Beralihnya Zimbabwe dari dolar ke ZiG masih membutuhkan penyadaran politik umat untuk bisa bangkit menjadikan peradaban Islam kembali berjaya.
Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Gebrakan baru dilakukan oleh salah satu negara di Afrika, Zimbabwe dengan meluncurkan mata uang baru yang berstandar emas. Sejak kebijakan ini diterapkan pada 5 April, bank-bank di Zimbabwe telah mengonversi mata uang dolar Zimbabwe menjadi ZiG (emas Zimbabwe).
Sebagaimana yang dilansir cnnindonesia.com (1-9-2024), pemerintah Zimbabwe mengonversi mata uang dolar menjadi emas (ZiG) untuk mengurangi ketidakstabilan nilai uang dan hiperinflasi yang mendera negara ini. Inflasi yang mendera negara ini cukup tinggi hingga melampaui 500 persen selama bertahun-tahun. Pada bulan Maret lalu, Zimbabwe mengalami kenaikan harga tahunan hingga 55,3 persen.
Angka ini merupakan angka tertinggi dalam tujuh bulan. Demikian juga pada tahun 2008, Zimbabwe juga mengalami hiperinflasi sehingga menempatkannya sebagai negara pemecah rekor tertinggi di Afrika. Praktis, dolar Zimbabwe kehilangan nilai. Berikutnya, pemerintah beralih ke dolar Amerika Serikat. Sejak saat itu, dolar AS dan mata uang asing lainnya digunakan secara luas di sektor perekonomian.
Namun, kondisi ini pun tidak mengangkat perekonomian di Zimbabwe bahkan makin menurun. Dari sini para pakar berpendapat, perlu adanya mata uang yang stabil untuk memulihkan ekonomi. Emas (ZiG) menjadi pilihan tepat bagi Zimbabwe karena memang mata uang ini memilki nilai yang stabil.
Tanpa Emas (ZiG), Inflasi Sebuah Keniscayaan
Zimbabwe bukan satu-satunya negara yang mengalami inflasi akibat mata uang yang kehilangan nilainya jika berhadapan dengan mata uang negara lain terutama dolar Amerika. Setiap negara yang menggunakan mata uang kertas akan mengalami hal yang sama. Inflasi tidak dapat dikendalikan dengan mata uang kertas tanpa ada sandaran.
Hal ini wajar terjadi karena uang kertas dicetak hanya berdasarkan undang-undang tertentu dalam sebuah negara. Undang-undang inilah yang memberikan kekuatan kepada kertas-kertas uang menjadi nilai tukar. Tidak ada kekuatan hakiki yang menjadikan kertas-kertas itu berharga sebagai mata uang yang mempunyai nilai tetap. Uang kertas tidak ada jaminan tertentu.
Karena itu, ketika negara menghendaki mencetak uang, itu bisa dengan mudah dilakukan. Sehingga yang beredar di tengah masyarakat hanya potongan-potongan kertas yang tak bernilai. Jika uang kertas itu sobek atau terbakar, tidak ada nilainya sama sekali. Kekuatan uang kertas hakikatnya merupakan kekuatan negara yang mengeluarkan serta kekuatan siapa saja yang menggunakannya sebagai mata uang.
Dari sini bisa dipahami, jika sebuah negara mengeluarkan mata uang kertas, sementara posisi negara tersebut di dalam kancah perpolitikan internasional lemah, uang kertas yang dikeluarkan negara itu tidak akan memiliki nilai tukar yang tinggi. Sementara itu, satu negara adidaya yang mengeluarkan uang kertas dan memaksa negara-negara lain menggunakan standar mata uangnya, akan makin menguatkan negara ini. Seperti kondisi Amerika Serikat saat ini yang menetapkan seluruh mata uang dunia harus berstandar pada dolar Amerika.
Selanjutnya, karena tidak ada logam yang menopang mata uang kertas, maka uang kertas bebas di cetak. Jika uang yang beredar di tengah masyarakat lebih banyak dari yang dibutuhkan, bisa terjadi inflasi dan menyebabkan nilai mata uang kertas turun.
Hal ini seperti yang terjadi di Indonesia. Ketika Bank Indonesia memutuskan untuk mengganti mata uang kertas dengan berbagai bentuk dan gambarnya, tidak semua uang yang beredar di masyarakat bisa ditarik dari peredaran. Uang lama tetap beredar, negara pun mengeluarkan uang kertas baru yang tidak ada standar. Uang kertas yang banyak bertebaran di masyarakat, menyebabkan nilai tukarnya melemah. Uang satu juta rupiah hari ini dan tahun 90-an memiliki kekuatan yang berbeda sebagai alat tukar. Daya beli pun menurun terhadap mata uang yang beredar hari ini.
Emas (ZiG), Pilihan Terbaik
Pilihan Zimbabwe beralih pada mata uang emas (ZiG) perlu diapresiasi. Setidaknya Zimbabwe selangkah lebih maju dibandingkan dengan negara-negara yang masih bertahan dengan sistem mata uang kertas yang tak ada jaminannya sama sekali.
Mata uang logam emas yang telah digunakan bahkan sebelum Islam datang, membuktikan bahwa logam ini memiliki nilai tukar tetap dan stabil. Dunia secara keseluruhan pernah menerapkan sistem mata uang emas hingga Perang Dunia I. Fakta ini menunjukkan sistem mata uang emas bersifat internasional, bisa digunakan dalam ekspor dan impor. Kurs mata uang emas dibandingkan dengan mata uang negara lain akan bersifat tetap. Hal ini akan mendorong peningkatan perdagangan internasional karena harga relatif tetap dan terjangkau semua negara.
Keuntungan penggunaan sistem mata uang emas juga akan dirasakan oleh negara yang menggunakannya. Negara akan menjaga sumber daya alam emasnya untuk kepentingan dalam negeri. Negara tidak akan melepaskan emasnya dengan mudah kepada pihak asing, juga tidak akan membuat perjanjian untuk mengeksploitasi emas di negaranya hingga puluhan tahun. Hal ini tidak akan terjadi seperti di negara kita saat ini. Pasalnya, negara memerlukan emas untuk menopang mata uang di dalam negeri.
Bank-bank pusat di suatu negara yang menggunakan sistem mata uang emas juga tidak akan memperluas percetakan uang-uang kertas tanpa dijamin dengan emas yang ada di dalam negeri. Hal ini mencegah beredarnya mata uang yang banyak di masyarakat sehingga mampu mencegah laju inflasi, bahkan tidak ada sama sekali.
Emas, Mata Uang Negara Islam
Berkaitan dengan mata uang, Islam telah menetapkannya berdasarakan hukum syarak. Dalam masalah ini tidak ada ranah musyawarah. Hal ini tampak pada beberapa hukum Islam yang berkaitan dengan penimbunan harta, hukum diat (denda/tebusan), kewajiban zakat, hukum tentang pertukaran mata uang hingga ketetapan Rasulullah tentang emas dan perak sebagai mata uang.
Baca: zimbabwe-hiperinflasi-koin-emas-jadi-solusi/
Sebagaimana yang disampaikan dalam kitab Nidhomul Iqtishadi fil Islam karangan Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, Rasulullah telah menetapkan standar uang dalam bentuk uqyah, dirham, daniq, qirath, mitsqal, dan dinar yang disandarkan pada emas dan perak. Rasululah telah menetapkan berat emas dan perak tersebut dengan timbangan penduduk Makkah, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan An-Nasai dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda:
“Timbangan tersebut adalah timbangan penduduk Makkah.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i)
Atas dasar ini, maka uang berdasarkan kedudukannya sebagai satuan alat tukar dan jenisnya merupakan ketetapan yang berhubungan dan selalu terikat dengan hukum syarak. Standar moneter dalam negara Islam juga menggunakan emas dan perak.
ZiG dan Kebangkitan Umat
Dengan beralihnya Zimbabwe dari dolar ke ZiG menunjukkan umat makin sadar bahwa mata uang yang stabil dan tidak menimbulkan masalah ekonomi hanyalah emas dan perak. Terlebih mata uang ini juga berkaitan dengan hukum syarak bukan sekadar pendapat atau musyawarah. Kesadaran ini jika dibarengi dengan kesadaran politik akan mengantarkan kepada kebangkitan umat yang sesungguhnya. Pasalnya, kesadaran ekonomi saja tidak mampu membawa kebangkitan hakiki pada diri umat.
Umat harus digerakkan karena pemikirannya akan kewajiban menerapkan Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Bukan sekadar adanya untung rugi dalam kehidupan, sebagaimana adanya keuntungan ketika menggunakan standar emas dan perak dalam kebijakan moneter negara.
Dengan melihat kondisi Zimbabwe dan dunia hari ini yang masih enggan bergeser dari sistem kapitalisme menuju sistem Islam, maka perjuangan untuk mengembalikan Islam sebagai sebuah peradaban gemilang masih membutuhkan waktu, meski kita senantiasa berharap nasrullah akan segera datang.
Khatimah
Beralihnya Zimbabwe dari dolar ke ZiG perlu diapresiasi meski masih membutuhkan penyadaran politik umat untuk bisa bangkit menjadikan peradaban Islam kembali berjaya sebagaimana pada masa Rasulullah dan penggantinya. Kondisi ini tak akan berjalan lama karena tanda-tanda kehancuran kapitalisme telah tampak nyata. Semoga Allah segera menurunkan pertolongan-Nya.
Wallahualam bissawab.[]
Jazakillah khoir tim NP sudah menayangkan artikel ini