Bektashi, Negara Spiritual

bektashi, Negara Spiritual

Bektashi memainkan peran penting dalam membentuk identitas agama di Albania, yang terkenal sebagai salah satu negara dengan tingkat pluralisme agama tertinggi di Eropa.

Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebuah negara dibentuk dari kesadaran masyarakatnya yang memiliki pemikiran, perasaan, dan arah tujuan yang sama dengan memiliki wilayah kekuasaan atau teritorial yang diakui bersama secara global. Oleh karena itu, negara bukanlah komunitas yang dipaksakan atau dibentuk oleh kepentingan seseorang atau berada dalam tekanan pihak tertentu.

Misalnya saja, Vatikan walaupun menamakan dirinya sebuah negara, tetapi secara fakta hanyalah komunitas keagamaan dan keberadaannya berada di dalam wilayah Kota Roma yang menjadi Ibu Kota Negara Italia. Namun, rupanya hal serupa akan diikuti pula oleh Albania yang akan menjadikan Kota Tirana sebagai negara untuk komunitas sufi Bektashi, sebuah komunitas spiritual yang memiliki sejarah tersendiri di Albania.

Rencana menjadikan Tirana sebagai sebuah negara untuk komunitas Bektashi, seperti dilansir media berita CNN Indonesia (24-9-2024), disampaikan secara langsung oleh Perdana Menteri Albania, Edi Rama, saat berbicara di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Minggu (22/9).

Eksistensi Bektashi

Komunitas spiritual Bektashi adalah salah satu cabang tarekat sufi yang memiliki pengaruh signifikan di Albania dan beberapa wilayah Balkan. Tarekat Bektashi berasal dari tradisi spiritual yang didirikan oleh Haji Bektash Veli, seorang mistikus asal Persia-Turki yang hidup pada abad ke-13. Tarekat ini memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari tarekat sufi lainnya, terutama dalam hal kepercayaannya yang lebih inklusif, liberal, dan sering kali sinkretis dengan praktik lokal.

Bektashi menjadi salah satu tarekat sufi yang berkembang pesat di wilayah Kekhalifahan Utsmaniyah, yang selama beberapa abad menguasai sebagian besar wilayah Balkan, termasuk Albania. Pada abad ke-15 hingga ke-17, Bektashi mendapatkan dukungan dari Kekhalifahan Utsmaniyah, terutama dari kelompok militer elite mereka, yaitu Janissari, yang sering kali menjadi penganut tarekat ini.

Dukungan dari Janissari dan Kekhalifahan Utsmaniyah membantu perkembangan Bektashi ke seluruh wilayah yang dikuasai oleh Utsmaniyah. Hal ini memungkinkan tarekat Bektashi menyebar hingga ke Albania dan wilayah sekitarnya. Di Albania, Bektashi mulai diterima oleh masyarakat, terutama di daerah pegunungan dan pedesaan, yang secara tradisional memiliki kepercayaan sinkretis antara ajaran Islam dan praktik adat lokal.

Setelah kemunduran Kekhalifahan Utsmaniyah dan pembubaran Janissari pada abad ke-19, tarekat Bektashi mengalami tantangan besar. Meskipun demikian, di Albania, Bektashi terus bertahan, terutama setelah Kemal Ataturk di Turki melarang semua aktivitas tarekat sufi pada tahun 1925. Albania kemudian menjadi pusat penting bagi tarekat Bektashi, dengan kota Tirana menjadi salah satu pusat spiritual dan administratif utama. Di Albania, komunitas ini berhasil mempertahankan tradisi sufi mereka meskipun menghadapi represi dari rezim komunis pada abad ke-20.

Setelah runtuhnya komunisme pada awal 1990-an, tarekat Bektashi mengalami kebangkitan kembali di Albania. Saat ini, Albania menjadi salah satu pusat global utama bagi tarekat ini, dengan banyak pengikut yang menghormati nilai-nilai toleransi beragama, spiritualitas, dan penghargaan terhadap tradisi lokal.

Keunikan

Salah satu keunikan Bektashi adalah keterbukaannya terhadap perbedaan. Bektashi menggabungkan unsur-unsur ajaran Islam Syi’ah, khususnya penghormatan yang tinggi terhadap ahlulbait, serta unsur-unsur dari kepercayaan mistik lokal. Meskipun tarekat ini secara nominal dianggap sebagai bagian dari Islam, praktik Bektashi lebih mengedepankan spiritualitas esoteris, dengan penekanan pada pembersihan batin, meditasi, dan pencarian hubungan pribadi dengan Tuhan.

Selain itu, ada catatan sejarah yang menarik tentang Bektashi dengan Kekhalifahan Islam terutama berhubungan dengan peran pentingnya di dalam Kekhalifahan Utsmaniyah. Dukungan dari Kekhalifahan Utsmaniyah, terutama melalui kelompok Janissari, memberi Bektashi kekuatan politik dan sosial yang besar selama berabad-abad. Namun, setelah jatuhnya Utsmaniyah, Bektashi terpaksa menyesuaikan diri dengan dunia baru yang tanpa pusat kekuasaan Islam yang kuat seperti kekhalifahan.

Meskipun demikian, hubungan komunitas Bektashi dengan kekhalifahan lebih bersifat politis ketimbang teologis. Secara spiritual, tarekat ini berkembang sebagai gerakan mistik yang cenderung berdiri di luar kekuasaan negara. Hubungannya dengan Kekhalifahan Utsmaniyah lebih didasarkan pada kepentingan politik dan perlindungan, daripada keterikatan pada struktur kekuasaan Islam secara formal.

Saat ini, Bektashi memainkan peran penting dalam membentuk identitas agama di Albania, yang terkenal sebagai salah satu negara dengan tingkat pluralisme agama tertinggi di Eropa. Komunitas ini sering kali diakui sebagai simbol toleransi beragama dan perdamaian, sejalan dengan ajaran mereka yang menekankan cinta kasih, persatuan umat manusia, dan penghormatan terhadap semua agama.

Di Albania, banyak orang menganggap tarekat Bektashi sebagai jembatan antara Islam dengan kepercayaan lokal maupun agama-agama lain. Tradisi ini juga telah membantu memperkuat hubungan budaya dan spiritual antara Albania dan negara-negara lain di wilayah Balkan.

Dengan demikian, hal penting yang harus diperhatikan di sini, meskipun Bektashi lahir dan berkembang di bawah naungan Kekhalifahan Islam, bukan berarti telah berkontribusi bagi Kekhalifahan Islam, melainkan sebagai bukti bahwa pemerintahan dalam sistem Khilafah mengayomi semua kalangan, termasuk minoritas Bektashi.

Inilah wujud keadilan dan cermin seorang pemimpin yang memang harus bersikap adil dalam mengurusi rakyatnya. Di dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. menyebutkan, bahwa seorang pemimpin itu harus melindungi rakyatnya, apalagi pemimpin negara adalah pemimpin bagi rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. (HR. Bukhari dan Muslim).

Walallahu'alam bish shawaab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Maman El Hakiem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Lavender Marriage, Merusak Kesucian Pernikahan
Next
Swasembada Gula, Oligarki Makin Menggila
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Deena
Deena
14 days ago

Barakallah..
Baru tahu ada yg namanya Bektashi..

Firda Umayah
Firda Umayah
14 days ago

Jadi tahu kalau ada kelompok Bektashi.

Barakallah untuk penulis

Isty daiyah
Isty daiyah
15 days ago

MasyaAllah,.Pak Maman melesat berlomba menaklukkan challenge. Barakallah naskah yang mencerahkan.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
15 days ago

Semoga banyak yang tercerahkan

Tami Faid
Tami Faid
15 days ago

Inilah pemikiran liberalisme

Puput
Puput
15 days ago

Pandangan yang sangat netral.

Netty
Netty
15 days ago

Selalu kereen. Baarakallahu fiik pak...

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram