Hipokrisi Berlanjut, Palestina Hanya Butuh Khilafah

Sejatinya, selama pendudukan Israel terhadap Palestina, Amerika adalah pendukung nomor satu Israel yang senantiasa memenuhi kebutuhan mereka, baik berupa dana, militer, keamanan, dll.

Oleh. Dia Dwi Arista
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dunia saat ini terbagi dalam dua kubu. Kubu pro-Palestina dan pro-Israel. Setelah serangan Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023 ke Israel, beberapa perwakilan negara menyampaikan dukungan terhadap Palestina, pun orang-orang di berbagai benua turun ke jalan mendukung Palestina. Di sisi lain, para pemimpin negara Barat langsung bereaksi dan mengutuk aksi Hamas yang menembakkan rudal ke Israel hingga membunuh ratusan nyawa. Aksi Hamas, menurut mereka adalah aksi teroris. Dan cap teroris itulah yang kini disematkan pada militansi-militansi yang memperjuangkan Islam dan kemerdekaan.

Hamas dan Perjuangannya

Hamas adalah sebuah gerakan yang dibentuk oleh Syekh Ahmad Yassin di Gaza pada tahun 1987. Gerakan ini terbentuk akibat dari okupasi dan aneksasi Israel terhadap Palestina. Gerakan ini menuntut pembebasan Palestina secara mutlak. Namun sayangnya, langkah ini tak didukung oleh gerakan lainnya.

Pada tahun 1993, otoritas Palestina dan Israel bertemu di Washington D.C. untuk menandatangani Perjanjian Oslo. Dalam perjanjian tersebut, dibuatlah Otoritas Nasional Palestina yang ditugaskan menangani Palestina dengan Gaza dan Tepi Barat saja sebagai bagian negaranya. Pun, pengakuan bahwa PLO sebagai mitra Israel dalam negosiasi tentang wilayah Palestina ke depannya. Tentu perjanjian ini ditolak mentah-mentah oleh Hamas. Hamas yang bercita-cita membebaskan seluruh tanah Palestina dari penjajahan Israel pun berang.

Begitu pula PLO (Palestinian Liberation Organization) atau yang biasa disebut “Gerakan Pembebasan Palestina”, organisasi ini telah angkat tangan dengan kemerdekaan menyeluruh tanah Palestina. Mereka menyetujui aturan yang sudah dibuat Barat untuk menjadikan tanah Palestina sebagai “rumah” bagi warga Israel. Alias two state nation.

Presiden Palestina saat itu, yakni Mahmoed Abbas beserta organisasi Fattah, lebih memilih damai daripada angkat senjata. Hingga Fattah dan Hamas pernah berselisih, yang hasilnya adalah Hamas secara politik menguasai Gaza, sedang Fattah menguasai Tepi Barat. Kedua kelompok perjuangan ini pun memiliki cita-cita yang sama namun jalan berbeda.

Sesuai ekspektasi, banyak kesepakatan-kesepakatan yang sudah tertandatangani, dirusak oleh Israel sendiri. Mereka senantiasa menyerang warga Palestina, pun menyerang warga yang tengah salat di masjidilaqsa. Bahkan, mereka terus merangsek masuk wilayah Palestina untuk membangun pemukiman-pemukiman baru. Banyaknya kejahatan yang dilakukan oleh Israel inilah yang menjadikan Hamas muak dan tak tahan lagi. Hingga akhirnya terjadilah serangan pembuka pada 7 Oktober 2023 lalu. Serangan tersebut berhasil memorak-porandakan wilayah Israel. Tak ayal Israel yang “kecolongan” pun berang dan berjanji akan membalas dengan balasan yang lebih. Mereka pun bersumpah akan memutus air, listrik, dll. dari wilayah Palestina. Inilah penjara terbuka terbesar di dunia, Palestina.

