Amerika, punya agenda mengamankan wilayah Timur Tengah. Israel pun tanpa sadar menjadi batu loncatan Amerika untuk memperdalam cengkeramannya di wilayah tersebut.
Oleh. Dia Dwi Arista
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Seperti sebuah istilah, love and hate relationship, maka seperti itulah kiranya gambaran bangsa Arab dan Israel. Israel menjadi musuh bersama bangsa Arab sejak ia menduduki paksa Palestina. Sebagai kiblat pertama kaum muslim, Palestina dianggap sebagai tempat suci yang harus dijaga. Namun, dengan tak tahu malu, Israel mengeklaim sebagian besar wilayah Palestina menjadi miliknya. Dari sanalah, bangsa Arab yang notabene adalah umat Islam, mengecam hingga menggempur Israel. Namun, itu dahulu. Sebab, saat ini sebagian mereka sudah “jatuh cinta” dengan Israel, hingga timbullah istilah “normalisasi hubungan”.
Saat ini, Israel sedang gencar menunjukkan niatnya untuk menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi, setelah lebih dulu menormalisasi hubungannya dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab. Pada perayaan Hari Nasional Kerajaan Arab Saudi yang ke-93 pada 23 September lalu, Menteri Luar Negeri Israel, mengucapkan hari jadi Kerajaan Arab secara terbuka. (cnnindonesia.com, 24/9/23)
Semakin Erat
Isu normalisasi yang dilakukan Arab Saudi dan Israel semakin santer terdengar. Ucapan selamat tersebut pun tak ditampik oleh Arab Saudi. Sejak diperintah oleh MbS, Saudi merombak habis-habisan aturan negaranya. Dari mulai dihilangkannya polisi syariat, pantai berbikini, membolehkan perayaan Natal, hingga kebolehan perempuan Arab Saudi untuk membuka hijab mereka. Ya, kini kiblat kaum muslim itu semakin sekuler.
Pun urusan diplomatik. Amerika, punya agenda mengamankan wilayah Timur Tengah. Israel pun tanpa sadar menjadi batu loncatan Amerika untuk memperdalam cengkeramannya di wilayah tersebut. Amerika pun begitu sibuk mengawal normalisasi Israel dengan negara-negara Teluk di kawasan ini.
Negara Paman Sam itu nyatanya berencana menjadikan Israel sebagai “penjaga” kawasan Timur Tengah. Banyak keuntungan yang didapat negara adidaya tersebut, baik secara ekonomi maupun diplomatik. Dalam setiap tawaran normalisasi, Amerika menawarkan bantuan keamanan, keuangan, juga memperlebar akses impor senjata bagi negara-negara yang terbuka normalisasinya dengan Israel.
Tentu, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Dari normalisasi tersebut, Amerika juga mendapat keuntungan lain, yakni diplomasi tradisional. Dengan kata lain, Amerika akan mudah untuk merundingkan masalah keamanan dan penyelesaian berbagai konflik di Timur Tengah. Yang tentu saja, agenda terselubungnya adalah memastikan negeri-negeri Arab sibuk dengan kapitalisme dan sekulerismenya. Hingga sadar maupun tidak, mereka telah jauh dari jalan yang sudah dipetakan Rasulullah saw. sebagai muslim.https://narasipost.com/opini/12/2020/normalisasi-saudi-israel-perdamaian-atau-penjajahan/
Dengan tawaran menggiurkan dari Amerika inilah, akhirnya Arab Saudi di bawah kepemimpinan Mohammed bin Salman dengan tangan terbuka menerima normalisasi hubungan dengan Israel. Pun, Israel tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Adanya normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab, akan memastikan posisi Israel di tanah Palestina makin kukuh. Sebab, yang selama ini getol mengusik keberadaannya di Palestina adalah negeri-negeri Arab itu sendiri.
Bak gayung bersambut, Israel-Saudi pun makin mesra. Masing-masing negara terkait dengan keuntungannya sendiri, meninggalkan bangsa Palestina teraniaya dan terjajah. Padahal, benteng Palestina adalah negeri-negeri Arab. Apa jadinya jika bangsa Arab meninggalkan Palestina di bawah agresi militer Israel?
Palestina Butuh Khilafah
Tak terbantahkan, jika tidak ada negara maupun organisasi yang bisa membantu Palestina saat ini. Bahkan, yang disebut sebagai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan slogan menghapus penjajahan di muka bumi pun mendadak loyo jika berhadapan dengan Israel yang disokong Amerika. Apalagi negara-negara Timur Tengah yang sedang disibukkan dengan urusan pribadi. Tak ada.
Hanya satu harapan Palestina yang bisa mengeluarkannya dari penjajahan Israel, yakni Khilafah. Khilafah merupakan sebuah institusi yang berdiri atas dasar syariat Islam. Negara ini adalah representasi dari penerapan Islam di atas bumi. Negara inilah yang nantinya akan menjadi junnah, tameng kaum muslimin dalam menghadapi kafir harbi fi’lan yang merongrong wilayah mereka.
Berdirinya Khilafah adalah penanda era baru kekuasaan dunia. Sebab, Khilafahlah nanti yang akan bisa tegak sepadan dengan negara adidaya, Amerika Serikat saat ini. Bahkan, Rasulullah saw. bersabda atas pentinganya institusi ini hingga digambarkan bahwa kaum muslim yang meninggal tanpa adanya bait pada khalifah, matinya bagai mati jahiliah.
مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةِ اللهِ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَحُجَّةَ لَهُ، وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً
"Siapa saja yang melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, niscaya dia akan menjumpai Allah pada Hari Kiamat dengan tanpa mempunyai hujah. Dan, siapa saja yang mati sedangkan di atas pundaknya tidak terdapat baiat, maka dia mati dalam keadaan jahiliah." (HR. Muslim)
Khatimah
Sungguh, normalisasi yang kian erat antara bangsa Arab dan Israel adalah bencana tak hanya bagi bangsa Palestina, namun umat Islam secara umum. Pengkhianatan ini tak dimungkiri karena adanya pengotakan negara Islam dengan batas nasionalisme yang telah diciptakan Barat untuk memecah belah kaum muslim. Maka, dibutuhkan effort lebih untuk mengembalikan kesatuan kaum muslim dalam satu kepemimpinan. Kepemimpinan yang akan menjadi junnah bagi Islam dan penganutnya. Untuk itu, menjadi kewajiban kaum muslimin untuk menegakkan kembali institusi ini. Yakni, dengan tak henti mendakwahkah Islam sebagai aturan hidup di tengah-tengah umat. Semoga Allah mudahkan langkah-langkah para pengemban dakwah dalam tugas mulia ini. Allahu a’lam bish-shawaab.[]
Saat rakyat mereka mengutuk dan mengecam kekejian Israel, penguasanya justru tampil mesra dengan agresor israelx..
Sungguh malang Nasib Saudara kita Palestina. Pengkhianatan negeri-negeri muslim membuat Palestina kian terpuruk.
Semoga Allah menjaga bumi Palestina. Aamiin
Pengkhianatan penguasa yg membuat umat kian tenggelam dalam derita..
AS lah yang paling diuntungkan dari konflik ini.
Yaitu akses impor senjata, juga diplomasi tradisional.
Jangan terpedaya.
Normalisasi dengan Israel itu pengkhianatan paling memilukan yang dilakukan oleh penguasa muslim. Negara Arab itu bisa dibilang benci tapi cinta Israel. Jadilah apa pun rela dilakukan meski sudah melihat saudaranya terbunuh oleh Zionis itu.
Makin mesra dengan Israel, padahal saudara seiman sedang terjajah dan tertindas. Harusnya Pasukan yang dikirim untuk membebaskan saudaranya bukan malah mesra.
Benar Mbak, kemesraan hubungan Arab saudi dengan Israel akan membuat bangsa yahudi itu semakin pongah, bebas menumpahkan darah di tanah Palestina yang diberkahi Allah. Nasib saudara kita semakin sengsara. Umat Islam wajib bersatu berjuang mewujudkan kembali institusi yang hilang ( khilafah). Institusi yang menjadi junnah yang melindungi kaum Muslim seluruh dunia
Miris!
Negeri Arab sebagai kiblat nya kaum muslim, makin sekuler. Bahkan menerima persahabatan dengan negeri Israel yang menzalimi saudara kita di Palestina. Semakin genting bahwa umat sangat membutuhkan khilafah
Keren Mba Dia tulisan membuka wawasan
Mengapa arab kian sekuler sikapnya? Seolah Palestina luput dari perhatian, padahal Allah memerintahkan keras terhadap kaum kafir.
Karena negaranya sudah jauh dengan uukum Islam mbak. Yg dikejar adalah modernitas ala Barat
Parahnya, negeri-negeri muslim lainnya tak segera bersuara dan ambil sikap tegas terhadap hubungan ganjil dan nista ini. Nastaghfirullah...
Bener. Miris banget.