Kolera Merebak di Tengah Konflik Sudan

Kolera Merebak di Tengah Konflik Sudan

Warga Sudan terpaksa bergelut dengan risiko buruknya kesehatan karena faktor keamanan, penyerangan, pengungsian, serta kurangnya obat-obatan, tenaga kesehatan, perlengkapan medis, serta kurangnya dana operasional.

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Warga Sudan tengah berjibaku melawan wabah kolera yang kian merebak di tengah-tengah konflik bersaudara yang tak berkesudahan. Dilaporkan oleh investor.id, hingga Sabtu (28-9-2024), jumlah kasus kolera di salah satu negara Afrika tersebut telah menembus angka 15.000 kasus dengan korban meninggal mencapai lebih dari 500 jiwa.

Fakta Wabah Kolera di Sudan

Kementerian Kesehatan Sudan melaporkan bahwa wabah kolera ini mulai terdeteksi dan terus menyebar sejak Agustus 2024. Peningkatan kasus terus terjadi di 10 provinsi hingga mencapai 15.577 kasus dengan korban meninggal sebanyak 506 orang. Sedangkan Negara Bagian Khartoum pada Juli 2024 melaporkan bahwa hanya ada sekitar 25% rumah sakit dan 16% pusat layanan kesehatan primer yang beroperasi di negara bagian tersebut.

Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Harris mengatakan pada konferensi pers PBB pada Jumat, 28 September, sekitar 70-80% rumah sakit di wilayah konflik tidak dapat beroperasi sehingga layanan kesehatan tidak dapat diakses dan obat-obatan dasar pun tidak terpenuhi sehingga menyebabkan warga banyak yang meninggal. Layanan-layanan penting tidak berfungsi dan banyak yang telah dihentikan, seperti penanganan malanutrisi, perawatan kesehatan ibu dan anak, serta pengobatan untuk pasien penyakit kronis, padahal layanan kesehatan tersebut sangat dibutuhkan. Belum lagi seiring datangnya musim hujan, pengungsi datang dan tinggal di tenda-tenda darurat sehingga menambah buruknya kondisi yang mendukung pesatnya penyebaran penyakit.

Penyebab Merebaknya Kolera di Sudan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah penyakit, termasuk kolera, kekurangan gizi, serta penyakit tidak menular telah meningkat di Sudan seiring perang yang terus berkecamuk dan menyebabkan jutaan orang terpaksa mengungsi karena menghadapi tindakan kekerasan akibat perang saudara.

Sejak meletusnya konflik saudara pada 15 April 2023, lebih dari 6,8 juta warga Sudan telah keluar dari rumah mereka. Jumlah ini terus bertambah, bahkan ditambah orang yang telah mengungsi sebelum konflik dimulai, menjadikan Sudan sebagai negara dengan krisis pengungsi dan kelaparan terbesar di dunia. Perang saudara ini menyebabkan kapasitas sistem kesehatan Sudan berada pada titik kritis dengan kebutuhan yang terus meningkat.

Baca: Sudan Dilanda Kolera, Islam Solusinya

Konflik yang berlangsung telah menyebabkan perawatan kesehatan terus dibatasi. Warga Sudan terpaksa bergelut dengan risiko buruknya kesehatan karena faktor keamanan, penyerangan, pengungsian, serta kurangnya obat-obatan, tenaga kesehatan, perlengkapan medis, serta kurangnya dana operasional. Hal ini dikombinasi dengan kurangnya gizi, makanan dan air yang terkontaminasi, serta buruknya sanitasi, mengakibatkan jutaan warga Sudan rawan terjangkit penyakit parah atau kematian. Sejatinya tidak hanya kolera, tetapi juga campak, demam berdarah, dan malaria telah mewabah di beberapa bagian negara itu.

Konflik Sudan

Tidak hanya wabah kolera yang melanda, penduduk Sudan juga cukup menderita dikarenakan konflik senjata yang masih belum terselesaikan hingga saat ini. Sejak konflik yang terjadi antara angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF) sejak April 2023 itu berlangsung, memang telah terjadi beberapa kali gencatan senjata sementara (di antaranya dimediasi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat), tetapi masih menemui jalan buntu. Bentrokan dan tindak kekerasan yang terjadi telah menyebabkan jutaan orang meninggalkan rumah mereka, bahkan sebelum konflik pecah. Menurut data PBB, konflik ini setidaknya telah menelan korban jiwa sedikitnya 12.260 orang tewas dan lebih dari 33.000 korban luka.

Perang saudara memang beberapa kali terjadi dalam sejarah Sudan, di antaranya:

1. Perang Saudara Sudan Kedua

Konflik ini merupakan kelanjutan dari perang saudara Sudan pertama yang terjadi dari tahun 1955 hingga 1972. Konflik ini terjadi antara pemerintah pusat Sudan dan Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA), terjadi sepanjang 1983 hingga 2005.

2. Perang Saudara Sudan 2023

Konflik terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter dan sekutunya pada 15 April 2023. Dampak dari konflik ini di antaranya, menyebabkan lebih dari 13.000–15.000 korban jiwa dan 33.000 lainnya terluka, lebih dari 5,8 juta orang mengungsi internal, dan lebih dari 1,5 juta jiwa mengungsi keluar dari Sudan. Inilah konflik saudara yang masih terus berkobar hingga saat ini.

3. Konflik di Darfur

Konflik ini terjadi akibat perselisihan yang terjadi antara kelompok Janjaweed, sebuah kelompok militer Sudan yang direkrut dari suku-suku Arab lokal, dan suku-suku non-Arab. Pada Februari 2003, konflik ini dilaporkan telah mengakibatkan setidaknya 2.000-5.000 pemberontak terbunuh, terluka, atau tertangkap, 15.000-20.000 prajurit terbunuh,178.258–461.520 orang meninggal, 2.850.000 terlantar, dan 51 aktivis perdamaian terbunuh.

Cara Islam Menangani Wabah Penyakit

Dalam sejarah Islam, wabah atau penyakit menular telah dikenal sejak zaman Rasulullah saw. Pada masa itu, wabah yang dikenal adalah pes atau lepra. Rasulullah pun melarang umatnya memasuki daerah yang terkena wabah penyakit. Peringatan itu beliau sampaikan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, "Apabila sampai berita kepada kalian tentang wabah yang menyebar di suatu negeri maka janganlah kalian memasukinya. Akan tetapi, jika wabah terjadi di suatu tempat yang kalian tempati maka janganlah kalian keluar darinya."

Hadis Rasulullah saw., di atas adalah dalil bagaimana Islam menghadapi suatu wabah. Hadis ini pun terus dilaksanakan oleh khalifah-khalifah sepeninggal beliau di sepanjang sejarah kekhilafahan Islam. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh negara Khilafah, baik itu tindakan preventif maupun kuratif dalam menghadapi wabah penyakit yang terjadi, di antaranya:

  1. Negara dengan cepat tanggap mencegah peluang terjadinya konflik dan perang saudara yang berisiko membahayakan persatuan umat, serta menimbulkan korban jiwa. Kekacauan, pemberontakan, kerusuhan, juga separatisme, akan segera dibasmi oleh Khilafah. Ini karena dalam Islam, pemberontakan dianggap sebagai keharaman dan merupakan kejahatan yang dapat menimbulkan kekacauan, ketidaktenangan, dan kemunduran dalam suatu masyarakat atau negara. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, "Siapa saja yang membawa senjata untuk mencelakai kami (umat Muhammad, juga pemerintahan kaum muslim) maka orang tersebut bukanlah bagian dari kami.”
  2. Negara sangat memperhatikan masalah kebersihan warganya. Hal ini dikarenakan kebersihan dan kesucian merupakan masalah fitrah, serta menjadi prinsip dasar Islam. Demikianlah seperti sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Imam Abu Daud berikut, dari Abu Hurairah ra., dia berkata, "Rasulullah saw., bersabda, ”Jika terbangun salah seorang dari kalian pada malam hari, janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam bejana yang berisi air dan membasuhnya terlebih dahulu sebanyak tiga kali, hal itu karena dia tidak tahu di mana tangannya semalam berada.”
  3. Negara menerapkan sistem kesehatan yang mumpuni bagi seluruh rakyatnya, sistem sanitasi yang baik, kebersihan lingkungan, kebersihan air, sirkulasi udara, serta layanan kesehatan gratis atau murah yang mudah diakses oleh setiap warga negara. Seperti dalam sejarah Islam yang umumnya rumah sakit dibangun di atas bukit atau di samping sungai karena dua lokasi tersebut dianggap sebagai tempat paling indah dan tempat paling baik sehingga memenuhi syarat-syarat penunjang kesehatan.
  4. Negara menjamin kebutuhan primer warga terpenuhi, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan, sehingga warga negara hidup sehat, aman, tenang, dan tidak mudah sakit atau terjangkit suatu penyakit, termasuk kolera. Mekanisme dalam pemenuhannya oleh negara dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung maksudnya adalah negara turun tangan secara langsung menjamin pemenuhan kebutuhan rakyatnya. Sedangkan secara tidak langsung salah satunya adalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak, menjaga stabilitas keamanan negara, dll.

Jika pun wabah masih juga melanda, negara memastikan rakyatnya meyakini bahwa wabah penyakit yang terjadi adalah merupakan ketetapan Allah dan memantapkan keyakinan ini dalam diri setiap warga negara Khilafah. Dengan demikian, harus dihadapi dengan sabar dan mengharapkan balasan kebaikan dari Allah, sebagaimana hadis Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah yang berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda, "Matinya orang karena sakit perut dan terjangkit tha’un (wabah), adalah syahid." Penyakit kolera termasuk sakit perut dalam hadis tersebut.

Khatimah

Demikianlah Rasulullah saw. mengajarkan kepada para khalifah setelahnya untuk melanjutkan perhatian dan pelayanannya terhadap umat. Merupakan suatu kezaliman apabila kewajiban ini dilalaikan oleh negara dengan mengabaikan hak-hak dasar warganya atau malah mengalihkan beban tersebut pada rakyatnya seperti yang terjadi di Sudan hingga terkena wabah kolera. Hal ini dikarenakan Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Imam Bukhari, “Imam adalah ra’in (pengurus rakyat) dan ia akan ditanya atas pengurusannya terhadap rakyatnya.” Wallahua'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Wabah Kolera di Tengah Konflik Sudan
Next
Utang Negara Turun, Fakta atau Hanya Pencitraan?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Bedoon Essem
Bedoon Essem
1 month ago

Dunia di bawah sistem kapitalisme adalah kehancuran..

Last edited 1 month ago by Aya Ummunajwa
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram