"Tolerasi dalam Islam adalah membiarkan orang-orang kafir menjalankan ibadahnya masing-masing tanpa diganggu dan diusik. Bahkan, Khilafah menjaga hak dan menjamin fasilitas bagi mereka yang tunduk pada syariat Islam walaupun bukan seorang muslim."
Oleh : Messy Ikhsan
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
Hello, Guys, kalian baca berita yang beberapa akhir ini viral di jagat media sosial karena menuai kontroversi? Hal itu dipicu oleh pernyataan Pangkostrad Letjen Dudung saat menyampaikan pesan kepada prajurit TNI. Beliau meminta untuk bijak dalam menggunakan sosial media sesuai dengan aturan bagi prajurit. Hindari fanatik beragama karena semua agama itu sama di mata Tuhan.
Pernyataan Letjen Dudung ini juga diamini oleh Menteri Agama Yaqut Cholili loh, Guys. Beliau mengatakan bahwa semua agama itu sama di mata Tuhan. Para pemeluk suatu agama pasti menganggap agamanya benar di depan Tuhan.
Lahirnya dua pernyataan dari para pejabat tersebut memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menggemakan geliat pluralisme atau pemahaman yang menganggap semua agama itu sama. Pernyataan seperti itu bukan hanya hari ini saja. Akan tetapi, sudah dari dulu dipromosikan oleh para pemilik kekuasan. Ibarat koran lama yang berusaha diperbaharui agar terlihat cantik dan menarik hati masyarakat gitu, Guys.
Para pendukung pluralisme senantiasa konsisten menyebarkan argumentasi seperti: "jangan lebay dalam beragama", "cukup paham agama secara biasa-biasa saja," "semua agama itu mengajarkan kebaikan pada manusia, hanya beda cara penyembahan Tuhan saja," dan beragam pernyataan lain yang serupa.
Jika dilihat secara sekilas seolah-olah pemahaman pluralisme adalah perkara yang baik ya, Guys. Akan tetapi, jika ditelisik lebih mendalam terdapat banyak kejanggalan dan hal yang aneh. Lantas, benarkah semua agama sama dan bagaimana sikap kita dalam menanggapi pemahaman pluralisme tersebut?
Katakan Tidak untuk Pluralisme!
Guys, pemahaman pluralisme tidak berasal dari Islam, akan tetapi bersumber dari pemahaman Barat yang rusak. Mereka menganggap semua agama itu sama karena lahir dari akidah sekularisme. Yaitu, pemisahan agama dari kehidupan. Aturan yang berkaitan dengan agama hanya mengatur ranah personal saja, tidak boleh dibawa dalam aktivitas sehari-hari. Perkara ibadah cukup dilaksanakan secara minimalis dan tidak boleh berlebihan karena menilai agama sebagai candu dan bahaya.
Guys, kalau kita berusaha memahami agama secara mendalam, kita dikatakan fanatik, radikal, dan intoleransi. Kalau kita tidak sesuai dengan pemikiran yang diusung oleh Barat dan para pemilik modal, siap-siap dicap negatif. Pengertian toleransi yang kebablasan seperti harus mengikuti perayaan ibadah agama lain. Iya, kita dipaksa untuk mengikuti pemahaman dan aktivitas mereka karena sistem kapitalisme yang berkuasa saat ini. Sistem yang mengabaikan peran agama dalam kehidupan dan hanya menuhankan hawa nafsu semata.
Sehingga jelas bahwa pluralisme sengaja dibuat untuk menyerang umat muslim yang ingin taat pada Allah Ta'ala. Agar kita jauh dari syariat Islam dan hanya sibuk perkara dunia saja. Sebab, gelar negatif seperti radikal, fanatik, dan intoleransi sengaja diciptakan Barat untuk memberikan citra buruk pada Islam dan kaum muslim. Sungguh, pluralisme sangat berbahaya dan racun yang mematikan. Benarlah apa yang disampaikan oleh Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 120 yang artinya :
"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (pertunjuk yang sebenarnya." Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah." (QS Al-Baqarah ayat 120)
Mengutip dari pernyataan Bapak Anwar yang berbeda pendapat dengan Letjen Dudung. Sesuatu yang tidak sama, lalu Letjen Dudung katakan itu sama. Padahal, masing-masing agama itu punya Tuhan, kitab suci, orang suci, tempat-tempat suci, dan cara-cara beribadah sendiri yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Bapak Anwar juga mengatakan untuk terciptanya kerukunan hidup yang baik di antara pengikut agama yang ada, bukan dengan menyatakan semua agama itu sama di mata Tuhan. Tetapi, bagaimana mendorong pengikut agama yang berbeda-beda untuk bisa hidup rukun, aman, dan damai.
Maka, yang sebenarnya intoleransi dan fanatik adalah memaksa orang lain untuk mengikuti agama selain kepercayaan yang mereka anut. Hal itu sangat rentan mengundang kehancuran dan kerusakan hubungan antarpengikut agama. Seharusnya setiap pengikut agama dibiarkan melaksanakan ibadah masing-masing tanpa memaksa mereka untuk mengikuti ibadah agama lain.
Hanya Islam yang Benar
Guys, bagi seorang muslim yang taat dan memercayai Allah Ta'ala. Wajib menyakini bahwa hanya Islam satu-satunya agama yang benar dan secara tidak langsung menafikkan agama yang lain. Hal itu bukan bentuk intoleransi, tetapi konsekuensi keimanan seorang hamba. Bagi kami, wajib memahami Islam secara mendalam dan kaffah sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur'an. Salah satunya sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ali-Imran ayat 19 yang artinya :
"Sesungguhnya agama yang diridai di sisi Allah adalah Islam." (QS. Ali Imran ayat 19)
Oleh karena itu, pluralisme yang menganggap semua agama itu sama di mata Tuhan sangat berbahaya dan bertentangan dengan syariat Islam. Kita harus senantiasa waspada dengan pemahaman sesat tersebut karena orang-orang kafir akan selalu berusaha menyebarkan ajarannya di tengah-tengah kaum muslim.
Pemahaman pluralisme memang sengaja dirancang untuk menyasar kaum muslim yang gencar memperjuangkan Islam. Dengan memberikan stigma negatif kepada para pejuangnya seperti intoleransi, fanatik agama, teroris, radikal, dan gelar lainnya yang menyudutkan kaum muslim. Padahal, 13 abad yang lalu Rasulullah sudah mengajarkan bagaimana toleransi yang sesungguhnya. Islam tidak memaksa orang-orang kafir untuk menjadi seorang muslim dan tidak memaksa mereka untuk menjalankan ibadah kaum muslim juga.
Tolerasi dalam Islam adalah membiarkan orang-orang kafir menjalankan ibadahnya masing-masing tanpa diganggu dan diusik. Bahkan, Khilafah menjaga hak dan menjamin fasilitas bagi mereka yang tunduk pada syariat Islam walaupun bukan seorang muslim. Warga negara Islam terdiri dari kaum muslim dan orang-orang kafir, semuanya mendapatkan pelayanan yang sama di dalam Khilafah.
Hal itu disampaikan oleh Sir Thomas Walker Arnold dalam buku "The Peaching Of Islam". Arnold mengatakan bahwa nonmuslim menikmati toleransi yang sangat besar di bawah kekuasaan muslim (khalifah). Padahal pada saat yang sama, Eropa belum mengenal toleransi. Barat baru menyemarakkan tenggang rasa umat beragama pada zaman modern.
Sungguh, kehebatan ajaran Islam diakui oleh dunia baik kaum muslim maupun orang kafir. Sejatinya, pemahaman pluralisme bukan untuk membuat umat rukun dan damai. Akan tetapi, malah menghancurkan kerukunan yang berlangsung selama berabad-abad. So, Guys, hati-hati dan selalu waspada dengan bahaya laten pluralisme dengan selalu semangat belajar Islam kaffah. Hamasah![]