Mensyukuri Nikmat Sehat

Jika kita mau bersyukur kepada Allah Swt., sejatinya kita melakukannya untuk kebaikan diri kita sendiri. Sebab, rasa syukur kita akan membuat Allah menambahkan nikmat-Nya kepada kita.
"Ada dua kenikmatan yang melalaikan manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang." (HR. Bukhari)

Oleh: Mariyah Zawawi

NarasiPost.Com-Salah satu kenikmatan yang tiada tara dari Allah adalah nikmat berupa kesehatan. Betapa tidak, saat tubuh kita sehat, kita dapat melakukan berbagai aktivitas. Kita dapat mengerjakan berbagai tugas dan kewajiban kita baik sebagai seorang istri, ibu, ataupun pengemban dakwah. Kita dapat berkhidmat kepada suami, melayaninya serta menyediakan berbagai keperluannya. Begitu pula kita dapat mengasuh dan mendidik anak-anak kita dengan baik. Di samping itu, kita dapat menyebarkan kebaikan kepada orang-orang di sekitar kita.

Bahkan, kita dapat menikmati lezatnya masakan pun di saat kita sehat. Saat kita sakit, kita akan merasakan ketidaknyamanan pada tubuh kita. Mulai dari pusing kepala, mual, hilangnya fungsi indra penciuman (anosmia), rasa pahit di lidah, dan sebagainya. Hal ini sedikit banyak akan memengaruhi selera makan kita. Kalaupun kita makan, mungkin ada rasa terpaksa. Akibatnya, kita tidak dapat merasakan nikmatnya makan.

Karena itu, kita patut mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Nikmat mata yang sehat, hidung yang sehat, telinga yang sehat, kaki dan tangan, serta organ-organ lainnya yang sehat. Terlebih jika organ-organ dalam kita yang sehat. Sakit di bagian luar tubuh saja akan menciptakan ketidaknyamanan, apalagi jika yang sakit di bagian dalam.

Rasa sakit di tubuh kita juga akan membuat kita harus mengeluarkan dana untuk pengobatan. Bisa jadi, dana itu tidak sedikit. Apalagi saat kita hidup dalam sistem yang serba kapitalistik saat ini, di mana para kapitalis di bidang kesehatan memanfaatkan orang sakit sebagai alat untuk menambah pundi-pundi mereka. Akibatnya, mereka yang miskin tidak mampu berobat. Hingga muncul adagium, orang miskin dilarang sakit.

Karena itu, jika saat ini kita diberi nikmat berupa kesehatan, tentu harus kita syukuri. Sebab, kita tidak perlu mengeluarkan dana untuk berobat. Di samping itu, kita dapat menikmati hidup dengan nyaman.

Mensyukuri nikmat kesehatan ini kita lakukan dengan cara sebagaimana kita mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang lainnya. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa mensyukuri nikmat Allah dapat dilakukan dengan hati, lisan, dan perbuatan. Mensyukuri nikmat dengan hati, yaitu meyakini bahwa nikmat itu berasal dari Allah Swt. Mensyukuri dengan lisan dilakukan dengan mengucapkan hamdalah. Sedangkan mensyukuri dengan perbuatan yaitu dengan melandaskan semua perilaku kita pada aturan-Nya. Dengan kata lain, kita jalankan semua aturan-Nya serta kita jauhi semua larangan-Nya. Terlihat sederhana, bukan?

Namun, faktanya tidaklah semudah itu. Dibutuhkan tekad yang kuat untuk menjalankannya. Sebab, akan banyak godaan yang mungkin membuat kita terpalingkan. Hingga kita lebih banyak menggunakan nikmat kesehatan itu untuk melakukan hal-hal yang tidak penting. Entah itu dengan menyibukkan diri kita dengan perkara-perkara yang mubah, makruh, bahkan mungkin juga haram.

Terlebih pada kondisi seperti saat ini. Saat kemaksiatan bertebaran di mana-mana. Kemaksiatan yang dikemas dengan cantiknya. Hingga kemaksiatan yang sejatinya buruk, tampak indah dipandang mata. Sebab, setan telah menghiasinya agar banyak manusia terpikat untuk mengikutinya.

Karena itu, Rasulullah saw. telah mengingatkan kepada kita melalui sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, "Ada dua kenikmatan yang melalaikan manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang." (HR. Bukhari)

Banyak manusia yang di saat sehatnya berbuat buruk. Mereka mengabaikan perintah-perintah Allah. Mereka tinggalkan yang hak dan melakukan yang batil. Saat mereka ditimpa rasa sakit, barulah mereka menyadari betapa besar nikmat kesehatan yang telah diberikan oleh Allah kepadanya.

Tentu, kita tidak ingin menjadi bagian dari orang-orang yang lalai saat mendapatkan nikmat kesehatan. Karena itulah, kita harus menggunakan setiap kenikmatan ini dengan sebaik-baiknya. Menggunakannya untuk menambah bekal bagi kehidupan kita di akhirat kelak, yakni kehidupan yang kekal abadi.

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk itu. Mulai dari melaksanakan yang wajib, hingga yang sunah. Menjalankan salat wajib, melakukan amar makruf dan mencegah yang mungkar, berbakti kepada orang tua, melaksanakan salat-salat sunah, puasa sunah, dan sebagainya. Semua itu sebagai bentuk syukur kita kepada Allah Swt. atas kesehatan yang telah diberikan-Nya. Dengan mensyukuri nikmat itu, Allah akan menambah nikmat-Nya kepada kita. Allah telah berfirman,

وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

"Siapa saja yang bersyukur, sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri." (QS. an-Naml [27]: 40)

Jika kita mau bersyukur kepada Allah Swt., sejatinya kita melakukannya untuk kebaikan diri kita sendiri. Sebab, rasa syukur kita akan membuat Allah menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Sebaliknya, jika kita mengingkarinya, Allah pun murka. Karena itu, Allah akan memberikan azab yang sangat pedih. Na'udzubillah mindzaalik. Allah Swt. berfirman,

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

"Jika kamu bersyukur, Kami pasti akan menambahkan nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari, maka sungguh azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim [14]: 7)

Karena itu, marilah kita memanfaatkan kesehatan yang diberikan oleh Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya. Agar kita termasuk orang-orang yang bersyukur, bukan orang-orang yang kufur. Agar Allah menambah nikmat-Nya kepada kita. Agar kita juga terhindar dari orang-orang yang lalai karenanya. Wallaahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Jangan Menuntut si Kakak Dewasa Terlalu Dini
Next
Konsep Baku Khilafah Islamiyyah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram