Pentingnya Skala Prioritas

"Setiap aktivitas kita harus ada skala prioritasnya. Lakukan yang wajib, perbanyak yang sunah, tinggalkan yang haram, jauhi yang makruh, minimalisasi yang mubah."

Oleh. Bedoon Essem

NarasiPost.Com-Gengs, pernahkah kau merasa hidupmu berantakan? Semua agenda tak ada yang beres? Semua ingin kau kerjakan, namun tak ada yang selesai? Dan akhirnya kau berhenti dari semua aktivitasmu, melepaskan semua, menyerah dengan hidupmu?

Teman, kita pasti ingin mempunyai kehidupan yang rapi dan teratur. Kita ingin bisa menyelesaikan setiap aktivitas kita dengan baik. Kita ingin belajar tapi masih sempet main. Kita ingin bisa kajian tapi tetap bisa hang-out bareng teman. Kita masih ingin bisa menghafal Al-Qur'an tapi juga masih bisa nambah teman, menjajal hobi baru, berpetualang, join komunitas, belajar usaha, sempet main game, atau nonton film Marvel terbaru.

Hemm, Guys. Sekilas itu terlihat luar biasa, ya. Tak salah kita punya banyak rencana, atau bahkan mempunyai berbagai aktivitas dalam hidup kita. Namun masalahnya adalah jika itu hanya sebatas rencana yang tersusun rapi dalam buku agenda kita. Kenyataannya, hanya satu dua aktivitas yang bisa kita jalani, atau satu dua hari saja kita bisa menjalaninya. Selepas itu, berantakan semua. Mangkrak alias berhenti di tengah jalan, badan capek, pikiran kalut, jadwal bentrok, plus malas yang melanda, tidak istikamah, serta militansi yang gampang roboh.

Mengapa demikian? Bisa jadi karena kurangnya skala prioritas dalam diri kita, Teman. Terkadang kita tidak memahami apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan. Apa yang kita mampu dan apa yang tidak kita mampu. Yang paling parah kita tidak menjadikan standar Islam jadi acuan hidup kita. Apa yang diperintahkan, yang harus ditinggalkan, yang harus diperbanyak, dan apa yang dibolehkan dalam Islam. Karena kita tidak paham akhirnya serampangan dan sembarangan.

Dalam Islam kita mengenal hukum dasar yang lima. Ada wajib, sunah, haram, makruh, juga mubah. Sebagai seorang yang beriman, kita harus paham ini, Sob. Sehingga, selain kita akan lebih terarah dan teratur dalam melakukan setiap aktivitas kita, juga lebih dari itu kita tetap dalam koridor karakter kita sebagai generasi Islam.

Wajib dalam Islam adalah setiap amalan yang diperintahkan oleh Allah, yang jika kita kerjakan akan ada balasan berupa pahala untuk kita. Amalan-amalan ini tidak boleh ditinggalkan, dan akan dikenai sanksi jika kita sampai meninggalkannya. Contoh nih, Sob, salat, puasa Ramadan, menuntut ilmu, berbakti kepada orang tua, berdakwah, dan lainnya. Nah inilah yang harus kita prioritaskan dalam keseharian kita. Tidak boleh kita remehkan, tunda-tunda, apalagi ditinggalkan. Karena jika kita tinggalkan salah satunya, maka azab Allah akan ditimpakan kepada kita kelak di akhirat.

Sunah, adalah amalan yang apabila kita lakukan kita akan mendapat pahala, dan apabila kita tinggalkan maka kita akan merugi. Amalan sunah ini harus kita perbanyak, Guys. Kenapa? Karena bisa jadi ketika kita melaksanakan amalan wajib kita, ada yang kurang dari kekhusyukannya, kemurnian niatnya, atau kesucian tempat, pakaian, dan sebagainya. Sehingga amalan sunah ini akan menjadi penambah nilai-nilai pahala dari kekurangan amalan-amalan wajib tadi. Sungguh jika kita tinggalkan hal-hal tersebut kita akan menjadi orang yang rugi, karena sesungguhnya kesempatan melakukan ketaatan itu tidak datang dua kali. Contohnya, salat rawatib, puasa sunah, senyum, sedekah, membantu tetangga atau teman, dan lainnya.

Haram adalah semua hal yang Allah larang. Jika kita tinggalkan kita dapat pahala, namun jika kita kerjakan kita dapat dosa. Perkara haram ini adalah semua yang harus kita tinggalkan, tidak boleh kita kerjakan sama sekali. Contoh nih, khalwat atau berduaan dengan lawan jenis di tempat sepi maupun ramai, ikhtilat yaitu campur baurnya antara laki-laki dan perempuan, mencuri, berbohong, zina, liwath, mengkonsumsi miras dan narkoba, seks bebas, melawan orang tua, nge-gosip, dan banyak lagi.

Sedang makruh adalah semua amalan yang jika kita kerjakan tidak berdosa namun jika kita tinggalkan kita akan berpahala. Amalan makruh ini harus kita jauhi. Contohnya, merokok. Sedangkan hal mubah adalah amalan yang diperbolehkan namun arti tepatnya adalah amalan yang sia-sia. Karena dikerjakan ataupun tidak kita tak akan mendapat pahala. Bahkan tak jarang malah membawa bencana berupa keharaman dan mendatangkan kemurkaan Allah, jika dilakukan berlebihan dan juga ada syariat Allah yang dilanggar di sana. Contohnya, nonton drama atau film, walaupun pada dasarnya boleh namun jika ada unsur pornografi pornoaksi di dalamnya tentu itu haram, nge-game jika berlebihan dan lupa waktu hingga tinggal salat tentu itu dosa, hang-out bareng teman jika berpeluang ikhtilat di dalamnya, makan, tidur, belanja, utang piutang, dan sebagainya, jika berlebihan tentu selain akan mendatangkan kemudaratan juga dapat menyebabkan dosa.

So, Guys. Dari sini jelas ya, setiap aktivitas kita harus ada skala prioritasnya. Lakukan yang wajib, perbanyak yang sunah, tinggalkan yang haram, jauhi yang makruh, minimalisasi yang mubah. Main game boleh asal tidak lupa waktu atau malah menghabiskan waktu, lupa salat, belajar, kajian, tugas tidak selesai, amanah tak tertunaikan, apalagi sampai meninggalkan dakwah. Bergaul boleh, tapi hindari khalwat nyata maupun maya dengan lawan jenis.

Jika Islam kita jadikan acuan setiap kegiatan kita, pasti hidup kita akan terarah dan teratur. Tentu kita tahu, Rasulullah adalah orang yang super sibuk, beliau selain seorang Rasul, beliau juga kepala keluarga, kepala negara, juga panglima perang, yang harus mengurusi umat, menyelesaikan problematika umat, berdakwah, mempersiapkan strategi dan mengatur pasukan perang, dan lain-lain. Para sahabat pun demikian, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat lainnya. Meski super sibuk, namun kehidupan mereka teratur, pekerjaan selesai, berkah, dan lancar. Karena mereka paham akan pentingnya skala prioritas, mana yang harus didahulukan, mana yang harus dikerjakan, dan mana yang harus ditinggalkan. So, generasi Islam adalah generasi yang menjadikan Islam sebagai standar hidupnya, bukan? Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Bedoon Essem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menjadikan Al-Qur'an sebagai Furqan
Next
Proyek IKN Mengancam Kedaulatan Negara
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram