Nestapa Generasi Negeri Gema Ripah Loh Jinawi

"Sistem kapitalis menyebabkan Indonesia dalan jurang kemiskinan. SDA yang melimpah bukannya dikelola dengan baik untuk kemaslahatan rakyat, tetapi malah dijual ke asing dan aseng, yang akhirnya dikeruk sesuka hati mereka, dibawa ke negara mereka. Kita hanya mendapat limbahnya saja. Kalaupun dapat jatah, cuma sebagai sekuriti atau buruh kasar."

Oleh: Bedoon Essem

NarasiPost.Com-Hey Gengs, tahukah kamu bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia? Dalam pasal 31 UUD 1945 disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Bahkan setelah UUD 1945 diamandemen, semakin dipertegas lagi bahwa negara wajib membiayainya, serta menyediakan pendidikan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta akhlak yang mulia dalam rangka menyiapkan generasi yang berkualitas. Negara juga wajib mengusahakan minimal 20% dari anggaran negara maupun anggaran daerah.

Terlihat keren dan fantastis ya, Sob. Akan tetapi, jika kita melihat apa yang terjadi di lapangan, wah, jauh panggang dari api. Selama masa pandemi hampir dua tahun ini, menurut hasil survei dari BEM Universitas Indonesia, ada sekitar 72% dari total 3.321 mahasiswa yang mengaku mengalami kesulitan membayar biaya kuliah. Bahkan, disebutkan oleh Kepala Lembaga Beasiswa Baznas, Sri Nurhidayah dalam peluncuran Zakat untuk Pendidikan di Jakarta secara virtual Senin, (16/8), yang mengutip data dari Kemendikbudristek, bahwa ada 602.208 orang atau lebih dari setengah juta mahasiswa Indonesia yang putus kuliah gara-gara masalah biaya. Miris sekali, ya.

Data ini menambah keprihatinan kita setelah data sebelumnya yang dikeluarkan oleh United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) mencatat sebanyak 1% atau 938 anak, dari usia 7 hingga 18 tahun, putus sekolah disebabkan terdampak pandemi. Dari jumlah tersebut, sekitar 74% anak putus sekolah karena ketiadaan biaya. Ini artinya, generasi Indonesia darurat pendidikan karena sudah tidak dapat lagi dibayarkan.
Subhanallah, menyedihkan banget.

Padahal ya, Sob, negara kita ini makmur kebangetan. Siapa sih yang tidak ngiler dengan kekayaan alam Indonesia? Dari zaman kompeni ortodok dulu sampai sekarang, zaman modern ini, semua berebut menguasai kekayaan alam Indonesia. Mereka melakukan segala cara agar bisa ikut merasakan kelezatan alam negeri ini yang memang menggiurkan.

Akan tetapi, mengapa negeri yang makmur begini malah miskin ya, sampai-sampai rakyatnya banyak yang putus sekolah? Mereka lebih memilih bekerja daripada sekolah. Ini terjadi tidak lain karena kebijakan penyelengara negara yang semau-maunya, Gaes.

Sistem demokrasi kapitalisme yang diterapkan oleh negeri ini, membuat pemerintah suka-suka gua dalam mengatur negeri ini. SDA yang melimpah bukannya dikelola dengan baik untuk kemaslahatan rakyat, tetapi malah dijual ke asing dan aseng, yang akhirnya dikeruk sesuka hati mereka, dibawa ke negara mereka. Kita hanya mendapat limbahnya saja. Kalaupun dapat jatah, cuma sebagai sekuriti atau buruh kasar.

Pun penanganan pandemi yang terkesan tak serius, semakin menambah penderitaan rakyat. Pemberlakuan kebijakan yang setengah-setengah malah semakin banyak memakan korban. Tidak hanya karena pandemi, masyarakat semakin menderita, tetapi juga karena kebijakan amatir, yang akhirnya menjadikan rakyat kelaparan dan kesulitan ekonomi. Di lain pihak, pemerintah seakan abai dengan fakta ini, dengan sering mengeluarkan kebijakan tak penting dan tak tepat guna plus mahal biaya. Inilah pandemi yang sesungguhnya.

Dalam Islam, kekayaan alam itu ada pengaturannya. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Dawud dan Ahmad, Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa,

"Kaum Muslim itu berserikat dalam tiga hal, yaitu padang rumput, air, dan api."

Ketiga hal ini tidak boleh dikuasai oleh individu, apalagi oleh pihak asing, Sob. Ini artinya, kalau pemerintah serius mengatur negara dengan Islam, kita pasti sejahtera, Teman. Tidak akan ada lagi rakyat miskin, kelaparan, putus sekolah karena kendala biaya, dan lain-lain.

Hal ini karena pendidikan adalah hal yang penting bagi generasi penerus bangsa. Merekalah yang akan memimpin masa depan bangsa ini. Kalau generasinya tidak sekolah, taraf berpikirnya rendah, lantas mau dibawa ke mana bangsa ini ke depannya, Gaes? Jangan sampai apa yang ditulis oleh PW Singer dan August Cole dalam Ghost Fleet-nya bahwa Indonesia bubar pada Tahun 2030 beneran terjadi.

Akan tetapi, apalah daya. Negeri ini menerapkan sistem kapitalisme yang hanya fokus mengurusi untung rugi semata. Rakyat dianganggap sebagai sumber pendapatan, bukan pihak yang harus dilayani. Semua urusan meriayah rakyat dijadikan sebagai ladang mengeruk keuntungan. Tak peduli rakyat sengsara atau tidak, sekolah atau tidak, bodoh atau pintar, bagi mereka yang penting dapat meraih dan mempertahankan kekuasaan.

Jauh sekali jika dibandingkan dengan Islam ya, Sob. Dalam Islam, pemerintah itu pelayan umat. Tugasnya melayani umat dengan aturan Islam. Semua kekayaan alam dikelola oleh penguasa untuk kemaslahatan umat, tidak boleh diswatanisasi, apalagi dijual. Dengan begitu, kebutuhan umat benar-benar terpenuhi, baik sandang, pangan, maupun papan. Jika pendidikan lancar, sarana dan prasarana pembelajaran pun layak dan menunjang kegiatan belajar mengajar, para siswa kondusif dalam belajar, maka lahirlah generasi yang unggul. Cita-cita bangsa melahirkan generasi yang beriman nan cerdas pun tercapai.

Dan ini sudah pernah terjadi, Teman. Dulu ketika Islam diterapkan dalam negara Khilafah, yang membentang dari Maroko hingga Merauke, selama 14 abad, rakyatnya hidup makmur sentosa.

Khilafah menjadi mercusuar peradaban, termasuk dalam hal pendidikan. Islam adalah masterclass-nya dunia. Universitas-universitas unggul ada di negeri-negeri Islam. Tak jarang, anak-anak raja Eropa dikirim belajar ke sana. Prasarana di sana sangat modern di zamannya, dengan perpustakaan paling lengkap di dunia. Dan pastinya, sistem Islam melahirkan para ilmuwan-ilmuwan yang super keren. Contoh nih, Ibnu Sina, Bapak Kedokteran dunia, Al Khawarizmi, Bapak AlJabar dunia, Ibnu Firnas, penemu pesawat, Maryam Al Asturlabie penemu GPS, dan masih banyak lagi ilmuwan hebat yang lainnya.

Makanya nih, Gaes, sebagai generasi Islam, kita harus giat menuntut ilmu dan juga dakwah ideologis, nih. Umat harus dipahamkan untuk kembali pada aturan Islam yang paripurna dan meninggalkan sistem bobrok ini. Ajak temanmu, saudaramu, kenalanmu, untuk lebih mengenal Islam sebagai aturan hidup yang sempurna, serta ajak untuk ikut aktif dalam memperjuangkannya agar dapat segera diterapkan dalam tatanan kehidupan bernegara.

Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Bedoon Essem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kemiskinan, Komorbid di Masa Pandemi
Next
Menyelami Eloknya Sebab Kepemilikan Individu dalam Perspektif Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram