Bencana banjir di negeri Matador yang menelan banyak korban jiwa, menunjukkan bahwa negara abai dalam mengurus rakyatnya
Oleh. Siska Juliana
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pada Selasa (29/10) Spanyol telah dihantam banjir bandang dahsyat. Banjir itu terjadi akibat hujan dan angin kencang yang mengguyur Spanyol, dipicu oleh badai di Laut Mediterania. Di beberapa wilayah dalam hitungan jam, curah hujan mencapai jumlah tahunan. Banjir dahsyat ini menyebabkan 95 orang meninggal, dengan rincian di Valencia (92 orang), di wilayah Castilla-La Mancha (2 orang), dan di Andalusia (1 orang). Proses pencarian dan identifikasi korban masih berlangsung. (cnbcindonesia.com, 31-10-2024)
Kejadian tersebut mengakibatkan kekacauan di berbagai wilayah, mobil-mobil tersapu arus, dan transportasi terganggu. Lumpur memenuhi jalan-jalan di Kota Valencia dan sekitarnya. AEMET (layanan cuaca Spanyol) menyatakan pada hari Selasa selama delapan jam, curah hujan di Chiva sebelah barat Valencia mencapai 491 mm. Jumlah ini setara dengan curah hujan tahunan di wilayah tersebut.
Hujan ekstrem itu menyebabkan 155 ribu rumah di Valencia aliran listriknya terputus. Untuk memulihkan keadaan itu, perusahaan listrik Iberdrola telah mengerahkan 500 pekerja. Menteri Pertahanan Margarita Robles mengerahkan 1.000 pasukan yang didukung helikopter untuk menghadapi fenomena "luar biasa" ini. Uni Eropa mengatakan siap untuk membantu.
Banjir Terburuk Sejak 1973
Pada tahun 1973, Spanyol mengalami bencana banjir terburuk yang menewaskan 150 orang di Provinsi Granada, Murcia, dan Almeria. Saat ini Spanyol kembali mengalami hal serupa. AEMET memberikan peringatan hujan lebat wilayah Cadiz dan cuaca buruk di Catalonia. Sedangkan tanda-tanda hujan mereda belum ada.
Badai ini disebabkan oleh udara dingin yang bergerak di atas perairan hangat Mediterania, kemudian menghasilkan awan hujan intens yang umum terjadi di musim ini. Para ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan iklim akibat ulah manusia meningkatkan intensitas dan frekuensi kejadian ekstrem seperti badai ini. Alhasil meningkatkan risiko kerusakan di berbagai negara, termasuk Spanyol. Leslie Mabon dosen senior Open University di Inggris memaparkan bahwa cuaca ekstrem semacam ini dapat mengalahkan kemampuan pertahanan, bahkan di negara maju seperti Spanyol.
Sistem Tanggap Darurat dan Peringatan Banjir Dipertanyakan
Sistem peringatan darurat negara ini mulai dipertanyakan, khususnya peringatan badai ekstrem yang melanda wilayah itu. Sampai akhirnya menelan banyak korban jiwa. Pada Selasa (29/10) pagi, AEMET sudah memberi peringatan merah di wilayah Valencia timur yang diprediksi terkena dampak paling parah.
Saat cuaca makin memburuk, barulah badan regional untuk mengoordinasikan layanan darurat dibentuk. Pada pukul 20.00 waktu setempat, layanan perlindungan sipil baru mengeluarkan peringatan yang mendesak warga kota pesisir Mediterania, Valencia untuk tidak keluar rumah. Akan tetapi, peringatan itu sudah terlambat. Para pengendara telah terjebak di jalanan karena air sudah naik cukup tinggi. Sejauh ini belum ada keterangan dari pihak berwenang mengenai keterlambatan peringatan maupun kesiapan tanggap darurat bencana.
Data Internasional
Lembaga penelitian sains internasional Nature mengungkapkan bahwa banjir dapat membahayakan nyawa manusia juga menimbulkan kerugian ekonomi. Data Nature menyatakan bahwa bencana alam risiko air seperti kekeringan, banjir, dan badai menyebabkan kerugian ekonomi sebesar US$224,2 miliar di seluruh dunia pada 2021. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dari rata-rata tahunan 2001-2020 yang besarnya US$117,8 miliar.
Bencana kekeringan, banjir, dan badai berpotensi mengakibatkan kerugian mencapai US$5,6 triliun dari PDB global pada 2050. Bencana banjir diprediksi menyumbang 36% dari kerugian langsung ini. Selain itu, laporan UNICEF menyatakan bahwa banjir berada di urutan kedua sebagai jenis bencana penyebab anak-anak di seluruh dunia mengungsi, dengan prediksi 19,7 juta jiwa akan terdampak.
Mitigasi Bencana
Pada faktanya, bencana banjir merupakan bencana yang berulang. Penyebab dan waktu kejadian sudah bisa diprediksi yaitu terjadi di musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Ditambah dengan adanya teknologi yang sudah bisa memperkirakan waktu terjadinya hujan dengan intensitas tinggi. Dengan begitu, pemerintah dan masyarakat dapat berjaga-jaga jika terjadi banjir. Namun, mengapa bencana banjir masih belum dapat diantisipasi dan menimbulkan dampak yang besar?
Mitigasi bencana banjir suatu hal yang sangat penting. Mitigasi merupakan usaha yang dilakukan agar risiko yang timbul akibat bencana banjir berkurang. Terdapat tiga tahap dalam mitigasi bencana banjir yakni sebelum kejadian, saat terjadi, dan sesudah bencana.
Mitigasi juga meliputi dua aspek yaitu pembangunan fisik (struktural) dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana (nonstruktural). Sebelum terjadi bencana, pembangunan dilakukan untuk mencegah banjir meluas. Contohnya, melarang berdirinya permukiman di wilayah yang rawan banjir, melakukan revitalisasi sungai sehingga daya tampungnya dapat optimal.
Selain itu, masyarakat diberikan informasi terkait akan datangnya bencana serta segala sesuatu yang harus dilakukan saat bencana datang. Tujuannya untuk mengurangi dampak yang terjadi. Mitigasi ketika terjadi bencana dilakukan dengan memberi informasi terkait pengungsian, cara menuju pengungsian, waktu yang tepat untuk mengungsi, serta barang yang perlu dibawa. Sedangkan mitigasi sesudah bencana yaitu mengembalikan warga ke rumah masing-masing, membersihkan dan memperbaiki rumah, gedung, serta sarana publik lainnya.
Dengan adanya mitigasi yang dijalankan secara benar, maka dapat mengurangi risiko yang terjadi. Jatuhnya korban jiwa dapat dicegah, warga tidak perlu terlalu lama tinggal di pengungsian, kerusakan pun dapat diminimalisasi. Alhasil, kehidupan warga bisa cepat pulih sehingga tidak terlalu berdampak pada perekonomian.
Kebijakan Kapitalisme
Berdasarkan fakta bahwa bencana banjir di negeri Matador itu menelan banyak korban jiwa, menunjukkan abainya negara dalam mengurus rakyatnya. Akibatnya masyarakat yang merasakan penderitaan. Mereka harus kehilangan harta benda, rusaknya tempat tinggal, bahkan sampai meregang nyawa. Selama di tempat pengungsian, mereka tidak bisa hidup dengan nyaman dan rawan terkena penyakit. Ketika bencana telah usai, mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk perbaikan rumah, perabot, kendaraan, dan alat elektronik yang terendam banjir.
Baca juga: Banjir, Perubahan Iklim, dan Pembangunan Kapitalistik
Timbulnya berbagai permasalahan sebagai dampak dari bencana tidak terlepas dari kebijakan kapitalisme. Kapitalisme telah menghilangkan fungsi pengurusan pada umat. Negara abai dalam menjalankan tugasnya. Akhirnya rakyat sendiri yang harus menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
Kebijakan Islam dalam Mengatasi Banjir
Negara Islam (Khilafah) memosisikan khalifah sebagai pengurus dan pelindung rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam/khalifah itu laksana penggembala (raa’in), dan dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Khilafah mempunyai kebijakan yang efektif dalam mengatasi banjir, yaitu:
Pertama, jika penyebab banjir adalah terbatasnya daya tampung tanah terhadap curahan air, baik hujan, gletser, rob, dan sebagainya, maka upaya yang dilakukan adalah membangun bendungan-bendungan.
Kedua, membuat kebijakan mengenai pembukaan pemukiman harus disertai adanya daerah serapan air, drainase yang baik, serta penggunaan tanah sesuai karakteristik dan topografinya. Tujuannya untuk mencegah bencana banjir.
Ketiga, bertindak cepat dalam menangani korban bencana alam. Khilafah menyediakan berbagai keperluan seperti tenda, makanan, pakaian, obat-obatan, sehingga para korban aman dan tidak menderita penyakit.
Para ulama juga dihadirkan untuk memberi tausiah kepada para korban. Hal ini bertujuan agar mereka mengambil pelajaran dari musibah dan menguatkan keimanan. Dengan begitu, mereka bisa tetap sabar, ikhlas, tawakal, dan menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan bumi adalah milik Allah.
Khatimah
Demikianlah kebijakan Khilafah dalam menangani banjir. Seluruh kebijakan dilandasi oleh hukum syarak sehingga melahirkan keselamatan bagi seluruh alam.
Wallahualam bissawab.[]
Penerapan ideologi kapitalisme global membuat kerusakan lingkungan global pula. Sudah saatnya tata kelola kehidupan kembali kepada syariat Islam.
Tata kelola yg kapitalistik menimbulkan permasalahan serius. Kerusakan lingkungan menjadi tak terhindarkan akibat kerakusan kapitalisme. Manusia tentu saja menanggung dampaknya. Bukan hanya pelaku perusakan, tetapi juga masyarakat secara luas.
Iya, kapitalisme merusak tatanan kehidupan.
Semua negara merasakan dampak kapitalisme. Kerusakan alam dan bencana terjadi di.mana-mana karena eksploirasi SDA. Akan tetapi di saat bencana melanda, tetap negara dan rakyat yang harus menanggungnya. Oh, dimanjakan sekali para kapital dan sistem kapitalisme.