"Pendidikan ala sekularisme merupakan ladang bisnis yang hanya mengutamakan keuntungan materi. Tidak ada istilah pelayanan gratis tanpa syarat dan ketentuan berlaku. Termasuk memberikan bantuan pendidikan kepada mahasiswa harus ada jaminan untung bagi para kapital."
Oleh. Messy Ikhsan, S.Pd.
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Guys, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan menimbulkan efek buruk pada beberapa sektor kehidupan seperti kesehatan. Tak sekadar itu, efek buruk pandemi juga menyasar sektor perekonomian. Banyak masyarakat kalangan tingkat menengah ke bawah dirundung nestapa karena harus kehilangan sumber penghasilan. Sehingga membuat mereka kesulitan untuk membayar biaya pendidikan sang buah hati. Bahkan, sampai setengah juta mahasiswa harus rela putus kuliah karena tak kuasa membayar uang UKT yang melonjak tinggi. Huft, ngeri dan miris sekali!
Kabar itu bersumber dari Kepala Lembaga Beasiswa Baznas Sri Nurhidayah dalam pengenalan zakat untuk pendidikan di Jakarta via daring. Sri mengatakan bahwa dalam kurun waktu satu tahun jumlah putus kuliah mencapai 602.208 mahasiswa, dilansir dari laman JawaPos.com pada (16/8/21).
Kebanyakan mahasiswa yang putus kuliah berasal dari penguruan tinggi swasta karena UKT yang melonjak tinggi. Sebab, pengelolaan kampus diserahkan kepada individu dan yayasan. Sehingga salah satu sumber pemasukan dana kampus berasal dari uang yang diberikan mahasiswa. Jika banyak mahasiswa yang memilih putus kuliah, tentu hal itu akan berdampak buruk pada eksistensi perguruan tinggi swasta. Bahkan, dampak yang paling buruk akan banyak kampus swasta yang gulung tikar. Astagfirullah, ya, Guys.
Ditambah lagi dengan data penelitian yang dibuat oleh BEM Universitas Indonesia mengatakan 72% dari total 3.321 mahasiswa mengalami kesulitan dalam membayar biaya UKT. Sebagai bentuk rasa empati terhadap masa depan generasi muda, Najwa Shihab bersama relawan KitaBisa merancang program donasi untuk membantu membayarkan uang kuliah para mahasiswa yang tidak mampu.
UKT Melonjak Tinggi, Masa Depan Generasi Terancam
Bagi golongan anak-anak penguasa dan pengusaha, biaya UKT yang mahal bukanlah masalah. Mengingat hari-hari hidup mereka dihiasi dengan kemewahan dan gemerlap dunia. Berbeda dengan keadaan anak-anak yang lahir dan tumbuh di kalangan kelas menengah ke bawah. Bagi mereka, mampu menyicipi pendidikan merupakan hal terindah dan perkara yang sangat mewah. Akan tetapi, harapan itu pupus saat aturan manusia yang berkuasa. Orang-orang yang memiliki uang bertindak sesuka hati dan nafsu tanpa memikirkan perasaan orang lain ya, Guys.
Sejak awal pandemi corona pun mahasiswa sudah banyak yang turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi dan melakukan aksi protes. Agar ada penurunan biaya UKT atau bantuan bagi mahasiswa yang tidak mampu. Akan tetapi, semua itu hanya dianggap angin lalu oleh orang-orang yang berkuasa. Padahal, semakin hari kondisi di seluruh sektor kehidupan kian sulit dan menjepit.
Sistem kapitalisme memang egois sekali pada rakyat biasa. Slogan yang katanya memberikan pelayanan terbaik untuk rakyat. Ternyata, hanya kata-kata di bibir manis saja, tetapi nihil dalam realita. Pendidikan ala sekularisme merupakan ladang bisnis yang hanya mengutamakan keuntungan materi. Tidak ada istilah pelayanan gratis tanpa syarat dan ketentuan berlaku. Termasuk memberikan bantuan pendidikan kepada mahasiswa harus ada jaminan untung bagi para kapital. Sehingga rakyat dibiarkan berusaha sendiri untuk mampu menyicipi fasilitas yang ada. Padahal, seharusnya semua itu bagian dari tanggung jawab negara.
Indonesia sebagai negara yang kaya raya dengan potensi emas yang melimpah ruah seharusnya mampu membiayai kehidupan seluruh masyarakat sampai tujuh turunan. Termasuk bisa membiayai pendidikan generasi muda secara murah atau bahkan gratis. Akan tetapi, semua itu hanya angan dan khayalan semata tatkala SDA negeri ini dikuasai oleh asing dan aseng. Sementara rakyat pribumi hanya bisa memungut sampah-sampah yang berserakan.
Kondisi mahasiswa yang putus kuliah kudu harus diselesaikan secara tuntas ya, Guys. Sebab, ancaman kehilangan potensi intelektual generasi muda berada di depan mata. Apakah kita ingin negeri ini dipimpin oleh generasi yang rapuh dan krisis identitas?
Pendidikan Terbaik dalam Sistem Terbaik
Dalam Islam, pendidikan merupakan hak seluruh rakyat yang harus dipenuhi secara maksimal oleh negara. Sama halnya saat Khalifah memenuhi kebutuhan rakyat dari segi sandang, pangan, dan papan juga harus secara maksimal. Jabatan kekuasaan yang dimiliki bukan ajang untuk eksistensi diri. Melainkan ajang untuk melayani rakyat dengan sepenuh hati tanpa tapi dan tanpa nanti. Sebab, setiap tetek bengek perkataan dan perbuatan pemimpin akan Allah mintai pertanggungjawaban secara rinci.
Khalifah sadar betul dengan amanah yang harus ditunaikan, hingga berusaha serius mengurusi hak rakyat. Salah satunya dengan memberikan jaminan pendidikan yang berkelas dan berkualitas, dengan harga yang murah dan terjangkau atau bahkan gratis. Mengingat Khilafah merupakan negara yang kaya raya karena mengelola SDA secara mandiri dan hasilnya dikembalikan untuk memenuhi kesejahteraan rakyat.
Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Bukhari yang berbunyi :
"Imam adalah pengurus rakyat dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya."
Negara wajib menerapkan strategi pendidikan yang sesuai syariat karena berlandaskan asas akidah Islam. Pendidikan yang maju dan mengikuti teknologi perkembangan zaman selama tidak bertentangan dengan prinsip Al-Qur'an. Sehingga lahirlah generasi muda yang berkepriadian Islam, multitalenta, berpikir cemerlang dan bervisi akhirat. Tak hanya sukses menaklukkan ilmu duniawi saja, akan tetapi, juga bergelar hamba terbaik di sisi-Nya. Semua itu hanya didapatkan saat Islam kaffah diterapkan dalam bingkai institusi Khilafah. Yuk, bersama-sama jadi generasi pejuang Islam.[]