Demi mencegah kasus yang lebih parah, pemerintah setempat memutuskan untuk membantai semua cerpelai di negara tersebut yang diduga mencapai 17 juta ekor.
NarasiPost.com -- Gelombang kedua Covid-19 menghantam benua Eropa dengan lonjakan angka kematian mencapai 300 ribu serta lebih dari 12 juta kasus baru dan membuat dilema atas kebijakan lockdown kedua.
AFP melaporkan, berdasarkan kumpulan laporan dari berbagai Kementerian Kesehatan negara-negara di Eropa, kawasan tersebut telah mencapai angka kematian akibat Covid-19 sebesar 300.688.
Dua per tiga dari total kasus terjadi di Inggris Raya, Italia, Prancis, Spanyol, dan Rusia.
Kondisi tersebut memaksa sejumlah negara untuk kembali menerapkan lockdown demi memperlambat gelombang kedua Covid-19, di antaranya Italia dan Yunani.
Di Italia, kebijakan lockdown diberlakukan di Lombardy, Piedmont, Val d'Aosta, serta Calabria.
Giorgio Gori, walikota Bergamo yang menjadi episentrum wabah Covid-19 di Italia pada awal tahun, mengatakan "ada lebih banyak yang lelah dan tak percaya di masyarakat" pada kebijakan lockdown kali ini dibanding saat pertama kali.
Bahkan, sebagian warga mengadakan protes di depan rumah Gori untuk menentang kebijakan lockdown yang baru.
Kepala Departemen Penyakit Menular RS Luigi Sacco di Milan, Massimo Galli mengatakan kepada awak media bahwa ia "khawatir" akan situasi tersebut dan sejak berakhirnya lockdown pertama Italia pada Mei lalu.
"Saya selalu menegaskan bahwa kita harus tetap waspada untuk menghindari kembalinya masalah," kata Galli. "Saya muak mengatakan hal yang sama, seperti suara yang berteriak di gurun tanpa ada yang merespons."
Bukan hanya Galli, pemerintah setempat tampaknya mulai frustrasi mencari alternatif lockdown yang bisa meluluhlantakkan perekonomian.
Sementara itu di Inggris yang juga menerapkan lockdown, kota Liverpool memulai program pengujian virus corona pertama di negara tersebut.
Sebanyak 500 ribu warga akan ditawarkan tes ulang, meski tanpa gejala, dalam skema percontohan yang bila berhasil akan diterapkan secara nasional.
"Ini adalah langkah besar untuk menyelamatkan orang yang kita cintai, teman, kolega, semua orang. Saya sangat berharap sebanyak mungkin orang menggunakan kesempatan ini," kata manajer Liverpool FC, Jurgen Klopp.
Sedangkan Denmark kini berhadapan dengan mutasi baru virus corona yang berkaitan dengan temuan di peternakan cerpelai.
Copenhagen telah diperingatkan bahwa mutasi tersebut bisa mengancam efektivitas vaksin corona yang tengah adu cepat untuk diciptakan.
Demi mencegah kasus yang lebih parah, pemerintah setempat memutuskan untuk membantai semua cerpelai di negara tersebut yang diduga mencapai 17 juta ekor.
"Ini adalah tindakan tepat waktu dan diperlukan, di tengah perkembangan yang mengkhawatirkan," kata Menteri Luar Negeri Denmark, Jeppe Kofod.
Sementara itu, lockdown kedua di Yunani menimbulkan penolakan dari para guru juga akademisi karena sekolah dan universitas kembali ditutup.
Presiden Serikat Sekolah Menengah, Theodorus Tsouchlos mengatakan banyak murid sekolah menengah atas telah berjatuhan selama gelombang pertama.
Ia menambahkan, lockdown kedua ini bisa meningkatkan ketidaksetaraan yang lebih luas karena ada siswa yang tidak memiliki akses WiFi atau pun laptop, karena digunakan juga oleh orang tuanya.
"Ini adalah masalah yang seharusnya disiapkan pemerintah selama musim panas, tetapi justru bertindak seolah-olah semuanya terkendali," kata Tsouchlos.[] Source