"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji. Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan baik." (QS An-Nur ayat 26)"
Oleh: Messy Ikhsan
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hello, Guys! Sebuah konten berupa question and answer tentang kriteria memilih pasangan hidup, lagi viral di dunia maya, nih. Pertanyaannya seputar mau memilih pasangan yang baik atau pasangan yang nakal? Sosok yang ditanya pun menjawab bahwa ia memilih pasangan yang tidak baik karena berdalih bahwa mereka yang baik itu tidak asyik untuk diajak maksiat, sok jaim, dan suka bawa identitas agama.
Duh … tunggu, tidak asyik diajak apa, nih? Tidak asyik diajak berbuat maksiat? Kok, tiba-tiba jadi berbau negative thinking dan jadi aneh, ya, Guys? Lah, kok bisa begitu? Pasti pertanyaan yang sama juga menggelinding di kepala kalian juga? Bukankah setiap orang ingin pasangan yang baik dan paham agama agar bisa membawa kita ke istana jannah? Tapi, kok, ada fakta yang malah berbanding terbalik, ya?
Hadeh, benar-benar bikin geleng kepala melihat ulah generasi muda zaman now. Tiap hari, ada saja hal aneh yang diproduksi. Bukannya sibuk jadi pemuda yang merangkai segudang prestasi dengan memperbaiki diri, eh … malah sibuk dengan kontroversi dan sensasi.
Maksiat, Kok Bangga?
Memang benar, setiap orang punya pilihan masing-masing dalam menentukan dan memilih pasangan hidup, ya, Guys. Akan tetapi, bukankah setiap orang ingin memilih yang terbaik bagi dirinya dan Sang Pencipta juga? Bukankah setiap orang ingin menjadi pribadi yang jauh lebih baik setiap harinya? Jika benar, lantas kenapa masih ada orang-orang yang memiliki pemikiran tersebut?
Astagfirullah, tidak habis pikir dengan orang-orang yang memiliki pemikiran demikian! Mereka tidak menginginkan pasangan yang baik, tetapi malah bangga memilih pasangan yang nakal.
Sebenarnya, mereka pun tak bisa disalahkan seratus persen, ya, Guys. Sebab, pemikiran seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungan, pendidikan, dan sistem yang sedang diterapkan saat ini yaitu sistem kapitalisme.
Sungguh, sangat miris melihat generasi muda zaman now. Kok bisa, mereka bangga melakukan maksiat dan unjuk taring di depan publik dengan membuka aib sendiri? Nanti, kalau sudah merasakan efek negatif dari pergaulan bebas seperti hamil, penyakit kelamin, dan lain-lain, baru deh, sadar dan menangis tersedu-sedu, bahkan sampai ada yang menyalahkan Allah.
"Lah, loe yang maksiat, kenapa Allah yang jadi disalahkan?"
Bukankah Allah sudah acapkali mengingatkan di dalam Al-Qur'an untuk menjauhi aktivitas pacaran?
Lihatlah, saat ini yang berkuasa masih sistem kapitalisme yang berasas sekularisme. Ranah agama hanya mengatur personal individu saja, tidak boleh dibawa-bawa pada ranah publik. Karena itu, lahirlah generasi muda yang memiliki pemikiran liberal dan menuhankan hawa nafsu semata, bebas, mau melakukan dan berbuat apa saja selama tidak mengusik kepentingan orang lain.
Termasuk menjadikan mayoritas suara terbanyak sebagai sumber pijakan hukum. Misalnya, kalau bejibun orang memilih pacaran, maka otomatis pacaran itu dibolehkan. Kalau bejibun orang memilih pasangan yang nakal, maka otomatis hal itu dibolehkan. Kalau misalnya, bejibun orang memilih berzina, lantas apakah berzina itu juga diperbolehkan?
Tentu, presepsi itu menjadi blunder di tengah masyarakat karena ketidakjelasan standar pebuatan dan standar pemikiran yang dianut. Sebab, setiap manusia memiliki keinginan dan isi kepala yang berbeda, walaupun kepala sama-sama hitam. Tidak semua hal bisa dihitung rata dan disesuaikan dengan banyak orang. Misalnya, si A punya kriteria pasangan baik seperti ini, si B punya kriteria pribadi pula, dan si C ada kriteria khusus juga. Jadi pusing sendiri, kan, Guys?
Begitulah kalau aturan dikembalikan pada logika manusia, bisa menimbulkan perpecahan, perbedaan, pertengkaran, dan perselisihan. Kalau sudah seperti demikian, siapa yang berani bertanggungjawab? Maka, benarlah firman Allah dalam QS Al-An'am ayat 116 yang artinya:
"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka itu hanya persangkaan belaka dan mereka hanya membuat kebohongan."
Pilih Pasangan Baik Berdasarkan Standar Islam
Guys, Islam memiliki aturan yang super lengkap terkait hubungan lelaki dan perempuan. Di dalam Islam, tidak terjadi interaksi tanpa keperluan penting dan mendesak, seperti pendidikan, kesehatan, dan muamalah. Ditambah lagi, peran negara yang membekali generasi muda dengan identitas Islam kaffah dan kepribadian. Dengan begitu, standar perbuatan dan pemikiran harus sesuai dengan standar Al-Qur'an, bukan hawa nafsu manusia. Demikian pula dengan aturan standar dalam memilih pasangan hidup, juga harus berdasarkan pada syariat.
Dalam proses memilih pasangan pun, kita harus memilih calon yang baik, yang paham agama. Kalau belum paham agama, maka wajib belajar ilmu syariat. Pengenalannya pun lewat proses ta'arufan, bukan lewat jalur pacaran, bukan pula dengan embel-embel ta'aruf, tetapi akitivitasnya masih pacaran. Ingat, Allah melarang keras perbuatan yang mendekati zina.
Sekarang memang masih ngeyel ingin pacaran sama si doi. Nanti kalau putus atau hamil di luar nikah, langsung nangis dan bilang Allah tidak adil. Hah, situ masih waras? Bukankah kemarin koar-koar mau blacklist pasangan yang baik dan kekeh mau pacaran? Padahal, jauh-jauh hari sudah Allah ingatkan untuk jaga pandangan, jaga hati, jaga mulut, jaga interaksi dari yang bukan mahram.
Kalau cari pasangan yang baik lewat jalur pacaran, tentu tidak akan ada dan tidak akan pernah ada, ya, Guys. Sebab, lelaki atau perempuan yang baik tidak akan mau bermaksiat kepada Allah. Sayangnya, masih banyak oknum-oknum yang tidak punya hati nurani menggunakan label agama untuk menghalalkan kemaksiatan yang mereka lakukan. Baju sih alim, tetapi pikiran dan sikap malah berseberangan dengan syariat hingga lahirlah istilah pacaran islami, pacaran positif, dan lainnya. Padahal, dalam Islam, jelas bahwa hukum pacaran itu haram.
Memang benar, perihal memilih pasangan adalah pilihan masing-masing. Akan tetapi, pasti kita ingin punya pasangan yang bisa mengajak ke istana surga dan kebaikan, saling mengingatkan dalam ketaatan dan kesabaran, kan? Ingat ya, Guys, jodoh itu cerminan diri. Kalau ingin pasangan yang baik, kita pun wajib untuk memperbaiki diri. Sibukkan diri dalam berhijrah, perdalam Islam kaffah, dan giat berdakwah. Jadi, pilihlah seseorang karena Allah Ta'ala, bukan karena dunia semata. Hamasah!
Allah berfirman yang artinya:
"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji. Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan baik." (QS An-Nur ayat 26)[]