Amerika Sebagai Tameng

Hubungan Amerika dengan Israel tak dimungkiri sangatlah mesra. Dari awal, Amerika berambisi untuk menguasai wilayah Timur Tengah dengan banyaknya minyak bumi yang terdapat di negara-negara teluk tersebut. Ambisi ini akhirnya terealisasi ketika Inggris dan sekutu menang dalam Perang Dunia I. Inggris kemudian mengadakan Deklarasi Balfour yang isinya adalah pernyataan terbuka adanya dukungan bagi pembentukan “rumah” bagi warga Yahudi di Palestina.

Bisa dibilang, lahirnya Israel dibidani Inggris dan dibesarkan Amerika. Joe Biden yang saat ini menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pernah mendeklarasikan dukungan besarnya terhadap Israel. Ia mengatakan dalam salah satu pidato pentingnya di tahun 1986 saat masih menjabat sebagai anggota Komite Hubungan Internasional di Senat AS, menyatakan, ”Tak perlu meminta maaf atas dukungan kita (AS) kepada Israel. Jika tidak ada Israel maka AS akan menciptakannya untuk melindungi kepentingan AS di Timur Tengah.” (merdeka.com)

Tak hanya itu, Amerika Serikat juga menggelontorkan banyak dana luar negerinya kepada Israel. Dalam pemerintahan Barack Obama, AS telah berjanji dalam komitmen tahunan jangka panjangnya, akan memberikan bantuan kepada Israel sebesar 3,8 miliar USD (Rp55 triliun) setiap tahunnya hingga 2028. Dana ini digunakan untuk memperkuat militer Israel, agar negara asuhannya ini “ditakuti” oleh negara-negara Arab lainnya, mengingat posisi Israel dikepung oleh negara-negara Islam (Detiknews.com, 25/5/2021). Sejatinya, selama pendudukan Israel terhadap Palestina, Amerika adalah pendukung nomor satu Israel yang senantiasa memenuhi kebutuhan mereka, baik berupa dana, militer, keamanan, dll.

Bisa disimpulkan bawa mesranya hubungan AS dan Israel adalah karena beberapa hal, yakni sisi sejarah, sentimen publik, kepentingan strategis, faktor ekonomi, Pemilu, hingga faktor ekonomi. Alasan-alasan inilah yang menjadi penguat dukungan AS terhadap Israel. Maka sebuah ironi ketika Amerika menjadi mediator untuk masalah Palestina dan Israel. Sebab, sudah terang bahwa dukungan itu jatuh pada Israel. Hingga tak heran, sudah puluhan tahun pendudukan Israel terhadap Palestina, sampai saat ini masalah tersebut tak terselesaikan.

Baca juga :
1.https://narasipost.com/challenge-np/09/2023/prahara-di-bumi-palestina/
2.https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/palestina-dan-asa-yang-terhunjam/

Amerika sebagai negara Super Power tentu memiliki banyak urusan di setiap jengkal peta dunia. Sebagai wasilahnya untuk tetap mencengkeram dan mengendalikan situasi di masing-masing wilayah, agar sesuai dengan kepentingan AS, maka AS selalu ikut campur terhadap kepentingan-kepentingan negara-negara lain. AS akan memastikan kapitalisme yang diembannya terus berjalan meski dengan mengucurkan darah dari rakyat negara lain yang menjadi incarannya. Tak terkecuali rakyat Palestina.

Bersatunya Kaum Muslim untuk Aqsa

Palestina nyatanya sudah tak bisa berharap pada negara Arab apalagi negara Barat untuk menjadi penolongnya. Bahkan PBB saja, selayaknya “macan ompong” jika sudah kena veto Amerika atas putusannya kepada Israel. Lantas, siapakah yang dapat menolong Palestina?

Nabi Muhammad saw. bersabda dalam riwayat Imam Muslim,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

”Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)."

Kaum muslim, ibarat satu tubuh. Meski mereka dipisahkan oleh ras, bahasa, warna kulit, dan bangsa yang berbeda, tetapi keimanan kepada Allah menjadi jembatan yang menghubungkan mereka. Pun, ketika saudara muslim di Palestina menderita karena pendudukan Israel. Tentu kaum muslim merasakan penderitaan mereka, tak ayal mereka berbondong-bondong untuk membantu. Mulai dari harta hingga nyawa. Pun doa-doa senantiasa dilangitkan untuk keselamatan dan kemenangan Palestina. Tidak ada satu umat pun yang mempunyai ikatan kukuh layaknya ikatan keimanan kaum muslim. Namun, cukupkah bantuan mereka?

Palestina Butuh Khilafah

Meski ikatan keimanan kaum muslim sangat erat, akan tetapi hal itu tak cukup untuk menolong Palestina keluar dari cengkeraman Israel dan sekutunya. Israel yang dibantu negara maju dan adidaya di belakangnya, tentu bukan lawan yang sepadan dengan rakyat sipil. Oleh karena itu, Palestina dan kaum muslimin membutuhkan satu institusi yang bisa menjadi tameng dan mengomando mereka untuk berjihad.

Hal ini pernah disabdakan Rasulullah saw. bahwasanya adanya seorang khalifah/imam akan penjadi junnah yang akan membela negeri-negeri muslim dari gangguan negara kafir.

“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Negara Khilafah inilah yang nantinya akan mampu membebaskan tanah wakaf kaum muslim dari jajahan Israel. Tak ada yang lain.

Khatimah

Berharap pada PBB atau Barat untuk membebaskan Palestina adalah fatamorgana. Sebab, sebagaimana yang selama ini kita tahu, mereka hanya bisa mengecam. Membawa Israel ke Mahkamah Militer Internasional pun juga sia-sia. Karena Amerika akan segera memveto dan menyelamatkan Israel dari hukuman internasional. Untuk itu, Khilafahlah satu-satunya institusi yang dapat menyelamatkan Palestina dari penjajah. Wahai kaum muslim, mari berbondong-bondong bersama menegakkan syariat Islam di muka bumi dengan dakwah. Allahu a’lam bish-shawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Sekularisme Mengoyak Fungsi Keluarga
Next
Susuk
3 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

"Palestina dan kaum muslimin saat ini wajib dan membutuhkan satu institusi yang bisa menjadi tameng dan mengomando mereka untuk berjihad." Namun, hal ini belum juga disadari oleh kaum muslim kebanyakan, terutama para penguasa negeri-negeri muslim itu sendiri.

Siti Komariah
Siti Komariah
1 year ago

Bener, Palestina hanya butuh Khilafah bukan yang lainnya. Walaupun Hamas mampu menyerah dan mampu membuat Israel kocar-kacir, namun kini serangan balasan Israel sungguh kejam.

Saatnya kaum muslim sadar dan bersatu memperjuangkan Tegaknya Junnah Kaum muslim, yakni Khilafah.

Dyah Rini
Dyah Rini
1 year ago

Umat Islam memang tidak layak berharap pada PBB untuk menyelesaikan permasalahan Palestina. AS yang sekutunya Israel mustahil akan memihak palestina. Maka umat Islam harus bersatu berjihad mengusir yahudi laknatuLlah dibawah komando Sang Khalifah.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Betul mbak, tanpa institusi yang kuat dan mandiri, sulit rasanya melihat Palestina merdeka. Israel memang sudah sangat kebablasan. Mereka ini manusia tapi gak ngerti bahasa kemanusiaan.

Sherly
Sherly
1 year ago

Need Khilafah

Akhiri penindasan dan penjajahan terhadap Palestina.

Semoga segera datang pertolongan Allah, tegaknya Khilafah di muka bumi. Iri melihat mereka syahid..

Barakallah, mbak Dwi

Dia dwi arista
Dia dwi arista
Reply to  Sherly
1 year ago

Aamiin

Deena
Deena
1 year ago

Betul! Berharap pd PBB atau Barat jelas sia2. Para pemimpin juga tak berdaya krn takut pd ancaman dan kehilangan kekuasaan. Hanya Khilafah satu-satunya pembebas Palestina dari segala bentuk penjajahan.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Yes betul banget Mba Dia Palestina sangat membutuhkan khilafah satu-satunya tameng yang akan mengentaskan segala derita yang dialaminya. Umat butuh segera bersatu bersama menegakkan Kalamullah

Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago

Semoga bermanfaat

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram