Geopolitik dunia saat ini masih didominasi oleh pemikiran kapitalisme yang merugikan umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus menyusun geopolitik dunia yang baru untuk membebaskan diri dari penjajahan.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Beberapa waktu yang lalu, Presiden Indonesia Prabowo Subianto telah bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong. Dalam pertemuan tersebut, Wong mengatakan bahwa Indonesia dan Singapura mempunyai pandangan politik yang sama dalam menyikapi geopolitik dunia saat ini. Menurut Wong, baik Indonesia maupun Singapura ingin menjalin hubungan baik dengan semua negara, termasuk Amerika Serikat dan Cina.
Menurut Wong, sikap seperti ini dibutuhkan karena dunia tengah menghadapi situasi yang makin kompleks serta meresahkan. Hal ini diakibatkan oleh ketegangan geopolitik yang makin panas. Oleh karena itu, harus dilakukan kerja sama untuk mengatasi masalah ini. (cnn.indonesia.com, 07-11-2024)
Pertanyaannya, benarkah Indonesia dan Singapura memiliki pandangan politik yang sama terhadap geopolitik dunia? Benarkah kerja sama yang dilakukan oleh Indonesia dan Singapura untuk kepentingan bersama? Lantas, bagaimana seharusnya sikap kaum muslim dalam menyikapi geopolitik politik dunia saat ini?
Politik Luar Negeri Indonesia dan Singapura
Singapura memang menjalin hubungan baik dengan berbagai negara di dunia, termasuk Amerika Serikat dan Cina. Meskipun kedua negara tersebut tengah berebut pengaruh di Laut Cina Selatan, tetapi Singapura dapat menempatkan dirinya dengan baik. Singapura menempati peringkat ke-9 sebagai mitra dagang Cina. Sementara itu, Cina menjadi mitra dagang terbesar ke-3 bagi Singapura. (wikipedia.org)
Namun, tampaknya Singapura lebih condong ke AS. Mantan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memang menyatakan bahwa negaranya bukan sekutu AS. Singapura juga tidak akan melakukan operasi militer atas nama AS serta tidak akan meminta dukungan militer dari AS secara langsung. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh PM Singapura saat ini, Lawrence Wong.
Meskipun demikian, fakta menunjukkan bahwa negara kota ini merupakan salah satu negara satelit AS di wilayah Asia Pasifik. Sebagai negara satelit, Singapura akan selalu terikat dengan kepentingan AS. Itulah sebabnya, Singapura selalu berusaha menjaga kepentingan AS di Asia Pasifik. Salah satu upayanya adalah memberikan akses kepada pasukan AS untuk menggunakan pangkalan laut dan udara Singapura.
Bagaimana dengan Indonesia? Sebelum mengadakan pertemuan dengan Lawrence Wong, Prabowo Subianto telah menyampaikan kebijakan politik luar negeri bebas aktif saat menghadiri forum Shangri-La Dialogue di Singapura pada Juni lalu. Prabowo mengajak peserta forum untuk membangun kembali perdamaian dunia serta menciptakan stabilitas global. Ia juga menyerukan dilakukannya pengelolaan terhadap rivalitas kekuatan-kekuatan utama dunia.
Prabowo pun menyampaikan tiga prinsip yang harus digunakan, yakni koeksistensi, kolaborasi, dan kompromi. Koeksistensi adalah kemauan untuk hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara lain yang berbeda pandangan politiknya. Tiga prinsip ini sesuai dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif sehingga tidak memihak pada poros tertentu.
Untuk itu, Indonesia akan mengedepankan sikap sebagai tetangga yang baik dengan menerapkan good neighbour policy. Sikap ini diambil dari tradisi masyarakat Indonesia, yakni tetangga adalah pihak terdekat yang akan menolong saat menghadapi kesulitan, bukan saudara yang berada di tempat jauh. Oleh karena itu, yang harus dikedepankan saat terjadi konflik adalah sikap saling menghormati dan menghargai serta mencari solusi damai. (antaranews.com, 18-06-2024)
Meskipun menyatakan tidak memihak salah satu blok, Indonesia ternyata tidak benar-benar netral. Sejarah telah membuktikan bahwa Indonesia pernah condong ke Blok Timur yang menganut ideologi sosialisme pada masa Orde Lama. Pada masa Orde Baru, Indonesia berubah haluan mengikuti Blok Barat yang mengemban kapitalisme. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menjadi pengikut negara besar yang mengemban ideologi tertentu.
Sikap Indonesia-Singapura Menghadapi Ketegangan Geopolitik Dunia
Dalam pertemuannya dengan Prabowo, Wong menyampaikan bahwa ketegangan geopolitik dunia yang memanas ini harus dihadapi dengan cara menjalankan kebijakan politik luar negeri yang aktif. Selain itu, kedua negara harus bersikap independen. Hal itu dilakukan agar keduanya dapat meraih tujuan, yaitu mewujudkan perdamaian, stabilitas, serta kemakmuran bagi kedua negara dan kawasan Asia Tenggara.
Untuk itu, kedua negara harus memiliki landasan hubungan persahabatan yang kuat. Persahabatan itu tidak hanya terjadi antara pemimpin kedua negara. Namun, seluruh lapisan masyarakat di kedua negara juga harus bersahabat.
Oleh karena itu, kedua negara telah membahas beberapa hal. Salah satunya adalah kerja sama dalam berbagai bidang, seperti perdagangan, ketahanan pangan, pertahanan, hukum, investasi, serta energi. Selain itu, kedua negara juga akan melakukan kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia. Namun, apa sebenarnya motif di balik kerja sama tersebut?
Motif di Balik Kerja Sama Luar Negeri
Sebagai negara satelit dari negara pengemban kapitalisme, Singapura pun menjadi pendukung ideologi ini. Kapitalisme merupakan ideologi yang berasaskan manfaat. Kebahagiaan menurut ideologi ini adalah terpenuhinya semua kebutuhan yang bersifat materi. Oleh karena itu, pengemban ideologi ini selalu mencari keuntungan yang bersifat materi. Semua yang dilakukan harus memberi manfaat dalam arti memberikan keuntungan materi.
Para pengemban ideologi ini juga berupaya untuk menyebarkannya ke seluruh dunia. Metode yang digunakan adalah imperialisme melalui pemberian utang atau kerja sama dengan negara lain. Itulah sebabnya, kerja sama yang dilakukan oleh negara-negara pengemban kapitalisme akan berujung pada penjajahan atas negara yang diajak bekerja sama.
Para pengemban ideologi ini juga saling berebut pengaruh. Masing-masing ingin mendapatkan wilayah yang akan mendatangkan banyak keuntungan. Inilah yang menyebabkan memanasnya geopolitik dunia saat ini.
https://narasipost.com/world-news/09/2022/aroma-pengkhianatan-di-balik-kerja-sama-turki-dan-israel/
Inilah yang terjadi saat Indonesia bekerja sama dengan negara pengemban kapitalisme. Negeri ini telah dijajah di segala bidang. Misalnya, kerja sama di bidang ekonomi berupa perdagangan bebas telah membuat Indonesia menjadi pasar bagi negara-negara maju. Berbagai produk mereka yang dijual murah pun menyerbu Indonesia sehingga pengusaha lokal tidak mampu bersaing dan terpaksa gulung tikar.
Demikian pula dengan kerja sama di bidang lainnya. Semua itu hanya menguntungkan negara kapitalis. Jika ada rakyat negeri ini yang diuntungkan, jumlahnya hanya sedikit. Sebaliknya, mereka yang dirugikan jauh lebih banyak.
Hal ini tidak hanya menimpa Indonesia. Berbagai negeri muslim di dunia saat ini tengah mengalami penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara kapitalis. Kekayaan alam yang mereka miliki tidak memberikan kesejahteraan, justru mendatangkan penderitaan.
Menyusun Geopolitik Dunia Baru
Jelaslah bahwa menjadi negara pengikut tidak mendatangkan kebaikan bagi kaum muslim. Sebaliknya, kebaikan itu akan didapatkan jika mereka menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, kaum muslim harus berupaya mewujudkan geopolitik dunia yang baru.
Inilah yang telah dilakukan Rasulullah saw. bersama kaum muslim saat itu. Rasulullah saw. menjadikan akidah Islam sebagai asas negara. Kemudian, beliau saw. menyebarkan Islam melalui dakwah dan jihad. Beliau mengirim surat berisi ajakan untuk memeluk Islam ke para pemimpin di Jazirah Arab. Di antara mereka ada yang menerima, tetapi tidak sedikit pula yang menolaknya.
Jika menolak memeluk Islam, mereka tidak langsung diperangi. Namun, mereka akan ditawari untuk tunduk kepada kekuasaan Islam dengan membayar jizyah. Jika menolak pilihan ini, barulah mereka diperangi. Dengan demikian, perang bukanlah pilihan pertama. Hal ini sesuai dengan HR. Ahmad.
مَا قَاتَلَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْمًا قَطُّ إلَّا دَعَاهُمْ
Artinya: “Tidaklah Rasulullah saw. memerangi suatu kaum, kecuali setelah beliau menyampaikan dakwah kepada mereka.”
Satu hal yang harus diingat adalah bahwa perang atau jihad yang dilakukan oleh Rasulullah saw. terhadap orang-orang yang didakwahi itu bukan dalam rangka menaklukkan mereka. Rasulullah saw. juga tidak bertujuan menguras atau mengeksploitasi kekayaan wilayah tersebut, seperti yang dilakukan oleh para kapitalis saat ini. Rasulullah saw. juga tidak bertujuan memusnahkan sekelompok manusia, seperti genosida yang dilakukan oleh para penjajah.
Namun, jihad itu dilakukan untuk menyebarkan Islam. Jihad juga dilakukan untuk menghilangkan berbagai kezaliman, kesesatan, serta kejahatan yang terjadi di tengah-tengah manusia. Dengan jihad itu pula dihilangkan berbagai hal yang menghalangi manusia dari kebenaran.
Dengan jalan itulah Islam makin tersebar luas. Negara Islam yang didirikan oleh Rasulullah saw. itu kemudian menjelma menjadi sebuah kekuatan yang disegani. Hal itu terus berlangsung hingga berabad-abad lamanya hingga kaum muslim menguasai hampir dua pertiga dunia.
Sayangnya, kekuatan kaum muslim kemudian melemah karena jauhnya mereka dari Islam. Sedikit demi sedikit, tsaqafah umat Islam tergerus, berganti dengan pemikiran sekuler dan liberal. Saat itu, musuh umat Islam dengan mudah mengalahkan dan mencerai-beraikan mereka. Jadilah mereka makanan empuk bagi musuh-musuh Islam seperti yang terjadi saat ini.
Oleh karena itu, untuk mengembalikan kemuliaan umat Islam, mereka harus kembali menjadikan akidah Islam sebagai asas kehidupan. Mereka harus menerapkannya dalam segala aspek kehidupan. Mereka harus membangun geopolitik dunia yang baru untuk menghapuskan penjajahan serta menyebarkan Islam. Dengan cara itu, bukan hanya kemakmuran yang mereka dapatkan. Lebih dari itu, mereka akan meraih rida dari Sang Pencipta alam.
Khatimah
Geopolitik dunia saat ini masih didominasi oleh pemikiran kapitalisme yang merugikan umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus menyusun geopolitik dunia yang baru untuk membebaskan diri dari penjajahan. Dengan demikian, mereka akan mengembalikan kemuliaan Islam dan menyebarkannya ke seluruh dunia.
Wallaahu a’lam bi ash-shawaab.[]
Sudah saatnya kaum muslim menjadikan Islam sebagai pandangan politik mereka dan tidak terus membebek kepada barat…
Geopolitik yang berdasarkan akidah Islam terbukti mampu membawa umat muslim mulia dan sejahtera. Hal itu telah dibuktikan oleh Rasulullah Saw saat membangun Daulah Islam di Madinah. Barakallah mba@Mariyah
Benar, Indonesia seharusnya menyusun geopolitiknya sendiri, tidak lagi didominasi oleh geopolitik kapitalisme..barakallah mba Mariyah
Saatnya mengubah geopolitik dunia dengan pemikiran Islam kaffah, agar umat Islam sejahtera. Barakallah Mbak Mariyah.
Sudah saatnya negeri muslim bangkit dan berdiri dengan kaki sendiri.
Barakallah untuk mbak Mariyah.
Benar. Jika menjadi negara pengikut, maka tak akan bisa memiliki keuntungan yang sama dengan yang diikuti