah perempuan yang penyayang yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan para Nabi." (HR. Ahmad, Ibn Hibban, Sa'id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik).
Hadits tersebut menjadi motivasi untuk yang bertekad punya anak banyak. Namun kebanggaan Rasulullah tidak sembarang. Bukan yang anak banyak tanpa diurus dengan baik tanpa dididik sesuai ajaran Islam.
Ibu, berbanggalah dengan anak banyak, tetap belajar, menimba ilmu, memohon pada Allah agar diberi kemudahan dalam mendidik dan membimbingnya juga bersabar dalam menghadapi.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]