Spirit doll: Kegagalan Kapitalisme Membangun Manusia dan Peradaban

"Barat telah berhasil meruntuhkan tiang-tiang pengokoh peradaban manusia. Bahkan sudah sampai di ranah institusi perempuan, keluarga, dan generasi. Spirit doll ini membuat manusia bahkan lebih memuliakan benda mati daripada makhluk hidup. Hadirnya spirit doll ini seolah mengubah hidup mereka yang bahkan tidak lagi peduli dengan makhluk hidup di sekitarnya."

Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Hallo, Guys. To the point aja ya! Ada kabar mengejutkan dari selebritas papan atas yang sedang viral di berbagai platform media sosial. Kabarnya, selebritas ini baru saja menyambut kelahiran buah hatinya. Setelah ditelusuri oleh berbagai awak media, rupanya buah hati yang dimaksud adalah sebuah boneka yang didesain hampir 100℅ mirip bayi manusia.

Spirit doll atau boneka arwah telah menjadi tren beberapa hari terakhir ini, Guys. Bagaimana tidak, mereka mengadopsi boneka arwah atau spirit doll ini bukan hanya sekadar mengadopsi, mereka bahkan memperlakukan boneka tersebut layaknya bayi sungguhan. Komentar dari netizen pun mengguyur jagad maya. Ada yang menghujat, mencibir, namun tak sedikit mensuport bahkan latah ingin mengadopsi spirit doll tersebut.

Kalau kalian yang baca tulisan ini responsnya gimana nih melihat tren boneka arwah?

Terjerembab Halusinasi

Guys, disadari atau tidak orang yang memelihara spirit doll tersebut bisa membuat adopternya kehilangan akal sehat, lho. Memperlakukan benda mati layaknya benda hidup yang dilakukan orang dewasa sungguh di luar nalar manusia. Menurut Psikolog Stephani Raihana Hamdan, perilaku tersebut dapat terjadi karena ada dua faktor, Guys. Pertama, hal itu didorong oleh kebutuhan nurturing atau merawat memelihara seseorang atau sesuatu, karena memang pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan ingin merawat generasi baru, dalam hal ini adalah bayi. Kedua, ada juga orang-orang yang memang memilih untuk tidak memiliki peliharaan dalam bentuk apa pun dalam hidupnya. Hmmm….

Tapi, Guys kebutuhan nurturing pada diri manusia ini biasanya disalurkan dengan memelihara atau merawat orang atau hewan atau barang. Di sini nih masalahnya, ternyata setiap manusia memiliki tingkat yang berbeda-beda, bergantung pada tingkat kebutuhan masing-masing individu terhadap sesuatu itu, Guys.

Simpelnya, ada seseorang yang suka memelihara berbagai jenis hewan. Namun, ada juga yang senang merawat anak kecil, bahkan sampai mengadopsi walaupun sudah memiliki anak sendiri. Tapi, yang memiliki tingkat nurturing lebih tinggi ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang belum memiliki anak atau tidak memiliki anak usia tersebut makanya mereka ingin memenuhi kebutuhan tersebut.

Guys, mengoleksi boneka tak menjadi soal jika yang melakukannya adalah anak kecil. Sebagaimana Aisyah ra. ketika berumur 9 tahun amat senang bermain boneka. Tapi, jika bermain boneka tersebut dilakukan oleh orang dewasa, bahkan memperlakukan boneka layaknya anak manusia sungguhan tentu dampaknya akan berbahaya. Apalagi sudah terjerembab dalam ruang halusinasi. Ngeri banget nggak, sih?

Biar kalian makin percaya, simak juga nih penuturan Psikolog dari Universitas Gadjah Mada Koentjoro yang mengatakan bahwa ketika orang yang memelihara boneka arwah kemudian bersikap seolah boneka itu anaknya sendiri maka ini sudah tergolong masalah. Apalagi, jika sampai membentak atau memarahi orang yang menyebut boneka itu benda mati. Seperti selebritas itu, Guys yang membentak sahabatnya karena menyebut anak yang diadopsinya itu hanyalah sebuah boneka yang nggak akan bisa gede. Ya iyalah nggak bisa gede, namanya juga boneka benda mati. Hihihi.

Lanjut, Koentjoro menyebutkan perilaku tersebut bisa dikaitkan dengan gangguan psikologis displacement, Guys. Artinya, orang tersebut mengalami gangguan pada sikap atau dalam dirinya yang ditunjukkan dengan emosi, kemudian disalurkan ke orang lain atau benda lain yang tidak akan melawan balik. Sama sekali tidak melakukan perlawanan alias manut wae.

