"Harus kita akui, sistem pendidikan yang kita tempuh sekarang jauh banget dari nilai-nilai agama Islam. Karena sistem sekuler yang jadi dasar sistem pendidikan kita, akhirnya membentuk kepribadian remaja yang rapuh, gampang emosi dan nggak peduli lagi dengan benar atau salah."
Oleh. Irma Sari Rahayu
NarasiPost.Com-Hai, Gaiss apa kabarnya? Alhamdulillah sudah ganti tahun ya. Kamu sudah punya resolusi dong di tahun yang baru. Apa nih resolusi kamu? Ada nggak yang punya resolusi new year, new handphone?
Bicara tentang HP, benda yang satu ini memang dekat banget dengan kehidupan zaman now. Keberadaannya sudah nggak lagi sekadar gaya hidup, tapi menjadi kebutuhan bahkan ada yang sampai kecanduan. Sehari nggak pegang HP rasanya ada yang kurang. Mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi nggak bisa lepas dari HP. Kalau mau pergi, yang kudu ada di tas kita adalah HP. Lowbat apalagi kuota habis pasti sudah bikin kamu uring-uringan. Hidup serasa hampa kalau nggak ada si benda pipih ini, benar nggak?
Selama pandemi Covid-19, pengguna HP terutama smartphone tambah banyak, Gaiss. Gimana nggak, sekolah, kuliah bahkan kerja pun dilakukan secara daring. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, pengguna smartphone atau ponsel pintar di Indonesia mencapai 167 juta orang atau 89% dari total penduduk (Mediaindonesia.com, 14/3/2021). Sementara itu internetworldstats mengatakan, pengguna internet Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa pada Maret 2021. Berdasarkan data tersebut, Indonesia berada di urutan ketiga dengan pengguna internet terbanyak di Asia (Databoks.katadata.co.id, 14/10/2021).
Untuk keperluan internet, masyarakat kita ternyata mayoritas menggunakan paket data daripada wifi. Seperti yang disampaikan oleh
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), bahwa 97,1% pengguna internet membeli paket data dari operator seluler dan hanya 7,5% saja yang pakai wifi (Tempo.co.id, 10/11/2020).
Gaiss, pernah nggak kamu datang ke tempat-tempat yang menyediakan wifi gratis? Kafe misalnya. Modal ngopi dan cemilan aja kita bisa mengakses internet sepuasnya. Sarana publik lain juga ada yang menyediakan wifi yang bisa diakses oleh siapa saja. Tapi nggak benar juga kalau pemilik wifi akhirnya nggak kasih gratisan lagi terus kita jadi sewot.
Seperti yang terjadi di Medan, Sumatra Utara, nih. Aksi yang nggak boleh dicontoh oleh milenial keren seperti kita. Diduga, gara-gara password wifi sebuah masjid diganti, dua orang pemuda kesal, terus mengejar pengurus masjid sambil membawa parang (Detinews.com, 26/12/2021). Ataghfirullaah.
Duh, miris banget. Kenapa sih anak muda sekarang gampang banget emosi untuk hal-hal sepele? Apalagi pakai kekerasan. Benar-benar jauh banget dari cerminan pemuda muslim yang tangguh. Sedih ya.
Harus kita akui, sistem pendidikan yang kita tempuh sekarang jauh banget dari nilai-nilai agama Islam. Karena sistem sekuler yang jadi dasar sistem pendidikan kita, akhirnya membentuk kepribadian remaja yang rapuh, gampang emosi dan nggak peduli lagi dengan benar atau salah.
Gaiss, harus dibedakan ya mana wifi yang memang disediakan untuk bebas diakses oleh siapa saja dan yang tidak. Untuk tempat-tempat yang menyediakan wifi secara bebas, berari kita boleh menggunakannya tanpa harus minta izin dulu. Nah, beda kalau wifi yang disembunyikan passwordnya oleh si pemilik, maka kita harus minta izin. Kalau nggak dikasih, ya nggak boleh ngambek.
Kalau kamu masih nekat menggunakan wifi orang lain tanpa izin pemiliknya, sama saja kamu sudah bertindak ghasab alias menguasai harta (hak) orang lain tanpa izin. Ghasab ini hukumnya haram, lho Gaiss. Seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah saw.
"Barangsiapa yang mengambil harta saudaranya dengan tangan kanannya, Allah memastikan baginya neraka dan mengharamkan surga baginya. Maka seorang shabat bertanya; "Ya Rasulullah, meskipun barang yang kita pakai barang yang ringan (sederhana)? Ya meskipun sejengkal siwak," jawab Rasul." (HR Muslim, Al-Nasa'i, dan Imam Malik).
Hiii…apa kamu mau dimasukkan ke dalam neraka hanya gara-gara wifi? Bisa jadi banyak yang menganggap memakai wifi tanpa izin adalah masalah sepele, tapi Islam punya aturan yang tegas terkait halal dan haram. Allah Swt. juga menegaskan larangan untuk memakan harta orang lain. Coba deh kita lihat Q.S An Nisa ayat 29
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu."
Jelas ya Gaiss, kita nggak boleh menggunakan barang yang bukan milik kita. Sebagai seorang muslim, kita harus taat dengan aturan Allah Swt. Ingat Gaiss, surga bukan hanya milik para orang tua, tapi milenial seperti kita berhak juga, lho. So, yuk ngaji Islam kaffah, supaya wawasan tsaqafah kita semakin bertambah. Insyaa Allah hidup semakin berkah pahala juga berlimpah. Mau masuk surga? Ya iya lah![]