”Pembangunan kasino di Dream Island, semakin menyempurnakan reformasi kebijakan yang jauh dari syariat. UEA juga berencana menjadikan negara yang mayoritas muslim tersebut sebagai negara yang liberal secara sosial.”
Oleh. Sartinah
(Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Uni Emirat Arab (UEA) Kembali membuat kebijakan kontroversi. Untuk pertama kalinya, negara di wilayah Teluk Arab tersebut akan mengizinkan pembukaan tempat perjudian atau kasino. Pembangunan tersebut dikepalai oleh perusahaan hotel dan kasino internasional milik Amerika Serikat, Wynn Resort. Ras Al Khaimah adalah lokasi pembangunan yang dipilih oleh Wynn Resort. Sementara Ras Al Khaimah sendiri merupakan satu emirat kecil dari tujuh emirat UEA.
Pembukaan kasino di Teluk Arab menjadi momen mencengangkan sekaligus memilukan. Pasalnya, Teluk Arab sendiri merupakan sebuah wilayah yang memberlakukan aturan Islam lebih ketat dibandingkan negara bagian lain di Timur Tengah. Dengan dalih modernisasi, simpul-simpul Islam mulai dilepas satu demi satu dari wilayah tersebut. UEA telah melonggarkan kebijakannya dan menampilkan wajah Teluk Arab yang lebih liberal.
Terkait pembukaan kasino di UEA, CEO Wynn Resort, Craig Scott Billings mengatakan bahwa pembukaan kasino tersebut merupakan pertama kalinya di kawasan Teluk Arab, yang mana perjudian dilarang sejak lama. Billings juga menyebut, kasino di Teluk Arab akan menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Bahkan, dia pun akan menjadikannya lebih besar dibandingkan resor dan kasino Wynn Las Vegas, di AS (Detik.com, 11/11/2022).
Perjalanan Sekularisasi UEA
UEA sebelumnya dikenal sebagai negara yang memegang teguh prinsip-prinsip syariat Islam dalam kebijakannya. Namun, seiring berjalannya waktu prinsip tersebut kian memudar. Tak hanya keputusannya soal pembangunan kasino di Dream Island, negara di kawasan Teluk Arab tersebut telah lebih dahulu merekonstruksi beberapa kebijakannya menjadi lebih ramah bagi investor.
Beberapa reformasi aturan yang ditetapkan UEA sebagaimana dilansir Indian Exspress, yaitu:
Pertama, melonggarkan alkohol. Sebelumnya, warga di UEA yang muslim harus memiliki izin khusus apabila ingin membawa atau membeli minuman keras ke tempat tinggal mereka. Itu pun hanya berlaku bagi orang-orang yang berusia di atas 21 tahun. Intinya warga muslim tidak diperkenankan mengonsumsi alkohol. Namun, berkat pelonggaran kebijakan yang dilakukan pemerintah, warga muslim di UEA akhirnya dibolehkan mengajukan izin untuk membeli alkohol.
Kedua, bolehnya kohabitasi atau kumpul kebo. Kohabitasi dengan lawan jenis merupakan kejahatan serius di UEA. Siapa pun yang melanggar undang-undang kohabitasi akan dikenakan hukuman penjara selama tiga tahun yang diikuti dengan deportasi atau deportasi langsung. Selain itu, melahirkan di luar pernikahan juga ilegal di UEA. Bagi wanita yang melakukan perbuatan tersebut, tak jarang akan dituntut dan dideportasi. Namun, di bawah aturan baru, kohabitasi atas pasangan yang belum menikah telah disahkan untuk pertama kalinya. Dekriminalisasi ini dilakukan demi menarik lebih banyak orang pindah ke UEA.
Ketiga, menghukum pelaku honor killing (pembunuhan demi martabat). Sebelumnya, melakukan kejahatan demi kehormatan dapat membuat laki-laki terhindar dari penuntutan atau mendapatkan hukuman ringan karena menyerang wanita yang dianggap membawa aib keluarga. Perbuatan tersebut meliputi tidak mematuhi kitab suci atau berkubang dalam pergaulan bebas. Namun, berdasarkan reformasi aturan baru, para pelaku tidak perlu lagi dibawa ke pengadilan.
Termasuk kebijakan terbaru, yakni pembangunan kasino di Dream Island, semakin menyempurnakan reformasi kebijakan yang jauh dari syariat. Semua pelonggaran aturan tersebut disinyalir sebagai upaya untuk memodernisasi negara dan mempromosikan citra Islam yang progresif. UEA juga berencana menjadikan negara yang mayoritas muslim tersebut sebagai negara yang liberal secara sosial.
Motif Ekonomi
Pembangunan kasino dan beberapa reformasi kebijakan yang melonggarkan syariat Islam datang dengan latar belakang persaingan yang ketat di negara Teluk. Khususnya pusat bisnis dan pariwisata UEA yang tengah bersaing dengan Arab Saudi. Diketahui, Arab Saudi memang sedang gencar mengundang wisatawan masuk ke wilayahnya demi mewujudkan Visi Saudi 2030.
Sementara itu, ekonomi UEA sendiri sempat mengalami kontraksi di masa pandemi tahun 2020, yang mengakibatkan harga minyaknya turun drastis. Maka, UEA melonggarkan beberapa aturan mengikuti jejak pendahulunya yaitu Arab Saudi. Dalam sebuah pameran internasional yang bertajuk Word Expo 2020 di Dubai, UEA menargetkan sekitar 25 juta pengunjung masuk ke Dubai. Semua dilakukan demi menarik investasi sebesar-besarnya. Dengan dibangunnya pusat bisnis dan pariwisata di kawasan tersebut, UEA berambisi menjadi tujuan utama di kawasan yang mendiversifikasi ekonomi dari ketergantungannya pada minyak.
Reformasi kebijakan UEA menjadi lebih liberal muncul setelah momentum kesepakatan Abraham Accords pada 15 September 2020 silam yang ditengahi oleh Amerika Serikat. Abraham Accords merupakan perjanjian yang dilakukan dengan dalih menjaga perdamaian di seluruh dunia terutama Timur Tengah.
Beberapa kesepakatan yang menjadi poin penting dalam perjanjian tersebut (selain hubungan diplomatik dan perdamaian) adalah kerja sama di bidang fasilitas kesehatan, sains, teknologi, dan penggunaan ruang angkasa secara damai. Saat itu, UEA berpisah dari prakarsa perdamaian Arab 2002 dengan menormalisasi hubungan dengan Israel. Demi ekonomi, negara-negara muslim tersebut rela membuang identitas keislamannya, bahkan bergandengan tangan dengan negara kafir.
Liberalisasi Negeri Islam
Setelah menormalisasi hubungannya dengan Israel, UEA terlihat makin liberal. Normalisasi ditandai dengan dibukanya hubungan diplomatik dengan Israel dan dilanjutkan pembukaan kedutaan Israel di UEA, begitu juga sebaliknya. UEA kian akrab bergandengan tangan dengan Israel tanpa menyadari bahaya berkawan dengan negara kafir harbi fi'lan.
Seharusnya para penguasa muslim menyadari bahwa normalisasi dengan Israel hanya akan menimbulkan petaka. Pasalnya, Israel tak bisa dilepaskan dari motif gembong kapitalisme, yakni Amerika Serikat di dunia Islam. Amerika Serikat sangat berkepentingan untuk menjadikan dunia Islam bisa ramah terhadap kepentingan nasionalnya. Demi mewujudkan misi tersebut, maka AS mencangkokkan Israel di jantung dunia Islam. Israel terus dipelihara bagai anak emas demi menjalankan satu misi, yakni mengadang kebangkitan dunia Islam.
Keberadaan Israel di dunia Islam pun dibarengi dengan jaminan keamanan. Karena itu, tidak ada negara-negara Islam yang sanggup mengusik Israel hingga saat ini. Salah satu langkah penting yang dilakukan AS adalah menormalisasi hubungan dunia Islam dengan Israel. Langkah ini sudah dimulai sejak Presiden AS Donald Trump berkuasa yang kemudian dilanjutkan oleh Joe Biden.
Normalisasi tersebut telah berakibat pada reformasi formalisasi syariat yang lebih progresif. Maksudnya, dunia Islam telah merekonstruksi kembali pola pikir kolot yang menempatkan Israel dan AS sebagai musuh muhariban fi'lan. Dengan begitu, Islam yang berkemajuan sesuai perkembangan zaman bisa diterima semua pihak. Langkah tersebut ternyata menuai keberhasilan dan membuat wajah dunia Islam makin liberal. Lebih dari itu, mereka tak lagi menganggap Israel dan AS sebagai musuh.
Tak hanya sampai di sini, dampak normalisasi tersebut telah membuat warga Israel dapat melakukan perjalanan bebas visa masuk ke wilayah UEA. Di kalangan warga Israel, Dubai dikenal sebagai Las Vegas-nya Timur Tengah. Dubai yang sangat liberal dibandingkan emirat lainnya dari UEA, telah menyediakan hiburan seksual terbesar yang pernah ada di dunia Islam. Sedangkan bagi pelaku bisnis esek-esek, Dubai ibarat rumah bordir terbesar yang menyediakan layanan PSK dari berbagai negara. Bahkan, tersedia pula layanan seks di dalam mobil. Jika layanan PSK saja disediakan, makan jangan tanya tentang ada atau tidaknya alkohol, ganja, dan mariyuana.
Fakta miris dunia Islam adalah dampak dari penerapan kapitalisme liberal yang meniscayakan hegemoni asing di negeri-negeri Islam. Fakta tersebut juga mematahkan pandangan yang menyebut bahwa negara-negara di kawasan Timur Tengah adalah representasi dari Islam. Pelonggaran syariat Islam di balik dalih modernisasi hakikatnya adalah liberalisasi. Liberalisasi inilah yang meniscayakan terkikisnya nilai-nilai Islam.
Dunia Butuh Junnah
Bercokolnya Barat di negeri-negeri muslim dengan dalih kerja sama merupakan alarm bahaya bagi eksistensi kaum muslim dunia. Pada titik ini diperlukan sikap konsisten atas negeri-negeri Islam. Salah satu sikap tersebut adalah memosisikan negara kafir harbi fi'lan (seperti Israel dan AS), sesuai dengan garis yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt. yakni tidak ada hubungan diplomatik, ekonomi, perdagangan, dan lainnya dengan negara yang memerangi kaum muslim.
Islam secara tegas telah menjelaskan bahwa hubungan kaum muslim dengan negara-negara yang memerangi umat Islam adalah hubungan perang. Bukan hubungan persahabatan maupun perdamaian. Andaipun ada kata damai, itu hanyalah perdamaian semu yang diciptakan Barat. Mereka sejatinya sedang menari-nari di atas kekalahan telak kaum muslim, baik secara ekonomi, politik, militer, maupun sosial budaya. Dengan mengetahui kedudukan negara kafir harbi fi'lan dalam Islam, maka negeri-negeri Islam akan bisa bersikap independen sesuai tuntutan agamanya.
Selain itu, kaum muslim dan para penguasa negeri Islam harus memiliki kesadaran politik yang mumpuni terkait jejak AS. Sejak awal AS adalah penganut ideologi kapitalisme yang memiliki tujuan imperialisme. Silih bergantinya penguasa hanyalah pewarna dalam kapitalisme. Jika kesadaran ini telah kokoh terbentuk, maka umat akan segera bangkit dan menggalang kekuatan bersama dalam ikatan ukhuah islamiah. Inilah ikatan sejati yang dimiliki kaum muslim. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Al-Hujurat ayat 10, "Sungguh kaum mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah di antara kedua saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian dirahmati."
Pada titik inilah AS dan ideologi kapitalisme yang diusungnya akan menghadapi kekuatan ideologi dalam skala global, yakni ideologi Islam. Di bawah naungan Khilafah, kepemimpinan Islam akan menggantikan kapitalisme yang rusak dan cacat, serta menghapus liberalisasi dalam seluruh aspek kehidupan. Liberalisasi hanya bisa dihapus dengan penerapan syariat Islam secara kaffah.
Khatimah
Lepasnya nilai-nilai Islam di tengah kaum muslim adalah harga mahal yang harus dibayar dari modernisasi ala Barat. Pembangunan dan pelegalan kasino di Teluk Arab adalah bukti nyata hasil modernisasi yang dianggap kemajuan. Karena itu, tanpa ada negara global yang bisa berhadap-hadapan dengan kekuatan kapitalisme global, sampai kapan pun Islam tidak bisa menunjukkan eksistensinya secara mendunia. Inilah sejatinya urgensi Khilafah yang akan mengayomi seluruh umat muslim di dunia dari proyek global negara Barat.
Wallahu alam bissawab.[]
Photo : Freepic.com