Hati-hati ya, Guys. Efek psikologis dari kepemilikan boneka arwah ini bisa sangat buruk tergantung dari seberapa jauh emosi yang terikat antara adopter dengan bonekanya. Padahal, sebagai manusia normal seharusnya keterikatan emosional kita pada idrak sillah billah saja ya, Guys. Fenomena adopsi boneka arwah (spirit doll) ini harus segera dihentikan. Kalau tidak, bisa jadi akan memberi dampak yang lebih besar dan bahaya pada psikologi seseorang jika ia tidak memberi ruang batas antara real life mereka dengan kehidupan khayalan. Parahnya, Guys orang itu tidak akan bisa membedakan mana kehidupan khayalan maupun nyata. Ya Rabb….

Tren Menyesatkan

Boneka arwah ini diklaim bisa mendatangkan fortunes, seperti karier atau profesi, kesehatan, dan lain-lain, lho. For your information aja nih, Guys. Spirit doll itu kali pertama muncul di Thailand sekitar tahun 2014. Mereka menyebutnya luuk thep (malaikat anak) yang biasa didandani, diberi makan, dan diperlakukan layaknya manusia biasa. Mereka yakin bahwa luuk thep mengandung roh anak sungguhan yang harus diperlakukan selayaknya makhluk hidup.

Kita semua tahu kan, Guys kalau budaya Thailand itu sangat kental dengan tradisi spiritualnya. Nah, Keberadaan luuk thep ini disinyalisasi selaras dengan mayoritas kepercayaan masyarakat Thailand yang masih menganut animisme dan dinamisme. Mereka kan yakin banget kalau roh jahat bisa mendatangkan marabahaya. Nah, untuk menangkalnya, mereka pakailah luuk thep ini sebagai sarana yang bisa mendatangkan keberuntungan. Duh duh duh… Parah nih, Guys.

Beda lagi nih dengan Barat. Barat justru mengenal spirit doll sebagai boneka altar yang biasa diletakkan di altar untuk menjadi sarana alat persembahan. Seperti yang dikutip di laman The Modern Pagan, spirit doll hanya bisa ditempati oleh satu arwah saja. Seseorang harus melakukan serangkaian ritual terlebih dahulu untuk menghidupkan arwah tersebut. Ckckckckck… Ini benar-benar bentuk penyesatan yang nyata, Guys. Seharusnya sebagai muslim nggak boleh latah dengan perihal yang bukan menjadi tradisi kaum Muslim. Apatah lagi hal itu menyangkut persoalan akidah.. Yaa Rabbana…

Guys, aku kasih tahu ya, mau itu Thailand kek, Barat kek, mungkin bagi mereka memelihara boneka sebagai anak adalah hal biasa. Tapi tidak bagi kaum muslimin. Secara tidak sadar, ini bentuk pendangkalan akidah, make your mind lost, membuat kamu berhalusinasi sampai pada gangguan psikologis. Pada akhirnya, tren ini mengarah pada kampanye marriagefobia bahkan manusia tidak lagi menginginkan kehamilan.

Why did I say like that? Karena maraknya spirit doll ini sesungguhnya merenggut naluri nau' yang telah Allah anugerahkan kepada kita sebagai potensi untuk mencintai dan melestarikan yang namanya keturunan, Guys. Orang-orang pasti pada ogah memelihara dan mengasuh anak manusia sungguhan. Lebih parahnya lagi, kehadiran spirit doll ini akan melenyapkan naluri dan peran keayahan serta peran keibuan kita. Kalau sudah begini, laki-laki dan perempuan yang tadinya bersemangat untuk menyempurnakan separuh agama, akhirnya seolah tidak siap secara mental menjadi sosok orang tua. Na'udzubillahmindzalik.

Kegagalan Kapitalisme

Tarik napas dulu, Guys. Huft… Memang benar, ya. Sebuah way of life yang orientasinya hanya dunia atau bahkan menganggap setelah kehidupan dunia berakhir tak ada lagi kehidupan setelahnya pasti akan menganggap semua yang terjadi di dunia ini sudah takdir. Mereka tidak paham bahwa ada wilayah di mana manusia diberi kebebasan untuk memilih dan menjalani aktivitas kehidupannya. Bebas memilih di sini nggak boleh semau gue, Guys. Bagi umat Islam sudah tentu punya aturan baku yang menjadi pedoman dalam menjalani kehidupannya. Inilah yang menjadi penentu way of life manusia.

Sebagai umat Islam, way of life kita tentu bukan tren yang terjadi di Barat atau di Thailand. Akan tetapi, ia berasal dari Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan manusia. Dia-lah Allah yang merancang seperangkat aturan yang kita kenal dengan sebutan syariat Islam. Syariat Islam ini wajib dijalankan oleh umat yang berakidah Islam. Ibarat dua sisi mata uang, akidah dan syariat Islam itu tidak bisa dipisahkan. Ia akan selalu berjalan beriringan menuntun manusia pada way of life yang sesungguhnya.

Guys, hadirnya spirit doll yang membuat manusia berhalusinasi, hilang akal, bahkan memuja layaknya sesembahan yang bisa mendatangkan keberuntungan, sejatinya bersumber dari akar masalah yang masih menancap kuat di setiap sendi-sendi kehidupan. Sadar nggak sih kalau akar masalahnya adalah merebaknya kehidupan yang demikian sekuler di bawah payung Kapitalisme? Kehidupan sekuler inilah yang menjadikan manusia tidak mau tunduk pada syariat Islam. Mereka meminggirkan penuntun hidup manusia yang sesungguhnya yakni kitabullah dan sunah Rasulullah saw.

Perlahan tapi pasti, Guys. Barat telah berhasil meruntuhkan tiang-tiang pengokoh peradaban manusia. Bahkan sudah sampai di ranah institusi perempuan, keluarga, dan generasi. Spirit doll ini membuat manusia bahkan lebih memuliakan benda mati daripada makhluk hidup. Ia berhasil merenggut kehidupan manusia-manusia yang mungkin saja selama ini merasa kesepian di tengah keramaian yang ada. Namun, hadirnya spirit doll ini seolah mengubah hidup mereka yang bahkan tidak lagi peduli dengan makhluk hidup di sekitarnya. Mereka fokus bertadayyun pada benda mati yang justru akan membuat mereka celaka di akhirat karena menyembah selain kepada Allah _azza wa jalla. _Kecuali mereka tobat.

Membangunl Peradaban

Jika di masa Rasulullah, para sahabat bersama dengan Rasul menghancurkan segala yang bertentangan dengan syariat Islam, termasuk perkara akidah. Maka, di masa sekarang, kita juga punya tugas yang sama untuk menyingkirkan semua yang merugikan, menyengsarakan, bahkan menyesatkan manusia. Kita pasti tahu satu-satunya yang bisa menumpas segala bentuk kejahatan adalah seorang khalifah yang memimpin peradaban (Islam). Namun, mewujudkan peradaban itu nggak bisa sehari, dua hari, Guys, nggak bisa satu, dua orang saja. Akan tetapi butuh jamaah yang besar dan kuat untuk membangunnya hingga peradaban Islam itu benar-benar terwujud…

Memang benar apa yang terjadi di masa Rasulullah sebagian orang menilainya tak lebih dari sekadar memoar. Tapi jangan salah, Guys. Sebuah mata rantai kehidupan yang tidak boleh dilupakan adalah sejarah Islam. Begitu banyak ibrah dan pelajaran berharga yang bisa diambil untuk merancang kehiduapan masa kini dan bagi kehidupan yang akan datang. Nah, demikian juga sejarah peradaban Islam, Guys. Sebagai generasi milenial, kita harus kuasai dengan benar bagaimana sebuah peradaban itu tumbuh dan berkembang menjadi kiblat dunia. Tujuannya apa? Agar mereka tahu bahwa Islam pernah bangkit dengan berbagai kegemilangannya yang sudah pernah diraih oleh umat terdahulu.

Saatnya generasi milenial menyadari dan memahami syarat dan ketentuan kejayaan sebuah peradaban, serta menggali bagaimana menemukan cara dan metode untuk membangun dan menghadirkan peradaban Islam di muka bumi. Jika mereka fokus memelihara sprit doll. Maka, generasi milenial fokus membekali diri dengan ilmu dan tsaqafah yang benar tentang peradaban Islam. Bekal ilmu ini akan mendorong mereka turut berperan aktif dalam perjuangan melanjutkan kehidupan Islam. 

Guys, membangun peradaban adalah harapan mulia dan ini bukan hanya harapan kita, namun harapan umat seluruhnya. Tentu saja harapan mulia ini harus diwujudkan dengan bersungguh-sungguh dan serius untuk merealisasikannya. Hingga umat Islam bangga dengan identitas keislamannya, bangga dengan peradaban Islam yang tengah dioerjuangkan, hingga kita berhasil mewujudkan kembali gelar khayru ummah dalam naungan peradaban Islam. Wallaahu a'lam bi ash-shawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Miladiah al-Qibthiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Semarak Sambut Natal di Arab Saudi, Bukti Salah Kaprah dalam Toleransi
Next
Eijkman Riwayatmu Kini, Warisan Ilmiah yang Terancam Dikebiri
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram