"Sebelum melakukan sesuatu, tentu pemuda muslim harus memfilter berbagai informasi yang diterima. Jangan sampai asal ikutan tren ternyata menyesatkan kita. Oleh karena itu, yuk, kita luruskan kembali bagaimana bentuk self love yang sesungguhnya bagi seorang muslim?"
Oleh. Annisa Fauziah, S.Si.
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
Narasipost.Com-Guys, sering mendengar kan dengan istilah self love? Apa sih yang ada di benak kalian ketika mendengar kata self love? Katanya sih self love itu penting banget dimiliki oleh kita. Salah satunya sebagai upaya untuk menghilangkan insecurity. Artinya, kalau kita mencintai diri sendiri pasti kita akan lebih percaya diri. Nah, kalian setuju enggak dengan pertanyaan itu?
Memang kalau setiap orang memberikan argumentasinya berdasarkan kepada akal dan perasaan semata pasti ada saja yang menjadi pertentangan, termasuk dalam menentukan standar baik dan buruk. Salah satu pendapat yang salah kaprah, yaitu ketika orang menyimpulkan bahwa self love ini adalah bentuk kebebasan. Artinya, orang bebas melakukan apa pun semaunya asal dia bahagia.
Tidak sedikit influencer yang mengampanyekan tagar self love saat menampilkan tubuh mereka saat berbusana minim. Ada pula yang sengaja menampakkan apa yang dianggap kekurangan oleh standar masyarakat hari ini. Misalnya saja, memperlihatkan wajah berjerawat tanpa filter cantik, menunjukkan badan penuh dengan stretch mark, hingga menampilkan tubuh yang berisi ataupun tubuh kurus kering. Semua itu dilakukan seolah untuk menunjukkan bahwa ia mencintai diri sendiri apa adanya. Nah, apakah kalian juga terinspirasi untuk melakukan hal yang serupa?
Eits, sebelum melakukan sesuatu, tentu pemuda muslim harus memfilter berbagai informasi yang diterima. Jangan sampai asal ikutan tren ternyata menyesatkan kita. Oleh karena itu, yuk, kita luruskan kembali bagaimana bentuk self love yang sesungguhnya bagi seorang muslim?
Sahabat, sebagai manusia Allah Swt. telah memberikan potensi yang luar biasa kepada kita, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhuwiyah), naluri (gharizah), dan juga akal. Potensi yang ketiga inilah yang membedakan kita dengan hewan. Sebab, dengan potensi akal kita bisa membedakan yang baik dan yang buruk.
Namun, sayangnya tidak sedikit anak muda yang enggan berpikir sebelum beramal. Jangankan untuk memastikan apa yang dilakukannya tidak keluar dari koridor syariat. Bahkan, dalam dirinya saja memang sudah terbentuk mindset untuk tidak terikat dengan aturan. Alasannya, jika taat dengan aturan maka hidup akan ribet dan terkekang. Guys, kalian setuju tidak dengan pernyataan demikian?
Padahal, jargon “Asal tidak merugikan orang lain” ternyata tanpa sadar bisa membuat kita salah kaprah. Sebab, apa pun yang kita lakukan di dunia bukan dipertanggungjawabkan kepada manusia, tetapi justru kepada Allah Swt. Apakah kita sudah beramal sesuai dengan aturan-Nya atau sebaliknya? Jadi, jangan sampai karena ingin mencintai diri sendiri justru kita bangga berpakaian seksi padahal jelas hal tersebut tak sesuai dengan aturan yang sudah Allah Swt. tetapkan.
Oleh karena itu, yang harus diingat bahwasannya potensi akal sendiri harus tunduk kepada aturan dari Allah Swt. agar standar yang ditetapkan tidak keluar dari syariat Islam. Guys, coba bayangkan jika aturan itu ditetapkan oleh standar manusia? Semua itu bisa disaksikan saat ini, yaitu ketika banyak orang merasa paling benar dan membuat standar kebenaran sendiri. Menurut mereka, kebenaran itu bersifat relatif. Artinya, tergantung dari sudut pandang mana kita menilainya.
Fenomena ini memang tidak terlepas dari ide sekularisme yang ada di sekitar kita. Meskipun kita hidup di negara yang mayoritas muslim, tetapi aturan kehidupan kita justru dijauhkan dari agama. Artinya, agama hanya dijadikan pedoman dalam beribadah ritual. Adapun dalam keseharian memakai aturan buatan manusia. Aneh bukan?
Lalu, bagaimana Islam sendiri memandang self love? Bagi seorang muslim, sejatinya apa pun yang ada di dunia ini adalah bentuk amanah dari-Nya yang kelak akan kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Tidak ada sesuatu pun yang kekal kita miliki, termasuk diri kita sendiri. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 165 yang artinya:
“Di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.”
Sahabat, ayat tersebut menjadi refleksi bahwasannya cinta sejati kita hanyalah untuk Allah Swt. saja. Sejatinya, yang kita cintai bukanlah diri kita sendiri. Namun, kita mencintai kepada yang menciptakan diri kita dan alam semesta ini. Maka, bentuk cinta kita adalah dengan bersyukur atas qada dan qadar yang sudah Allah Swt. tetapkan. Bukankah apa yang Allah Swt. berikan kepada kita adalah hanya titipan saja? Lalu, apa yang harus kita banggakan?
Mencintai Sang Pengatur kehidupan akan membuat kita memandang dunia dan isinya ini bukanlah untuk kita genggam. Sebab semua itu hanyalah sementara. Guys, bukankah dunia itu adalah tempat di mana kita melakukan ibadah dan ketaatan kepada-Nya? Maka, bentuk self love yang sesungguhnya adalah ketika kita senantiasa menjaga diri kita dari melakukan kemaksiatan serta terus beristikamah melakukan ketaatan.
So, kita akan senantiasa sadar dengan apa pun yang kita lihat, pakai, hingga ucapkan agar senantiasa sesuai dengan syariat-Nya. Kita tak mau ada sedikit pun barang haram yang kita pakai atau makan. Begitu pun dalam berpakaian, bentuk cinta kita justru diekspresikan dengan menutup aurat secara sempurna, bukan sebaliknya mengenakan pakaian semaunya.
Sahabat, mulai saat ini, yuk kita ubah mindset kita agar tidak ikutan latah dengan tren masa kini. Bangga mengusung self love, tetapi sejatinya sedang “menyakiti” diri sendiri karena menjauhkan diri dari aturan-Nya. Padahal, hanya dengan syariat-Nya lah kita bisa merasakan ketenteraman dan kebahagiaan. So, buktikan cinta sejatimu hanya untuk Allah Swt. saja. Sebab, jika cintamu hanya karena nafsu, pasti itu adalah cinta yang semu.
Wallahu ‘alam bi shawab.[]