Makan Kuaci di Bawah Pohon Trembesi

"Trembesi memiliki banyak manfaat, baik sebagai penghijauan maupun kesehatan tubuh. Trembesi mampu menghasilkan oksigen yang amat berguna untuk bernafas sebab fungsinya sebagai penyerap CO2 yang tinggi dan mengurangi polusi udara. Pun bijinya juga bisa diolah menjadi camilan berupa kuaci."

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pernah makan kuaci? Itu lho camilan dari biji-bijian kecil yang dikeringkan dan diasinkan. Kuaci biasanya dibuat dari biji bunga matahari, biji labu, dan biji semangka. Selain tiga jenis itu, ternyata kuaci bisa juga dari biji pohon trembesi, lho! Wah, seperti apa tuh?

Pohon trembesi atau "samanea saman" sering disebut pula Rain Tree atau Pohon Hujan. Sebutan ini karena pohon trembesi sering mengeluarkan air dari tajuknya lantaran begitu kuatnya ia dalam menyerap air tanah. Karena itu, tak usah kaget bila tiba-tiba ada air menetes kala kamu duduk-duduk di bawah pohon trembesi. Rain Tree bukan tengah menangis, tetapi ia sedang memberimu tanda kasih. Eaa…

Berada di bawah pohon trembesi terasa sangat menyejukkan. Pohonnya yang besar dan dedaunannya yang rindang sangat tepat sekali dijadikan peneduh di tempat-tempat publik. Trembesi biasanya ditanam di taman-taman, halaman sekolah atau kampus, perkebunan atau area luas lainnya. Pohon yang berasal dari Amerika Selatan ini bisa tumbuh hingga mencapai ketinggian 25 meter dan diameter 30 meter.

Manfaat Trembesi

Selain karena bentuk dahannya seperti payung yang bisa memberi naungan, ternyata pohon trembesi memiliki manfaat sebagai penyerap CO2 yang tinggi. Ia mampu menyerap karbon dioksida puluhan kali dibanding pohon yang lainnya. Dalam setahun ia bisa menyerap CO2 sebanyak 28,5 ton. Sementara pohon lain rata-rata hanya 1 ton saja dalam 20 tahun masa hidupnya.

Karena itulah trembesi sangat bermanfaat dalam mengurangi polusi udara dan sebagai penghijauan. Ia menghasilkan oksigen yang amat berguna untuk bernafas. Terasa segar ketika kita berada di bawah pohon trembesi karena bisa menghirup oksigen dengan lapang. Bayangkan rasanya bila makan kuaci di bawah pohon trembesi yang begitu teduhnya! Sudahlah hawanya segar, ditemani kuaci yang kecil-kecil tapi tak mengenyangkan. Meskipun makan banyak dan membuat capai, tapi tak perlu khawatir menjadi gendut karenanya.

Nah, meski pohonnya sangat besar, ternyata trembesi memiliki biji yang kecil. Orang Solo menyebut biji trembesi dengan ‘godril’ dan bisa dimakan seperti layaknya kuaci. Cara membuatnya pun mudah. Cukup bersihkan biji trembesi dengan air mengalir. Kemudian siapkan penggorengan dan goreng biji trembesi tanpa minyak (disangrai). Bisa juga ditambahkan dengan garam untuk memberikan rasa gurih sesuai selera.

Selain sebagai camilan berupa kuaci, biji trembesi juga memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh. Biji trembesi yang mengandung senyawa alkaloid bermanfaat sebagai anti bakteri dan juga untuk mencegah infeksi. Biji trembesi juga mengandung polifenol yang memiliki manfaat mencegah pertumbuhan sel kanker dan memperbaiki fungsi pembuluh darah. Kandungan saponin dalam biji dan daun trembesi berfungsi sebagai anti jamur, anti bakteri dan anti peradangan.

Kandungan lain dalam trembesi adalah asam kaprat yang terdapat dalam daunnya. Asam kaprat ini sebagai anti mikroba dan anti jamur sehingga bisa digunakan untuk mengobati gatal-gatal pada kulit. (herbaldok.com)

Trembesi memang banyak manfaatnya, baik untuk penghijauan maupun kesehatan tubuh. Namun sayang, pohon trembesi termasuk pohon yang agresif. Ia bisa menghambat pertumbuhan pohon lain yang berdekatan dengannya. Akarnya yang panjang menjalar dan besar bisa merusak aspal jalan atau bangunan di sekitarnya. Oleh karena itu, ia hanya cocok ditanam di area yang luas dan jauh dari pemukiman padat penduduk.

Terlepas dari sisi negatifnya, kemampuan pohon trembesi dalam menyerap air secara maksimal sangat penting untuk lingkungan. Keberadaannya bisa untuk mencegah banjir. Menanamnya secara tepat akan memberikan kemanfaatan bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Ini sekaligus juga bisa menghindarkan dari kerusakan atau bahaya yang ditimbulkan dari pohon tersebut.

Rawatlah Bumi yang Ditinggali

Manusia yang telah dianugerahi akal oleh Allah, hendaknya bisa memikirkan cara bagaimana memanfaatkan ciptaan-Nya secara baik. Bukan hanya mengambil keuntungan darinya saja, tetapi juga harus mau merawatnya agar tahan lama atau tetap lestari untuk semuanya. Jangan sampai mengeksploitasi hingga menimbulkan bahaya bagi alam dan penghuninya. Hendaklah manusia mengingat selalu firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 205: “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di muka bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman dan binatang ternak. Dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”

Perubahan iklim dan pemanasan global yang kini tengah melanda bumi tak bisa dilepaskan dari ulah manusia sendiri. Penggunaan bahan bakar yang berlebihan menyebabkan polusi kian meningkat dan bumi makin panas. Berbagai aktivitas manusia yang menghasilkan gas-gas dan limbah berbahaya telah sangat mencemari bumi. Asap-asap dan gas buangan dari kendaraan bermotor, pabrik, industri, pembangkit listrik dan bermacam sampah yang dihasilkan manusia mengotori bumi yang kita tempati ini.

Perilaku sewenang-wenang terhadap alam mengakibatkan ketidakseimbangan hingga bermacam kerusakan dan bencana pun terjadi. Eksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan kapitalis telah merugikan semua pihak. Demi mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya, hutan digunduli, tanah dikeruk hingga habis, dan air dimonopoli dan dicemari hingga tak bisa dimanfaatkan. Banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, hujan asam, dan kekeringan kian parah menimpa umat manusia dan bumi rumahnya.

Menanam pohon merupakan sebagai salah satu upaya manusia untuk mengembalikan hijau dan bersihnya bumi. Bukan hanya untuk generasi saat ini saja, tetapi juga demi anak cucu kita kelak. Berharap agar kita dan generasi selanjutnya bisa tetap menikmati apa yang disediakan alam dengan sehat dan bahagia.

Merawat dan menjaga bumi bukan hanya suatu kebutuhan untuk memperbaiki keadaan, namun juga menjadi kewajiban yang bertumpu pada keyakinan pasti pada Sang Pencipta. Tugas manusia sebagai hamba adalah memelihara apa yang telah diberikan oleh Allah Swt., termasuk alam semesta ini. Jangan sampai melakukan kerusakan di dalamnya atau menambah buruknya dengan berbagai macam kemaksiatan yang dibenci Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-A’raf ayat 56 berikut: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya. Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak diterima) dan penuh harapan (untuk dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah begitu dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Maraknya Begal, Bukti Hilangnya Rasa Aman di Dalam Sistem Kapitalisme
Next
Mendamba Keluarga Sakinah Mawadah Warahmah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram