Semestinya para pemimpin muslim di seluruh dunia, terutama yang berbatasan langsung/dekat dengan Palestina, mengirimkan bala tentaranya untuk mengusir penjajah Yahudi dari Palestina.
Oleh. Ummu Farizahrie
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Gaza masih membara. Serangan yang dilancarkan Zionis Yahudi ke wilayah Gaza makin membabi buta. Bahkan rumah sakit pun dibombardir sehingga makin banyaklah warga sipil yang menjadi korban penjajah ini, sebab salah satu tempat perlindungan mereka pun tak luput dari sarana fisik yang dihancurkan oleh Zionis.
Di sisi lain, para milisi dari negara sekitar Palestina tengah bergerak membantu Hamas melawan tentara Zionis Yahudi. Seperti kelompok Houthi dari Yaman, Hizbullah dari Lebanon, dan Jihad Islam yang berasal dari Gaza sendiri. Mereka ini tak lain adalah kelompok-kelompok militer independen, bukan negara.
Dikutip dari situs CNN Indonesia (3 November 2023), kelompok Houthi dengan terang-terangan mengakui bahwa mereka telah melancarkan serangan ke Zionis Yahudi sebanyak tiga kali sejak 7 Oktober 2023 lalu. Mereka bahkan menyerang entitas penjajah itu dengan drone pada 31 Oktober 2023, serta mengultimatum akan melancarkan serangan yang lebih keras bila tentara Yahudi membalas dengan tembakan rudal balistik yang lebih besar.
Demikian pula dengan Hizbullah yang membantu Hamas menyerang Zionis Yahudi dari arah selatan sejak 7 Oktober 2023. Mereka terlibat baku tembak di lintas batas dengan tentara Yahudi, bahkan mengizinkan Hamas untuk menyusup masuk Israel melalui perbatasan yang mereka kuasai.
Sementara itu, Jihad Islam yang merupakan sekutu Hamas mengakui telah membantu kelompok milisi ini sejak serangan dadakan 7 Oktober 2023 lalu. Tak kalah dengan Hamas, Jihad Islam pun ternyata memiliki persenjataan canggih berupa roket, mortir, dan rudal antitank. Tujuan mereka tak lain untuk memberi pembelaan pada Palestina.
Bukan Sekadar Urusan Politik
Seperti yang banyak dikatakan orang-orang yang mendukung Palestina, "Hanya perlu menjadi manusia untuk bisa merasakan penderitaan yang dialami rakyat di Gaza." Apalagi sebagai seorang muslim, tentu kita harus memiliki perasaan yang lebih dari sekadar nurani manusiawi. Umat Islam itu bersaudara dan diibaratkan satu tubuh, bila salah satu bagian tubuh sakit, tentu seluruh anggota badan lainnya akan merasakannya.
Sebagai muslim pun harus memahami bahwa serangan-serangan yang berlangsung antara Hamas dan Zionis Yahudi selama bertahun-tahun lamanya bukanlah sekadar urusan politik perebutan wilayah. Hal ini merupakan ranah agama juga, sebab yang terjadi adalah penjajahan entitas Yahudi terhadap wilayah yang telah didiami umat Islam Palestina, sebagai tanah yang telah ditaklukkan untuk mereka berabad-abad lalu. Akan tetapi, entitas Zionis merasa wilayah Palestina adalah tanah yang dijanjikan kepada mereka, sebab mereka merasa mempunyai akar sejarah dengan tanah Al-Quds tersebut.
Perlawanan Hamas terhadap Zionis Yahudi bukanlah sebuah pertempuran yang seimbang. Sebab Hamas hanyalah kelompok milisi independen, sedangkan tentara Zionis didukung penuh oleh negaranya, bahkan dipersenjatai oleh "bapaknya", yaitu Amerika.
Abainya para Penguasa Muslim
Namun, selama berpuluh-puluh tahun tidak tampak pembelaan yang berarti untuk rakyat Palestina dari negeri-negeri kaum muslim lain, terutama oleh penguasanya. Mereka hanya bisa mengecam dan menawarkan solusi yang tak berarti, seperti gencatan senjata dan two state solution (membagi wilayah Palestina menjadi dua bagian, untuk rakyat Palestina dan untuk entitas Yahudi).
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang baru-baru ini mengadakan KTT di Riyadh, Arab Saudi, menghasilkan 31 resolusi untuk menghentikan agresi Zionis Yahudi ke jalur Gaza. Kelompok ini juga mendesak Dewan Keamanan PBB (DK-PBB) untuk ikut mengeluarkan resolusi mengecam tindakan Zionis menyerang beberapa rumah sakit yang ada di Gaza. Namun, semua tidaklah berguna untuk menghentikan tindakan kekejaman tentara entitas Yahudi terhadap warga Palestina, terutama yang berada di jalur Gaza.
Rasa nasionalisme yang merupakan racun pemikiran yang disuntikkan Barat ke tubuh umat Islam telah berhasil memecah belah kaum muslim yang dahulu bersatu di bawah satu kepemimpinan. Dengan demikian, umat Islam di negeri-negeri kaum muslim lainnya menganggap bahwa persoalan yang terjadi antara Palestina dan penjajah Yahudi adalah urusan keduanya semata, bukan permasalahan seluruh muslimin.
Padahal nasionalisme sangat bertentangan dengan Islam. Dia adalah wujud dari pemahaman ideologi kapitalisme. Ideologi ini melahirkan ide sekularisme yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Tak heran bila penganutnya menganggap tidak perlu membawa-bawa agama dalam urusan bermasyarakat, apalagi bernegara.
Di samping itu, penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati) telah pula menggerogoti hati pemimpin-pemimpin muslim di seluruh dunia. Seperti negara-negara Uni Emirat Arab, Sudan, Mesir, Bahrain, Yordania, Turki, Maroko, Bosnia-Herzegovina, dan Kosovo. Mereka malah bergandengan tangan, membangun hubungan kerja sama, atau menormalisasi hubungan dengan negeri penjajah. Para penguasa ini sangat takut kehilangan kekuasaannya sehingga lebih patuh pada penguasa penjajah daripada takut kepada Sang Pencipta kekuasaan, yaitu Allah Swt..
Para penguasa negeri-negeri kaum muslimin mengabaikan realitas bahwa peperangan antara Hamas dan Zionis adalah perang yang tak berimbang antara kelompok milisi yang tidak didukung oleh negara dengan sebuah entitas yang mengaku memiliki negara dan didukung oleh adidaya dunia. Padahal kalau mau adil pertempuran antarkeduanya haruslah sama-sama mendapat dukungan negara.
Semestinya para pemimpin muslim di seluruh dunia, terutama yang berbatasan langsung/dekat dengan Palestina, mengirimkan bala tentaranya untuk mengusir penjajah Yahudi dari tanah kaum muslim, Palestina. Bukan membiarkan kelompok-kelompok milisi berjuang sendiri membantu saudaranya yang tengah dizalimi dan dijajah.
Houthi, Jihad Islam, dan Hizbullah menyadari mereka harus membela saudaranya, sekalipun tanpa dukungan negara. Namun, bila umat Islam seluruhnya bersatu mengusir penjajah Zionis Yahudi, tentu akan lebih menggetarkan musuh dan sekutu-sekutunya.
Jihad Solusi Hakiki
Dalam Islam, membela sesama muslim yang teraniaya dan terjajah adalah sebuah kewajiban. Hal ini dapat direalisasikan dengan jihad. Seperti firman Allah Swt. dalam surah Al Baqarah ayat 191, yang artinya:
"Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu."
Palestina sejatinya adalah milik umat Islam. Tanah ini dahulu ditaklukkan para sahabat sepeninggal Rasulullah saw. sehingga menjadi tanah kharajiyah yang haram diserahkan kepada orang-orang kafir. Begitulah yang dilakukan Shalahuddin Al Ayyubi, yaitu berjihad merebut kembali Palestina yang di dalamnya terdapat Masjidilaqsa setelah direbut kaum salibis pada perang salib.
Demikian pula Khalifah Abdul Hamid II yang dengan tegas menolak tawaran pendiri Zionis, Theodore Herzl, untuk membeli tanah Palestina dengan harga fantastis dan janji-janji manis, agar bisa menyatukan entitas Yahudi yang berdiaspora hampir di seluruh penjuru dunia. Khalifah mengatakan, "Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan Palestina. Mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi disilakan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan Turki Usmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya." Ketegasan khalifah itulah yang menciutkan nyali musuh untuk mengganggu tanah kaum muslim tersebut.
Maka tak lain solusi tuntas dari penjajahan atas bumi Palestina adalah dengan jihad. Para penguasa negeri-negeri muslim bersatu mengirimkan pasukan militernya mengusir Zionis Yahudi dari tanah Palestina. Kemudian memboikot entitas penjajah ini dan sekutunya, salah satunya dengan tidak menjual sumber daya alam berupa minyak bumi kepada mereka. Maka di sana mereka akan ambruk secara ekonomi, karena tidak beroperasinya industri-industri yang mereka miliki akibat ketiadaan bahan bakar.
Namun, semua solusi ini hanya dapat dilakukan jika umat Islam di seluruh dunia bersatu dan bersedia kembali diatur dengan aturan Islam di bawah satu kepemimpinan. Dengan demikian, kekuatan akidah akan tampak pada seorang pemimpin yang menjadi junnah (perisai) dan pelindung bagi umat. Wallahu a'lam bissawab.[]
Betul, kecaman bukan solusi, apalagi bagi mereka yang mampu memberikan pertolongan melalui kekuatan militernya. Namun, hanya persatuan kaum muslim di bawah Khilafah yang akan membebasakan Palestina dengan kekuatan militernya.
Pembebasan Palestin hanya bisa terwujud jika kAUM muslim berlindung di bawah naungan Khilafah. Namun, Khilafah tidak bisa terwujud jika kaum muslim belum bisa memerdekakan pemikirannya. Untuk itu, yg mesti dilakukan adalah memperdalam akidah dengan menuntut ilmu agama dan bergabung pada jemaah yang menyeru pada tegaknya Islam kaaffah
Masalah Palestina tidak hanya tentang kemanusiaan. Solusinya pun tidak cukup dengan bantuan obat dan makanan. Namun lebih dari, Palestina membutuhkan Institusi Daulah Islam yang akan mengirimkan pasukan terbaiknya dalam aktivitas jihad.
Hanya Khilafah dan jihad solusi hakiki bagi Palestina dan negeri-negeri muslim yang dijajah oleh musuh-musuhnya.
Benar, harusnya kekuatan besar dilawan dengan kekuatan besar. Bukan seperti tang terjadi saat ini. Sedih ketika soudara kita menderita namun, kitabtidak bisa berbuat apa2.