Gempa Nepal, Isyarat agar Kembali Taat

Gempa Nepal

Bahwa gempa adalah teguran bagi manusia untuk segera kembali pada aturan-Nya.

Oleh. Siti Komariah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Duka kembali menyelimuti negeri Seribu Kuil. Pasalnya, pada Jumat 3 November 2023 kemarin, negara dengan kawasan gunung Himalaya tersebut diguncang gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR). Menurut Badan Survei Geologi AS (U.S. Geological Survey/USGS), gempa terjadi pada kedalaman 18 kilo meter di Jajarkaot yang berjarak 400 kilometer timur laut Ibu Kota Nepal, Kathmandu.

Menurut pusat Seismologi Nasional Nepal, mengungkapkan, kerugian ekonomi yang disebabkan gempa ditaksir sebesar US$6 miliar atau setara Rp93,5 triliun (asumsi kurs Rp15.589 per US$). Akibat guncangan gempa banyak bangunan kuil-kuil, situs bersejarah, dan rumah-rumah warga, serta bangunan lainnya di seluruh kota hancur.

Selain itu, gempa ini juga menelan korban jiwa sebanyak 128 orang, dan korban luka-luka 184 orang, korban bisa terus bertambah diakibatkan masih terus dilakukan evakuasi.  Menurut laporan media setempat, banyaknya korban jiwa akibat tertimpa reruntuhan rumah yang terbuat dari batu dan kayu, ditambah dengan medan gempa sulit untuk segera dijangkau oleh para petugas SAR diakibatkan keadaan lokasi gempa merupakan desa-desa di pegunungan yang hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Kemudian, banyak jalan yang juga tertutup akibat tertimbun tanah longsor yang dipicu gempa bumi (VOAindonesia.com, 5/11/2023). 

Bukan Pertama Kali

Gempa yang mengguncang Nepal pada Jumat lalu bukanlah pertama kali terjadi. Dilansir dari CNBCIndonesia, 4/11/2023, gempa awal bulan November disebut sebagai gempa yang paling mematikan sejak gempa pada tahun 2015 lalu. 

Ada beberapa rentetan gempa yang menimpa negara Nepal. Pertama,  tahun 1934. Gempa mengguncang negara tersebut dan menewaskan korban 8.519 orang. Kedua, tahun 2015 gempa berkekuatan 7,8 SR dan diikuti oleh gempa kedua 17 hai setelah gempa pertama. Gempa ini menewaskan  9.000 orang dan paling mematikan. Ketiga, 16 September 2020, gempa berkekuatan 6 SR. Keempat, 9 November 2022 dan 12 November 2022. Kelima, di tahun 2023 ini Nepal sudah dilanda gempa sebanyak 3 kali, yaitu pada 24 Januari, 3 Oktober, dan 3 November kemarin yang menjadi gempa paling mematikan.

Bencana adalah sebuah misteri, tidak tahu kapan bencana itu akan terjadi. Entah pagi, siang, ataukah malam saat kita sedang terlelap tidur. Begitulah gambaran dari bencana yang menimpa manusia di muka bumi ini. Ada faktor alam, ada juga faktor kehendak Ilahi, begitu juga gempa yang mengguncang negara Nepal.

Menurut Geologi AS (USGS) rentetan yang sering mengguncang Nepal terjadi akibat faktor alam. Hal ini diakibatkan oleh letak geografis Nepal yang berada di atas garis patahan geologis utama. Ini menyebabkan pertemuan antara lempeng tektonik India dan lempeng Eurasia, kemudian membentuk Pegunungan Himalaya. Dalam wilayah seperti itu gempa bumi menjadi hal yang lumrah terjadi.

Tidak dimungkiri bahwa faktor alam menjadi salah satu penyebab terjadinya berbagai bencana alam di muka bumi ini, termasuk gempa yang menimpa negeri Seribu Kuil itu.  Di sisi lain, sebagai seorang muslim yang percaya akan keberadaan dari  Allah Swt., sudah tentu wajib meyakini bahwa apa pun yang terjadi di alam ini, termasuk gempa adalah atas kehendak dari-Nya. Entah dia sebagai bahan muhasabah atas kelalaian manusia atau menjadi musibah bagi manusia untuk mengangkat derajat keimanannya. 

Musibah Tanda Sayang

Bencana alam, baik itu gempa, tsunami, longsor, dan lainnya bisa bermakna tanda cinta Allah kepada hamba-Nya. Di mana, Allah ingin melihat seberapa besar kadar keimanan hamba-Nya kepada Allah Swt.. Apakah setelah musibah itu datang mereka semakin beriman, ataukah futur keimanannya, atau justru ingkar terhadap ketetapan dari Allah. Sebab sebagai orang yang beriman wajib memahami bahwa makin tinggi keimanan manusia, maka makin tinggi ujian yang akan diterimanya. Hal itu sesuai dengan apa yang dikabarkan oleh Rasulullah saw., 

 فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

Artinya, "Seseorang akan diuji sesuai dengan  agamanya. Apabila agamanya kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi)

Patut dipahami bahwa tanda cinta Allah kepada hamba-Nya tidak selalunya berbentuk kenikmatan dunia, kemudahan dalam segala urusan, atau diberikan ketenangan pikiran. Namun, bentuk kecintaan Allah bisa berupa kehilangan harta, takhta, orang tercinta, dan kepahitan hidup lainnya. Sebagaimana para Nabi dan Rasul terdahulu. Mereka juga mendapat musibah yang tidak kalah dahsyat dari apa yang menimpa umat manusia saat ini. 

Sebagaimana Nabi Ayub a.s., menurut Kisah 25 Nabi, Nabi Ayub sepanjang hidupnya mendapatkan musibah (ujian) yang tiada hentinya, dari kehilangan harta dan keluarga sampai mengalami penyakit yang menderanya hingga bertahun-tahun. Kemudian, para Nabi yang lainnya pun dengan ujian masing-masing yang tidak kalah dahsyat. Dari sini muncul sebuah pertanyaan, apakah Allah tidak sayang kepada para Nabi dan Rasul? Kenapa Allah menguji mereka dengan ujian yang dahsyat? Ujian inilah sebagai tanda sayang Allah untuk mengangkat derajat para Nabi dan Rasul lebih tinggi lagi dan menjadi teladan bagi umat manusia.

Begitu pun dengan orang-orang beriman. Mereka akan senantiasa mendapatkan ujian untuk makin memantapkan keimanannya kepada Allah Swt. sampai mereka memasrahkan segala apa yang terjadi kepadanya adalah kehendak dari Allah. Maka, bencana atau musibah yang datang kepada orang-orang beriman akan dimaknai sebagai bentuk kecintaan Allah kepada hamba-Nya untuk mengangkat derajat mereka hingga saat bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikit pun.

Bahan Muhasabah atas Kelalaian Manusia

Bencana alam seperti gempa bukan hanya bermakna sebagai musibah atau ujian bagi manusia. Akan tetapi, dia juga bisa menjadi bahan teguran atau muhasabah seseorang, masyarakat, maupun negara dari kelalaian-kelalaian yang mereka lakukan selama ini. Menyadarkan manusia agar tidak kufur dan tidak lupa bahwa Allah adalah sutradara dalam kehidupannya. Membangunkan manusia dari keterlenaan mereka atas kenikmatan duniawi yang bersifat fana. 

Kemudian, mengingatkan manusia bahwa mereka adalah pemimpin di dunia yang bertugas untuk menjaga dan melestarikan alam kehidupan ini, bukan makin merusak alam demi meraih keuntungan mereka sendiri. Apalagi saat ini manusia berada dalam tatanan kehidupan yang kapitalisme sekuler yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Dalam sistem ini, sistem ekonomi kapitalis mengajarkan manusia untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan dampak kelestarian lingkungan. Tidak memiliki pandangan yang khas tentang kepemilikan umum. Alhasil, eksploitasi hutan, laut, dan SDA kian marak dan ini penyebab rusaknya lingkungan dan ekosistem yang lainnya, dan pastinya akan mengundang bencana alam, sebagaimana dalam QS. Ar-Rum : 41. 

Adakalanya, bencana itu juga bahan muhasabah kepada suatu negara karena  hukum-hukum Allah tidak lagi diterapkan dalam kehidupan bernegara yang menyebabkan merajalelanya kemaksiatan, kefasikan, serta banyaknya tradisi yang bertolak belakang dari syariat Allah.

Di Nepal sendiri hukum yang diterapkan adalah hukum sekuler dan didominasi oleh penganut agama Hindu dan Buddha yang jelas tidak menyembah Allah. Kemudian, di negara Nepal ada tradisi yang jelas melenceng dari perintah Allah. Ada satu tradisi yang sangat terlihat aneh bagi sebagian masyarakat dunia. Jika umumnya laki-laki memiliki banyak istri, di Nepal justru kebalikannya yaitu tradisi berbagi suami atau poliandri. Perempuan boleh memiliki banyak suami. Padahal, perbuatan itu adalah dosa besar dan termasuk dalam perbuatan zina yang dijelaskan dalam QS. An-Nisa ayat 24. 

Begitu pun tradisi-tradisi yang lainnya, seperti wanita haid dianggap sebagai pembawa petaka, padahal itu adalah fitrah seorang perempuan, tradisi menyembah anak kecil yang belum balig karena dianggap sebagai Dewi Kusuma hidup, dan tradisi-tradisi lainnya. Gempa ini adalah teguran bagi manusia untuk kembali mengingatkan manusia untuk segera taat kepada Allah. Sebagaimana yang digambarkan oleh Allah dalam QS. Ar-A'raf ayat 96.

Isyarat Taat

Gempa adalah isyarat kepada penduduk bumi untuk kembali taat. Apalagi saat ini banyak di antara manusia-manusia yang ingkar kepada Allah Swt. Hukum Allah dicampakkan begitu saja, sedangkan manusia mengambil hukum buatan akal mereka sendiri, yang terbatas, dan serba kurang. Padahal, Allah adalah Pembuat hukum terbaik (QS. Al-Maidah : 49). 

Gempa bumi dahulu pernah terjadi pada masa kepemimpinan Rasulullah di Madinah. Saat itu gempa mengguncang Madinah, kemudian Rasulullah meletakkan tangganya di tanah dan bersabda, "Tenanglah belum datang saatnya bagimu". Lalu Nabi menoleh ke arah sahabat dan berkata "Sungguh Rabb kalian menegur kalian,  maka jawablah (buatlah Allah rida pada kalian)".

Kemudian, pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Al-Khattab, gempa juga pernah mengguncang Madinah kembali. Saat itu, ada seorang lelaki yang menemui Aisyah dan bertanya kepadanya, "Wahai Ummul Mukminin, jelaskan kepada kami tentang fenomena gempa bumi!" Aisyah menjawab, "Jika mereka sudah membiarkan zina, minum khamar, bermain musik, maka Allah yang ada di atas akan cemburu. Kemudian Allah perintahkan kepada bumi: Berguncanglah, jika mereka bertobat dan meninggalkan maksiat, berhentilah. Jika tidak, hancurkan mereka."

Orang ini bertanya lagi, "Wahai Ummul Mukminin, apakah itu siksa untuk mereka?" Beliau menjawab, "Itu adalah peringatan dan rahmat bagi kaum mukminin, serta hukuman, azab, dan murka untuk orang kafir." (Al-Jawab Al-Kahfi. Hal. 8788).

Dari kedua hadis di atas dapat disimpulkan bahwa gempa adalah teguran bagi manusia untuk segera kembali pada aturan-Nya. Sebab seluruh alam ini adalah kepunyaan-Nya, sehingga tidak ada yang boleh mengatur kecuali Allah. Manusia hanya diberikan mandat untuk mengontrol dan menjaga kehidupan ini sesuai dengan apa yang telah dikehendaki-Nya. Tidak boleh melenceng sedikit pun dari tatanan syariat-Nya. Jika tetap membangkang, Allah akan memerintah tanah untuk berguncang yang seketika dapat menelan manusia. 

Khatimah

Sejatinya, dunia yang fana ini sudah terlalu melenakan manusia, hingga mereka lupa akan keberadaan dari Sang Pencipta. Oleh karena itu, Allah sedikit memberikan alarmnya dengan memerintahkan bumi untuk mengguncang mereka, agar manusia sadar bahwa apa pun yang ada di bumi ini adalah atas kehendaknya. Tidak ada yang mampu melakukan apa pun kecuali atas kehendak-Nya. 

Wallahu a'lam bissawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Siti Komariah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Bipolar, Dapatkah Disembuhkan?
Next
UMKM Go Global, akankah Perempuan Makin Berdaya?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

11 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

Bumi milik Allah, dan kita semua adalah ciptaan ALLAH.. maka sudah seharusnya manusia itu taat sama TUHANNYA. Aku pun baru tahu kalau di Nepal separah itu, poliandri legal yaa... koq tidak ada satu pun yang menghujat tradisi itu. Coba kalau Islam yang ada aturan poligami,, selalu diframing negatif. aneh memang manusia sekarang.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
1 year ago

Sekarang, gempa hebat sering terjadi. Mungkin karena kemaksiatan semakin menjadi-jadi.Tapi manusia seolah tak peduli.

Siti komariah
Siti komariah
Reply to  Mariyah Zawawi
1 year ago

Bener sih mba. Hanua sebagian orang yang memahami bahwa bencana alam adalah alarm bagi manusia untuk mengingat Allah

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Sepakat bahwa gempa bisa jadi teguran agar manusia kembali pada aturan Allah. Tapi negara juga wajib melakukan mitigasi bencana agar saat gempa terjadi, korban dapat diminimalisasi. Barakallah mbak Riah

Siti komariah
Siti komariah
Reply to  Sartinah
1 year ago

Barakallah fiik mba Tina. Iya, bener mba. Disamping mitigasi bencana minim. Negara pun juga tak sadar bahwa ini sebagai teguran bagi mereka karena mencampakkan aturan Allah

Suryani
Suryani
1 year ago

Allah mempunyai cara tersendiri menegur umatnya. Tinggal yg ditegur sadar apa tidak..mudah2an Allah selalu
Melindungi kita semua..dari teguran yg membawa pd kebinasaan

Siti komariah
Siti komariah
Reply to  Suryani
1 year ago

Kalau sekarang nda sadar-sadar mba. Nda tau kenapa. Heran juga kita ini. Mau ditegur bagaimana agar sadar dan kembali pada aturan Ilahi

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Masyaallah setiap momen yang kita hadapi adalah wujud cinta Allah Swt. Semoga cinta Allah ysng menyapa kita mampu untuk selalu mawas diri untuk selalu dekat dengan-Nys dengan taat dan takwa. Sehingga Allah mudahkan untuk memasuki surga-Nya.

Alhamdulillah keren maskahnyaba Siti Komariah. Nama FBnya siapa ya mba?

Novianti
Novianti
1 year ago

Sudah tak terhitung alarm dari alarm agar manusia sadar. Berbagai bencana termasuk panas ekstrim masih belum cukup ternyata. Ini akibat kurang pekanya hati manusia dalam menangkap alarm. Semoga Allah membukakan hati manusia untuk kembali pada fitrahnya dam tujuan penciptaan.

Aya Ummu Najwa
Aya Ummu Najwa
1 year ago

MasyaAllah, benar sudah waktunya kita taat dengan kembali menerapkan hukum Allah secara total dalam kehidupan dan bersatu dalam bingkai khilafah.

Last edited 1 year ago by Aya Ummunajwa
Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

Nepal, negara yang kerap dihampiri gempa. Harusnya mitigasi bencana dikedepankan. Meskipun bencana adalah misteri illahi.
Semoga dengan adanya Musibah bisa dijadikan muhasabah, bagi umat manusia.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram