Palestina Digenosida, Kita Bisa Apa ?

Palestina digenosida

Salah satu langkah konkret dalam membela Palestina adalah berdakwah menyebarkan ajaran Islam kaffah terasuk mengedukasi umat tentang urgensitas dan wajibnya Khilafah.

Oleh. dr.Ratih Paradini
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kabar Palestina sungguh menyita perhatian dunia, konflik di sana mengiris hati siapa saja yang masih punya nurani, sebab yang terjadi bukan lagi sekadar perang antarmilisi bersenjata melainkan sudah terjadi genosida. Genosida atau pemusnahan massal adalah kata yang paling tepat menggambarkan tentang situasi Palestina. Kekejian Israel sudah pada tahap tak bisa dinalar, bagaimana mungkin ada manusia tega menarget bayi-bayi tak berdosa, para pengungsi tak berdaya, kaum wanita, dan lansia ? Hingga membuat ceceran darah di mana-mana, tangisan dan amarah membahana terlebih lagi mereka di Palestina disetop berbagai akses kebutuhan penting oleh Israel laknatullah

Data dari laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menunjukkan korban di pihak Palestina mencapai 15.441 hingga 28 November 2023 (dataindonesia.id, 29 Nov 2023).

Di tengah kepiluan Palestina yang begitu nyata, sering rasanyadiri ini merasa tak berguna. Sebagai seorang dokter ingin sekali rasanya mengobati luka yang mereka derita, sebagai seorang ibu ingin rasanya mendekap hangat menghibur anak-anak di sana, sebagai seorang muslim mendidih rasanya darah melihat kebiadaban Israel hingga ingin pula berjuang mengangkat senjata bersama mujahidin Palestina. Apalah daya, raga ini bersemayam di Indonesia, meski sudah dilayangkan doa, donasikan harta, hingga aktif bersuara di dunia maya, tetap saja bom-bom Israel terus menelan banyak korban tak bersalah. Lantas kita bisa apa? Apakah cukup tutup mata lantas menyerah? Apakah cukup beralasan bahwa hidup kita saja sudah dirundung banyak ujian?

Kalau berpikir tentang Palestina hanya persoalan kemenangan dan berakhirnya penjajahan lewat kontribusi yang diberikan, mungkin kita akan menyerah duluan, merasa ini terlalu sulit untuk dilakukan terlebih bahwa Israel disokong oleh kekuatan adidaya Amerika Serikat. Tapi ini bukan hanya tentang hasil melainkan sebuah proses,  ini bukan hanya tentang keberhasilan tetapi tentang keberpihakan. Seperti kisah burung pipit yang membawa air dengan paruhnya yang kecil, ia bermaksud memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim a.s., apa yang diperbuatnya seolah tak ada gunanya. Namun itulah yang bisa dia lakukan, setidaknya dia sudah menunjukkan keberpihakan di posisi mana dia berdiri dan berjuang. Maka lakukanlah apa pun yang bisa kita lakukan meski hal kecil untuk berjuang membebaskan Al-Aqsa, sebab yang paling diuntungkan ketika kita merasa tak berdaya dan lantas tak berbuat apa-apa adalah para penjajah. Padahal Israel itu kekuatannya gak seberapa, sekarang saja melawan sekelas “ormas” mereka kewalahan. Sudah lebih dari satu bulan mereka membombardir wilayah Gaza, belum juga mengalahkan Hamas. Apalagi bila potensi militer negeri-negeri muslim dipersatukan, tentara Israel akan kocar-kacir dibuatnya. Jangan mengerdilkan perjuangan karena setiap yang dilakukan akan punya dampak. Lantas hal apa yang bisa dilakukan?

1. Doa

Rasululah saw bersabda: “Doa itu senjata orang mukmin, tiang agama, serta cahaya langit dan bumi.” (HR. Al-Hakim)

Betapa banyak kemenangan Islam yang terjadi dalam sejarah meski dengan perjuangan yang tidak seimbang seperti perang Badar, pasukan Islam berjumlah 313 orang melawan pasukan kafir berjumlah 1000 dengan persenjataan lebih lengkap. Namun, kemenangan ada di pihak kaum muslimin.

Peran doa tak pernah sia-sia karena ia jembatan agar Sang Kuasa memberikan pertolongan-Nya. Kemenangan tidak selamanya soal jumlah melainkan tentang ketetapan dari Allah. Allah berfirman: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (TQS. Al-Baqarah: 249)

2. Donasi

Donasi memang tidak menjadi solusi tuntas tetapi donasi merupakan upaya memberikan bantuan sebagai bentuk kepedulian. Situasi di Palestina begitu sulit bahkan sekadar untuk kebutuhan dasar seperti air, obat-obatan, bahan bakar, listrik, makanan, dan tempat tinggal jadi barang mewah yang langka di sana, sehingga donasi yang dikeluarkan diharapkan bisa menjadi sarana untuk meringankan beban mereka.

3. Boikot

Memboikot produk-produk yang mendukung Israel memang tidak akan langsung membuat Israel berhenti melakukan upaya bombardir Palestina. Banyak pula yang menganggap gerakan boikot tidak efektif , pun menambah masalah baru karena banyak masyarakat yang bekerja dan mencari nafkah di perusahaan-perusahaan pendukung Israel. Boikot produk pendukung Israel sebenarnya bentuk keberpihakan, persoalan mau beli produk apa merupakan hak individual, maka banyak yang berpikir dibandingkan membeli produk yang nantinya keuntungan penjualan dipakai menjadi senjata untuk membunuhi saudara di Palestina, lebih baik membeli produk substitusi saja. Gerakan ini justru menjadi peluang memperkuat UMKM dan produk lokal yang ada suatu negara, apalagi efek boikot sudah mulai tampak. Misalnya saja KFC dan Unilever yang masuk daftar gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) sebab termasuk produk yang terafiliasi dengan Israel, saham KFC dinaungi oleh PT Fast Food Indonesia Tbk, sahamnya telah terkoreksi 5,70% satu bulan terakhir.  Sedangkan PT Unilever Indonesia Tbk, Tercatat mengalami koreksi 4,44% dalam sepekan terakhir. (cnbcindonesia.com, 16 Nov 2023)

4. Update Ilmu dan kondisi Palestina

Sebenarnya peperangan tidak hanya terjadi secara fisik melainkan juga pemikiran. Israel berusaha membuat beragam propaganda untuk membenarkan tindakannya, mereka bahkan tidak ragu untuk mengeluarkan uang agar para influencerdi media sosial menyampaikan hal positif tentang mereka. Guy Chritensen, seorang tiktokers asal AS mengungkapkan fakta dirinya ditawari 5.000 dolar atau sekitar R79 juta untuk menyampaikan dukungannya terhadap Israel dalam live di TikTok. (radarjogja.jawapos.com, 5 Nov 2023)

Meski begitu narasi mereka terasa basi, selalu mengambinghitamkan Hamas sebagai pembenaran melakukan genosida, sementara bukti-bukti nyata bertebaran dikanal-kanal media sosial tentang kebengisan mereka merampas hidup rakyat Palestina yang tak berdaya, menghancurkan rumah-rumah mereka, menyerang jurnalis, dokter bahkan RS meski notabene telah jelas melanggar hukum internasional tentang perang. Isreal merasa jemawa, karena meski secara terang terangan melanggar hukum internasional begitu kentara seolah dunia menutup mata, sebab tak ada yang menghukumi mereka. Maka terus bersuara adalah bentuk dukungan, penegasan bahwa kita manusia yang masih sehat akal dan berfungsi hatinya menolak segala bentuk penjajahan dan genosida yang terjadi di Palestina. Gerakan “julid fii sabilillah” yang dilakukan oleh netizen Indonesia adalah salah satu upaya untuk mengguncang mental Israel dan bentuk perlawanan di media sosial. Hal ini bahkan mendapat perhatian pihak Israel, salah satunya jurnalis Israel bernama Shai Golden yang "dirujak" netizen Indonesia karena pernyataannya mau membunuh seluruh muslim di dunia, bahkan memohon agar tidak lagi diganggu. Dalam perang pemikiran ini bukan hanya suara lantang yang dibutuhkan tetapi juga ilmu agar kita tak mudah dipengaruhi oleh propaganda murahan Israel. Pemahaman tentang sejarah Palestina serta dalil-dalil tentang keistimewaannya akan membuat kita semakin matang dalam memperjuangkan Palestina. Update kondisi di sana juga suatu bentuk perjuangan membersamai mereka.

5. Khilafah dan Jihad 

Israel yang mengepung Palestina dan melakukan genosida disuplai oleh berbagai persenjataan dan logistik memadai. Mereka jelas menggunakan kekuatan militer, maka tidak fair rasanya bila senjata sekadar dilawan dengan makanan dan obat-obatan. Namun, sangat disayangkan para penguasa negeri-negeri muslim merasa cukup dengan bantuan kemanusiaan dan tetap menahan tentara mereka di barak-baraknya. Jangankan untuk mengirimkan tentara, untuk mengembargo minyak saja penguasa muslim tidak satu suara. Tampaknya kepentingan cuan lebih menggiurkan dibanding turut membela Baitulmaqdis yang mulia. Terlebih sekat-sekat nasionalisme membuat kekuatan umat terpecah-belah, sehingga meski banyak tapi bagai buih di lautan. Padahal, bila potensi umat disatukan akan membuat Israel maupun Amerika akan kalah. Bayangkan 2 miliar umat Islam, ibaratnya bila disatukan jangankan untuk perang, baru kencing saja Israel sudah bisa tenggelam. Sistem sekulerisme juga jadi faktor yang menahan langkah para penguasa untuk berbuat “sesuatu”, pertimbangan ekonomi dan politik pun menghambat mereka untuk memaksimalkan diri dalam menolong saudara-saudaranya di Palestina, padahal para penguasa punya privilese untuk itu.

Kecintaan terhadap dunia sejatinya telah membuat para penguasa mengabaikan kewajiban jihad dan mengikat para tentaranya. Bukannya tidak mengapresiasi segala bentuk diplomasi dan bantuan donasi, hanya saja kondisi Palestina sudah darurat, makin terulur-ulur waktu makin banyak korban jiwa yang berjatuhan. Jika sekadar mengecam, kata-kata netizen lebih menggentarkan Israel. Jika sekadar donasi, rakyat juga bisa melakukannya sendiri. Penguasa dipilih rakyat untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh rakyat. Saya pribadi berusaha berfikir positif bahwa secara personal barangkali para penguasa pun hatinya terenyuh dengan kondisi Palestina, hanya saja mereka juga tidak bisa berbuat banyak ketika sistem yang diterapkan masih sekuler kapitalis. Ada aturan yang tidak bisa mereka langgar karena sejatinya sistem itu mengikat dan memaksa, apalagi prinsip kapitalisme membuat segala keputusan negara sekuler haruslah mempertimbangkan dampak ekonomi. Berbeda halnya jika sistem Islam yang diterapkan, dalam syariat ada kewajiban jihad apalagi melihat realitas Palestina yang dijajah sudah begitu banyak darah yang tertumpah, Allah Swt. berfirman:

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.” (TQS. Al-Maidah: 32)

Di zaman Rasulullah  ada kisah tentang wanita yang disingkap jilbabnya oleh orang Yahudi, kemudian ada seorang lelaki muslim membela kehormatan wanita tersebut, namun si lelaki akhirnya terbunuh di tangan orang Yahudi. Ketika berita itu sampai di telinga Rasulullah saw. beliau lantas mengirimkan pasukan untuk memerangi Yahudi tadi. Begitulah sejatinya seorang pemimpin memberikan perlindungan kepada rakyat tanpa harus menunggu ribuan korban dulu, itu pun masih menghitung-hitung untung rugi secara materi. Standar dalam sistem Islam atau yang biasa disebut Khilafah adalah Al-Qur'an dan As-Sunah bukan kepentingan materi atau dunia, sehingga penguasa akan punya perspektif dan mengambil langkah kebijakan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah. Sejarah juga mencatat Palestina dibebaskan oleh umat Islam sejak zaman Umar bin Khattab hingga Salahuddin Al-Ayubi di masa kepemimpinan Islam. Sehingga salah satu langkah konkret dalam membela Palestina adalah berdakwah menyebarkan ajaran Islam kaffah terasuk mengedukasi umat tentang urgensitas dan wajibnya Khilafah.

Wallahu a’lam bi ash-shawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
dr.Ratih Paradini Kontributor NarasiPost.Com
Previous
UMKM Go Global, Perempuan Makin Sejahtera?
Next
Challenge Dawai Literasi
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sartinah
Sartinah
10 months ago

Betul bu dokter, melihat kaum muslim dibom tiap hari rasanya marah dan ingin membela, tapi apalah daya.

Setuju, jangan lihat besarnya peran kita, tapi di posisi mana kita berdiri.

Nirwana Sadili
Nirwana Sadili
10 months ago

Maasyaalah tulisan Bu dokter sangat keren. Rasnya toingin sekali membela saudara di palestina, tidak hanya doa dan donatur. Karena sistem menjadi penghalang besar maka kaum muslimin harus bersungguh sugguh meruntuhkan benteng penghalang itu dengan terus menerus mengopinikan Islam kaffah agar terwujud persatuan umat yang akan mengghancurkan Israil laknatullaj

Maftucha
Maftucha
10 months ago

Melihat apa yang terjadi pada mereka membuat hati ini menangis, benar ingin sekali membantu, iri juga dengan ghirah dan Ketabahan mereka. Semoga Allah segera memberikan kemenangan yang hakiki

Ragil
Ragil
10 months ago

Benar banget, Bu Dokter Ratih. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membela Palestina. Pinginnya sih ikut jihad di sana. Apa daya tangan tak sampai. Jadi apa pun yang bisa kita lakukan, gaskeun... Brigade Hasan bin Tsabit siap bela Filistin.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
10 months ago

Keren tulisannya, memang raga kita di Indonesia. Kita tak bisa langaung mendekap anak2 di sana, tak bs langsung ikut berperang dg para mujahidin karena sekat nasionalisme. Namun, banyak cara untuk menjadi bagian yang ikut memenangkan perang ini

Hanifah Tarisa Budiyanti
Hanifah Tarisa Budiyanti
10 months ago

Masya Allah... umat harus cerdas dalam mengidentifikasi permasalahan Palestina. Hanya khilafahlah yg menjadi solusi utama. Bukan hanya sekedar boikot atau gencatan senjata.

Ragil
Ragil
Reply to  Hanifah Tarisa Budiyanti
10 months ago

Betul, boikot bisa total jika dilakukan oleh Khilafah.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram