Deklarasi Balfour inilah yang merupakan bibit awal penjajahan Palestina yang belum menemukan titik terangnya sampai saat ini.
Oleh. Mariam
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Berawal 106 tahun yang lalu, dokumen perjanjian sepanjang 67 kata yang membuat wajah dunia baru. Dokumen penting inilah yang mendasari berdirinya Negara Israel dan mengubah sejarah baru bagi Bangsa Palestina.
Malapetaka yang muncul pada hari ini, di saat ekspansi militer Hamas dan Israel terus meningkat, bahkan korban yang berjatuhan semakin banyak. Kementerian Kesehatan Palestina menginformasikan bahwa korban telah mencapai 9.770 orang di antaranya 4.800 anak-anak dan 2.550 perempuan. Rentetan peristiwa ini bermula dari 106 tahun yang lalu. (Tribun Banten, 5/11/2023)
Dokumen yang tertulis tanggal 2 November 1917 ini, di tengah kecamuk Perang Dunia Pertama, Inggris merencanakan sebuah dukungan khusus untuk pendirian “rumah bagi entitas Yahudi” di Palestina.
Kabar ini memberikan angin segar bagi orang-orang Yahudi, pasalnya dokumen tersebut adalah sebuah fondasi utama untuk pendirian negara Israel Modern. Deklarasi yang hanya berisi pernyataan sebanyak 67 kata inilah yang menjadi api pemantik perseteruan terpanjang dalam sejarah dunia, karena setelah deklarasi ini dikeluarkan sekitar 100 ribu imigran Yahudi langsung tiba di Palestina.
Deklarasi yang dituangkan dalam surat ini kemudian dikirim oleh Menteri Luar Negeri Inggris yakni Arthur Balfour kepada Pemimpin Komunitas Yahudi di Inggris yaitu Baron Lionel Walter Rothschild. Melalui Arthur Balfour inilah deklarasi tersebut dinamakan Deklarasi Balfour.
Tujuan yang Melatarbelakangi Deklarasi Balfour
Deklarasi Balfour ini sebenarnya diharapkan akan mengubah persepsi orang-orang Yahudi untuk mendukung kekuatan sekutu selama Perang Dunia Pertama. Karena menurut beberapa sejarawan para pemimpin Inggris, komunitas Yahudi ini memiliki andil dan kekuatan ekonomi yang cukup pesat serta mempunyai pengaruh yang besar dalam industri keuangan internasional.
Strategi politik tersembunyi yang dilakukan Inggris untuk memenangkan Perang Dunia I, karena dengan memberikan restu kepada entitas Yahudi untuk mendirikan tanah airnya di Palestina, pemerintah Inggris sangat berharap agar para pemodal Yahudi juga bisa membujuk Presiden Amerika Serikat pada saat itu yakni Woodrow Wilson untuk mengirimkan bala tentaranya ikut berlaga di medan perang, bahkan Inggris juga yakin kaum Yahudi ini juga bisa merayu Perdana Menteri Rusia yaitu Aleksandr Kerensky agar bisa memberikan dukungan yang sama.
Dampak dari Deklarasi Balfour
Terlepas apapun itu motif yang melatarbelakangi, namun Deklarasi Balfour ini merupakan dokumen yang mewujudkan impian sebuah bangsa Yahudi untuk menguasai “tanah yang dijanjikan” baginya.
Dalam kurun waktu setelahnya, Inggris memberikan fasilitas untuk migrasi Yahudi ke Palestina. Sehingga antara kurun waktu 1922 hingga 1935, populasi Yahudi terus meningkat di Palestina yang mulanya hanya 9 persen kemudian melonjak menjadi hampir 27 persen. Pada tahun 1930-an inilah penduduk Palestina mulai menunjukkan aksi protes dan ketidaksetujuannya terhadap populasi Yahudi yang pesat. Karena menurutnya deklarasi itu hanyalah keputusan sepihak, yaitu sebuah produk buatan dari kekuasaan Eropa serta mengabaikan kehadiran penduduk asli Palestina di sana.
Pada 14 Mei 1948, Inggris memberikan mandat negara Palestina kepada PBB sehingga mandat Inggris atas Palestina berakhir dan secara resmi Inggris meninggalkan wilayah tersebut. Dan di tahun inilah pula, orang-orang Yahudi mendeklarasikan kemerdekaan Israel yang kemudian mereka secara paksa mengusir lebih dari 750 ribu orang Palestina dari rumah-rumah mereka. Hingga pencaplokan lahan terus dilakukan, menciptakan gelombang pengusiran massal, pembunuhan secara tidak manusiawi, dan pelanggaran hak asasi manusia terus dilakukan. Deklarasi Balfour inilah yang merupakan bibit awal penjajahan Palestina yang belum menemukan titik terangnya sampai saat ini.
Di Mana Peran Kaum Muslimin?
Sejak runtuhnya Khilafah Utsmani pada 3 Maret 1924, Umat Islam tak lagi mempunyai perisai. Mereka terpecah belah dengan batasan wilayah teritorial dengan nation state yang dibuat oleh Inggris dan Perancis dalam Perjanjian Sykes Picot.
Setelah runtuhnya Uni Soviet, konstelasi Internasional saat ini selalu dipengaruhi dan di bawah kontrol kapitalis global, yakni negara adidaya Amerika Serikat. Bahkan, Israel saat ini pun tak lepas dari dominasi kapitalisme global.
Saat ini, Amerika tampaknya begitu paham atas kecaman para penguasa negeri muslim yang hanya sekadar formalitas belaka dan retorika yang tidak memberikan ancaman pada eksistensi zionis. Itu dibuktikan dengan adanya normalisasi hubungan diplomatik yang dilakukan oleh negeri-negeri Muslim, ini terbukti bahwa sepanjang tahun 2020 Bahrain, Sudan, Maroko dan Uni Emirat Arab (UEA) mengikuti langkah Mesir (1979) dan Yordania (1994) yang sudah lebih mendahului menjalin kerjasama dan hubungan diplomatik dengan entitas Zionis ini. (CNBC Indonesia, 15/7/2022)
Penguasa negeri muslim selalu berdalil bahwa normalisasi entitas Yahudi ini adalah jalan pintar terbaik untuk memberikan kedamaian dan kebebasan terhadap Palestina. Padahal, jelas ini merupakan logika tak masuk akal dan sebagai bentuk pengkhianatan, padahal di balik itu semua mereka malah berhubungan mesra dengan Israel dengan mengakuinya sebagai negara yang telah berdiiri dan melegitimasi tindakan keji yang dilakukan mereka terhadap warga Palestina.
Persatuan Umat
Saat ini tubuh kaum muslim sedang terluka, Palestina hari ini sedang tidak baik-baik saja, pembunuhan genosida terjadi di tanah Gaza. Padahal, Rasulullah telah bersabda melalui hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kasih-sayang, dan ikatan emosionalnya ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, maka seluruh anggotanya juga merasa sakit”.
Tanah Palestina adalah tanah wakaf bagi kaum muslimin, bahkan negeri yang Allah berkahi. Keberadaan para Zionis ini adalah sebagai penjajah, yang wajib bagi kaum muslim untuk mengusirnya. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusirmu.” (QS. Al Baqarah : 191). Dari ayat ini, jelas Allah memerintahkan untuk memerangi, menjajah, dan mengusir dari tanah mereka. Inilah yang dilakukan umat Islam terdahulu seperti Shalahuddin Al Ayyubi yang membebaskan Palestina dari Perang Salib.
Dengan demikian, bantuan sosial kemanusiaan, baik berupa logistik, pakaian, selimut, obat-obatan medis, maupun aksi solidaritas, dan doa bersama untuk saudara kita di Palestina sejatinya tidak cukup dan tidak menyentuh akar persoalan. Bantuan tersebut memang sangat diperlukan, untuk menolong saudara kita yang menjadi korban dari gempuran Israel. Namun, selama eksistensi Israel yang menduduki dan berkuasa melakukan serangan-serangan kepada kaum muslimin Palestina, mereka akan senantiasa terus menerus menjadi korban.
Maka solusi untuk mengakhiri penderitaan saudara kita di Palestina memang tidak lain adalah mengirimkan pasukan-pasukan militer dalam rangka jihad fii sabilillah untuk mengusir penjajah Israel dari tanah Al Quds. Dan yang bisa melakukan kemampuan ini, adalah kekuatan tunggal yang tidak mengenal batas nation state, kepemimpinan inilah yang akan menjadi pelindung bagi kaum muslimin, sehingga bagi siapa pun yang ingin menyerang kaum muslim, maka akan berpikir ulang dalam menghadapi kekuatan militer pasukan Islam yang ada di satu kekuatan kepemimpinan.
Sebagaimana hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya, (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.(HR. Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud). Kepemimpinan ini hanya akan hadir, ketika seluruh kaum muslimin di seluruh dunia kembali bersatu dan kembali kepada syariat Islam di bawah naungan Khilafah Islamiah.
Wallahu a’lam bishawab. []
Perjanjian rahasia sykes-picot dan Deklarasi Balfour sengaja disusun para penjajah untuk mengahancurkan Daulah Islam. Dengan memahami sejarah, kaum uslim akan tahu bahwa negeri-negeri Barat yang nobenenya sebagai negara penjajah tidak mungkin mau membantu muslim Palestina. Bukan kah selama ini mereka konsisten berada di pohak Israel?
Ini nih biang keladinya. Akibat perjanjian tersebut Orang yang mengungsi menguasai daerah yang memberi tempat. Petaka demi petaka muncul. Mengharap negeri muslim memberi solusi juga hanya famorgana. Dan nyata persatuan umat muslim dalam khilafah adalah jalan keluarnya
Betul, dua deklarasi tersebut adalah jalan bagi Yahudi untuk eksis di tanah milik kaum muslim. Sulit rasanya mengharapkan para penguasa muslim untuk segera mengirimkan tentaranya. Inilah urgensinya penegakan Khilafah.
diawali oleh perjanjian sykes-picot, negeri muslim terpecah-pecah. Lalu dilanjut perjanjian Balfour yang memberi landasan pendirian Israel di tanah Palestina. Dua perjanjian ini menjadi malapetaka hingga kelak dibebaskan oleh para mujahidin di bawah komando khalifah
Deklarasi 67 kata yang membawa petaka di jantung umat Islam. Sudah saatnya merebut kembali Palestina dengan Khilafah dan jihad.
Saatnya back to Islam kaffah solusi tuntas permasalahan Palestine dan solusi tepat untuk seluruh problematika kehidupan.
Keren semoga banyak yang tercerahkan