"Sejak pandemi mendera, dunia seakan merana. Apalagi ketika pandemi menggila, bukan hanya menjadi masalah Eropa ataupun Cina semata. Namun, wabah ini telah menjadi masalah bersama."
Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Banyaknya persediaan vaksin ternyata tak menjamin Eropa terbebas dari ancaman corona. Nyatanya, kini benua biru tersebut menggeser posisi Indonesia sebagai episentrum penyebaran corona di dunia. Eropa yang sempat lega karena dapat melepas masker, tak pernah mengira jika kembali harus berkutat dengan penggunaan masker dan karantina.
Sejak lima pekan terakhir, terjadi lonjakan kasus di Eropa. Inggris tercatat sebagai negara dengan penularan dan kematian tertinggi. Sedangkan, Jerman dalam 24 jam pernah mencatat 20.398 kasus baru. Ceko juga telah mendobrak rekor lamanya dengan tingkat penyebaran per 100 ribu orang, terinfeksi 386 orang. Lonjakan di Eropa terjadi hingga 50 persen, tak hanya kasus harian yang meroket, kematian juga melonjak tinggi. (cnnindonesia, 5/11/2021)
Corona belum benar-benar menghilang. Meskipun negara-negara lain di semua benua mengalami stagnan dan penurunan angka yang signifikan. Virus ini akan terus berkembang jika manusia tetap berkumpul dan berinteraksi tanpa protokol memadai.
Lingkaran Setan Penyebaran Virus Corona
Sejatinya virus ketika menginfeksi manusia, bersifat self limiting desease, bisa sembuh sendiri tanpa bantuan obat. Apalagi dengan daya tahan tubuh tinggi, semakin mempercepat kesembuhan orang yang terinfeksi. Dengan catatan, virus yang menginfeksi tidak menimbulkan komplikasi. Namun berbeda jika virus dapat menimbulkan komplikasi penyakit, seperti corona. Ia akan menjadi ancaman berat jika berhadapan dengan komorbid, yang dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan organ tubuh hingga menimbulkan komplikasi mengancam nyawa manusia.
Kesalahan pertama yang membuat virus ini bagaikan lingkaran setan, adalah tidak adanya ketegasan dalam karantina. Dunia membutuhkan kesatuan dan kesungguhan dalam melawan virus ini. Namun, sejak ditemukannya corona di Cina, langkah tegas tak segera diambil oleh bangsa-bangsa di dunia. Cina sebagai tempat pertama ditemukannya virus ini tak segera memberikan lampu merah. Malah banyak dari warganya yang justru keluar masuk ke negara lain.
Seharusnya karantina wilayah diterapkan di Wuhan saja, namun saat ini menyebar hingga pelosok benua. Memang benar sabda Nabi saw. ketika dihadapkan wabah, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, “Bila kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di daerah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.”
Kedua, pandangan jika penyelamatan ekonomi lebih mendesak daripada nyawa manusia. Berakhir dengan buka tutupnya gerbang negara, dan pembukaan wisata. Padahal pandemi belum berakhir, namun dalih new normal seakan menjadi mantra untuk membuka usaha.
Ketiga, vaksin yang digadang-gadang sebagai jalan keluar pun nyatanya belum mampu dilaksanakan 100 persen. Beragam sebab menjadi ganjalan, seperti stok vaksin melimpah namun penyerapan kurang. Juga kapitalisasi vaksin menjadikan kepercayaan masyarakat menurun pada pencegahan dengan penggunaan vaksin. Anggapan yang berembus malah menjadikan vaksin sebagai konspirasi.
Masalah Bersama
Sejak pandemi mendera, dunia seakan merana. Apalagi ketika pandemi menggila, bukan hanya menjadi masalah Eropa ataupun Cina semata. Namun, wabah ini telah menjadi masalah bersama. Fokus penyelesaian pandemi harus menjadi agenda utama negara-negara di dunia. Komitmen karantina sebelum pandemi hilang, bisa jadi merupakan satu-satunya wacana di samping vaksin yang merata. Jika pandemi telah usai, dengan sendirinya new normal berjalan. Ekonomi pun tak lagi tumbang.
Berbeda jika yang dipermasalahkan ekonomi dahulu, hingga anggaran negara untuk pandemi berkurang, hasilnya wabah enggan menghilang. Negara hanya disibukkan dengan lingkaran setan pandemi yang tak berkesudahan. Lantas, kapankah pandemi akan menghilang dari permukaan bumi?
Selesaikan Pandemi dengan Rapi
Penyelesaian pandemi, harus diperjuangkan dengan satu langkah pasti dari negara-negara di dunia. Yang pertama, karantina. Karena hampir seluruh negara di benua sudah terjangkit, maka setiap negara mengarantina negara masing-masing. Tahan untuk tidak berkerumun di lingkungan terdekat. Karantina juga membawa konsekuensi tersendiri, yang jika tidak diberlakukan maka tak ada artinya. Yakni, pemeliharaan negara terhadap warga yang terkena karantina. Inilah hal yang dapat menjamin keberhasilan karantina.
Kedua, pelaksanaan 3T (testing, tracing, treatment) merata. Ketiga, tiap negara hendaknya menahan untuk membuka gerbang perjalanan internasional. Di dalam negeri pun harus diberlakukan hal yang sama, untuk tidak membuka tempat wisata, meski keuntungannya terasa nyata, atau dalih refreshing dari kepenatan pandemi. Keempat, pengobatan terhadap yang terinfeksi harus memadai, baik dari segi obat, maupun fasilitas. Kelima, pencegahan dengan pemberian vaksin merata.
Khatimah
Dunia hampir porak-poranda sebab datangnya Covid-19 yang tiba-tiba, menginfeksi jutaan jiwa, dan merenggut ratusan ribu nyawa. Jika dunia tidak segera berbenah, dipastikan pandemi akan semakin lama, dunia pun semakin merana. Langkah yang harus ditempuh adalah dengan menyatukan langkah, tanpa adanya keinginan kapitalistik dalam jiwa. Maka pilihan tepatnya adalah mengikuti Rasulullah saw. dan para Khulafaur Rasyidin dalam menangani wabah.
Allahu a’lam bisshowwab.[]