"Tanpa kesabaran yang terus dipupuk, tak mungkin kita mampu istikamah dalam ketaatan. Kesabaran dalam ketakwaan menjauhkan diri dari kemaksiatan. Kesabaran memudahkan diri dalam menerima setiap ketetapan."
Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Beberapa waktu lalu, saya mengikuti sebuah acara bincang-bincang yang diadakan oleh NarasiPost.Com dengan tajuk “Membangun Keluarga Ideologis Bervisi Dakwah.” Bincang Mesra NarasiPost.Com ini menghadirkan Ustaz Ismail Yusanto dan Ustazah Zulia Ilmawati, sepasang pengemban dakwah ideologis yang sangat menginspirasi.
Di antara taburan kalimat bermakna yang disampaikan dalam acara ini, saya terngiang dengan sebuah kalimat yang disampaikan Ustaz Ismail. Beliau mengatakan bahwa modal dakwah itu ada tiga, yakni sabar, sabar, dan sabar. Saya tertegun mendengarnya. Dalam hati membenarkan sekali apa yang beliau sampaikan. Sebuah sifat yang sering kali hilang dalam banyak kesempatan. Sebuah sifat yang sering kali mudah diucapkan, namun berat di pelaksanaan.
Memang benar apa yang beliau katakan bahwa kita butuh sabar, sabar, dan sabar dalam berdakwah. Sabar dalam menghadapi perselisihan dengan sejawat dakwah. Sabar bila ada perbedaan dengan rekan-rekan perjuangan. Sabar bila hasil yang didapat tak sesuai dengan harapan. Sabar bila menemui kesulitan. Sabar dalam menghadapi orang yang didakwahi. Sabar bila mendapatkan pertentangan. Sabar dalam menjalankan amanah. Sabar dalam mengikuti perintah amir. Sabar menghadapi segala lika-liku perjalanan dakwah. Sabar dalam istikamah. Sabar, sabar, dan sabar dalam segala hal.
Kesabaran yang dicontohkan oleh uswah kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagaimana beliau bersabar dalam menjalani dakwah sekian lama di kota Makkah, dengan segala ujian dan tantangannya. Beliau tetap bersabar kala orang-orang kafir Quraisy menentang dakwah beliau, termasuk paman beliau sendiri.
Berbagai celaan, fitnahan, kekerasan, bahkan ancaman pembunuhan dari orang-orang kafir tersebut sama sekali tak menyurutkan beliau dalam mendakwahkan Islam. Beliau tidak marah dan membalas segala perlakuan buruk mereka. Beliau tetap yakin pada perintah dan pertolongan Allah Swt. Rasulullah tidak berkecil hati meski pengikut beliau kala itu hanya sedikit. Beliau tetap bersabar mengikuti wahyu Allah dan menjalankannya sebaik mungkin.
Pun ketika beliau hijrah bersama para sahabat dan kaum mukmin Makkah ke Madinah, beliau laksanakan dengan taat dan sabar sesuai perintah-Nya. Hingga kemudian di kota inilah negara Islam pertama kali berdiri dan mampu menyebarkan dakwah Islam ke seluruh dunia. Melalui jihad fii sabilillah, agama mulia ini bisa diimani oleh manusia dari berbagai latar belakangnya.
Peperangan demi peperangan umat Islam yang dilandasi semangat menegakkan kalimat Allah mampu membuka hati banyak manusia yang sebelumnya terkunci dalam kegelapan. Sampai di masa kini, kita bisa mengecap indahnya iman Islam. Semua berkat kesabaran yang ditanamkan dalam setiap langkah mengemban dakwah.
Betapa pentingnya kesabaran dalam menjalani setiap aktivitas dakwah. Andai ia tiada, mungkin kita tak akan pernah sampai di titik ini. Andai tiada kesabaran, bisa jadi kita mudah merasa lelah dan menyerah. Andai sabar tak mengiringi, sangat mungkin para pengemban dakwah tergoda oleh iming-iming dunia, hingga akhirnya undur diri darinya. Andai sabar hilang, mungkin kita akan memilih jalan pintas yang justru mencelakakan.
Andai tiada kesabaran dalam mengikuti tahapannya, mungkin dakwah ini sudah lama berhenti. Andai tak mau bersabar dalam menghadapi dinamika di antara pengemban dakwah, mungkin dakwah ini akan tercerai-berai. Bukannya mempersatukan dan menguatkan, namun justru memisahkan dan melemahkan ikatan karena akidah. Tanpa kesabaran, tak mungkin bagi pengemban dakwah mampu mencari titik temu permasalahan dan perbedaan di antara mereka. Memahami bahwa perbedaan adalah pasti dan diterima selama bukan berkaitan dengan hal yang mendasar, yakni akidah.
Dengan kesabaran, para pengemban dakwah dengan setia menjalani setiap prosesnya. Sabar ketika mendakwahi sesama. Bersabar menghadapi setiap ujian dan cobaan yang mendera. Tak mudah berputus asa. Tak kecewa bila dakwah tak diterima. Tak jumawa kala dakwah mendapatkan keberhasilannya hingga merasa diri paling berjasa.
Dengan kesabaran, kita mampu melunakkan hati yang sekeras baja. Pun, kesabaran itu akan menguatkan jiwa yang lemah kembali berdaya.
Tanpa kesabaran yang terus dipupuk, tak mungkin kita mampu istikamah dalam ketaatan. Kesabaran dalam ketakwaan menjauhkan diri dari kemaksiatan. Kesabaran memudahkan diri dalam menerima setiap ketetapan.
Sungguh, bila tiada kesabaran dalam dakwah, maka tak akan mampu membuat musuh-musuh Allah gentar. Begitu takut dan terancamnya mereka dengan dakwah ini, mereka membuat makar keji. Mereka bersusah payah mengatur strategi untuk menjatuhkan Islam dan umatnya. Menyematkan berbagai macam label negatif pada Islam. Merekayasa bermacam peristiwa agar Islam dibenci dan ditinggalkan. Mengembuskan Islamofobia di seluruh dunia supaya Islam dianggap sebagai ideologi setan.
Musuh-musuh Allah melakukan berbagai cara untuk membungkam dakwah Islam kaffah. Apa yang mereka lakukan dari dulu hingga kini tak berhasil mematikan dakwah lillah. Yang ada justru dakwah terus berkembang dan mengetuk setiap pintu rumah. Sebagian membuka diri terhadapnya, sebagian lagi masih kukuh menolaknya. Namun, itu hanya masalah waktu. Cepat atau lambat, dakwah ini pasti akan mencapai tujuannya. Di mana setiap sisi akan tersinari oleh cahaya-Nya.
Sabar adalah kunci kemenangan. Kesabaran akan memberikan keberuntungan. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Terkecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr)
Wallahu a’lam bish-shawwab[]
Masya Allah, sulitnya jalan dakwah hanya bisa dilewati dengan kesabaran