Iklim Memburuk, Gurun Sahara Kebanjiran

Iklim Memburuk, Gurun Sahara Kebanjiran

Krisis iklim sendiri dipastikan membawa bahaya bagi kehidupan manusia. Climate change merupakan puncak kerusakan yang ditimbulkan oleh kapitalisme.

Oleh. Siska Juliana
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Bumi dengan segala isinya menyimpan berbagai peristiwa. Bencana yang terjadi, bukan semata-mata berasal dari alam, tetapi adanya campur tangan manusia. Salah satu kejadian langka terjadi baru-baru ini. Gurun Sahara kebanjiran untuk yang pertama kalinya. Menurut pemerintah Maroko, banjir pada September itu merupakan yang terparah dalam beberapa dekade terakhir.

Berbagai wilayah di negara itu mengalami hujan lebat, seperti di Desa Rabat. Sementara itu, Danau Iriqui yang mengalami kekeringan selama 50 tahun, kini terisi air. Satelit NASA pun menangkap hal itu. Rata-rata curah hujan di wilayah tersebut tidak sampai 254 milimeter per tahun. Badai ini terjadi setelah kekeringan yang cukup panjang, yaitu selama enam tahun.

Menurut Houssine Youabeb, Dirjen Meteorologi Maroko, hujan lebat terjadi pada 30 sampai 50 tahun yang lalu. Hal ini memungkinkan cuaca di negara itu menjadi terdampak dikarenakan kelembapan yang meningkat di udara. Di sisi lain, badai ini telah menelan korban meninggal sebanyak 20 orang di Maroko dan Aljazair. Selain itu, produksi tanaman pangan menjadi rusak. (cnnindonesia.com, 12-10-2024)

Buruknya Iklim, Dampak Deforestasi dan Industrialisasi

Climate change atau krisis iklim menjadi problem dunia saat ini. Penyebabnya adalah industrialisasi yang berkaitan erat dengan deforestasi dan pembakaran energi fosil di luar batas. Krisis iklim sendiri dipastikan membawa bahaya bagi kehidupan manusia. Climate change merupakan puncak kerusakan yang ditimbulkan oleh kapitalisme.

Deforestasi menyebabkan terjadinya krisis iklim. Perusakan hutan ini mengakibatkan meningkatnya suhu bumi selama dua abad terakhir karena adanya peningkatan emisi gas rumah kaca. Tak hanya itu, deforestasi menyebabkan luas ekosistem hutan alam terus berkurang, padahal hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia, penyerap air, dan penyimpan karbon.

Pada periode 1990 sampai 2020, deforestasi di tingkat dunia menyebabkan hutan seluas 4,06 miliar hektare menjadi 420 juta hektare. Selain itu, deforestasi juga disertai dengan krisis ruang hidup. Hal ini lantaran hutan alam merupakan habitat sebagian besar spesies hewan dan tumbuhan.

Krisis Iklim

Adanya kenaikan suhu bumi makin memperparah krisis pangan, kesehatan, dan air bersih. Dalam jurnal The Lancet November 2023, secara global pada 2022 ada sebanyak 735 juta orang mengalami kelaparan. Sementara itu, pada 2021 sebanyak 3,1 miliar orang (42%) tak mampu membeli makanan sehat.

Kenaikan suhu bumi juga memicu bencana hidrometeorologi. Di tahun 2021, sebanyak 390 bencana di dunia akibat perubahan iklim. Angka tersebut meningkat 5,7% dibanding tahun sebelumnya dan melesat 5,7% daripada satu dekade sebelumnya.

Menurut data European Commission, total emisi gas rumah kaca dunia mencapai 53,79 gigaton setara karbon dioksida (Gt CO2e). Selain itu, penyusutan hutan alam secara global juga mengalami peningkatan dari 7,1 juta hektare pada 2000—2013 menjadi 10 juta hektare pada 2015—2020.

Kapitalisme sebagai Akar Masalah

Situs resmi PBB menyebutkan bahwa pendorong utama perubahan iklim adalah aktivitas manusia. Aktivitas manusia erat kaitannya dengan cara pandangnya terhadap kehidupan. Kapitalisme menjadikan tujuan hidup adalah materi. Kemudian rentang waktu kenaikan suhu global terjadi sejak tahun 1800-an hingga saat ini ketika dunia berada dalam kendali kapitalisme.

Baca: kebijakan-politik-kapitalisme-melegalisasi-kerusakan-iklim/

Hal ini menunjukkan bahwa pendorong utama perubahan iklim adalah sistem kehidupan sekularisme dan peradaban kapitalisme. Khususnya sistem ekonomi kapitalisme dan sistem politik demokrasi yang dengan kekuasaannya dapat menyuburkan politik oligarki. Para korporat tidak segan-segan mengorbankan kelestarian lingkungan untuk memenangkan persaingan dan menekan biaya produksi.

Dalam kapitalisme, negara melegalkan deforestasi dengan pemberian hak konsesi. Di sisi lain, industrialisasi tidak dapat dipisahkan dari kapitalisme. Dengan demikian, kapitalisme yang paling bertanggung jawab atas perubahan iklim.

Islam Solusi Hakiki

Bumi merupakan satu-satunya planet bagi kehidupan manusia. Planet bumi dan segala isinya telah diciptakan oleh Allah dengan ukuran masing-masing sehingga serasi dan harmoni. Allah Swt. juga memiliki seperangkat aturan kehidupan berupa sistem kehidupan Islam agar planet bumi lestari.

Islam membagi kepemilikan menjadi tiga, yaitu kepemilikan individu, umum, dan negara. Negara wajib mengelola hak milik umum seperti tambang, sumber air, hutan, dan kekayaan lainnya. Pengurusannya tidak boleh diberikan pada individu atau swasta. Rasulullah saw. bersabda, "Kaum muslim berserikat dalam tiga hal, yakni air, rumput, dan api. Harganya adalah haram." (HR. Ibnu Majah)

SDA dikelola dengan sangat baik untuk kepentingan rakyat. Misalnya, hutan sebagai paru-paru dunia, penyerap air tanah, pencegah banjir, dan tanah longsor dijaga kelestariannya dengan sangat baik. Jika ada hutan yang rusak, negara akan melakukan reboisasi dan memberi sanksi bagi yang melakukan deforestasi hutan.

Hasil pengelolaan SDA digunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Juga kebutuhan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Khatimah

Allah Swt. berfirman, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Ruum: 41)

Oleh karena itu, dengan penerapan Islam secara kaffah, perubahan iklim dan pemanasan global dapat diatasi. Sungguh hanya dengan Islam yang mampu menyelesaikan seluruh persoalan kehidupan, serta memberi keberkahan karena datang dari Sang Maha Pencipta.
Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Siska Juliana Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Farmasi Nuklir Pertama di Indonesia, untuk Apa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 hour ago

MasyaAllah, padahal Allah telah mengingatkan manusia di QS ar-Ruum: 41

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
2 hours ago

Perubahan iklim tentu tak lepas dari ulah manusia. Dimana penguasa negara ikut andil besar dengan kerusakan alam. Iklim dan kelestarian alam hanya akan terjaga dengan penerapan aturan Islam yang datangnya dari Allah Swt.

Keren naskahnya

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram