Kebebasan berpendapat dan berekspresi menjadi alasan dan kekuatan individu maupun kelompok yang ada di Swedia untuk melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an.
Oleh. Nur Hajrah MS
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pelanggaran data, hal inilah yang tengah diributkan Swedia. Otoritas Swedia sendiri menuduh Iran sebagai dalang atas ribuan pesan teks yang dikirim ke seluruh penjuru Swedia. Di mana isi pesan tersebut menyerukan balas dendam terhadap aksi pembakaran Al-Qur'an yang sering terjadi di Swedia khususnya pada 2023.
Walaupun Iran sendiri belum menanggapi atas tuduhan tersebut. Namun, Badan Keamanan Dalam Negeri Swedia (SAPO) meyakini bahwa beredarnya ribuan pesan teks tersebut adalah ulah Korps Garda Revolusi Iran (IRGC). (Republika.com, 25-9-2024)
Aksi penistaan agama terhadap umat Islam memang kerap kali terjadi di Swedia. Mulai dari penghinaan terhadap Rasulullah saw., kaum muslim sering mendapat perlakuan diskriminatif, mencoret-coret masjid, bahkan sampai menginjak-injak dan membakar Al-Qur'an.
Walaupun perbuatan mereka itu menuai kecaman dari negara-negara mayoritas muslim, bahkan Swedia terancam krisis diplomatik, produk-produk Swedia diboikot, penyerangan terhadap kedutaan Swedia, hingga keamanan warga negara Swedia yang berada di luar negeri pun ikut terancam.
Sayangnya, itu semua tidak memberi pengaruh bagi pemerintah Swedia untuk menghentikan setiap aksi penistaan agama terhadap umat muslim di Swedia, khususnya aksi pembakaran Al-Qur'an yang kerap kali terjadi di Swedia.
Liberalisme Dalang Islamofobia Swedia
Swedia sendiri dikenal sebagai negara paling toleran, menjunjung tinggi HAM dan demokrasi. Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan Swedia begitu diskriminatif terhadap umat Islam di sana? Bahkan, mereka sering kali melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an yang membuat umat Islam di seluruh dunia menjadi geram atas perbuatan tersebut.
Tidak dapat dimungkiri, kebebasan berpendapat dan berekspresi menjadi alasan dan kekuatan individu maupun kelompok yang ada di Swedia untuk melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an. Padahal perbuatan tersebut adalah sikap tidak terpuji dan salah satu tindakan ujaran kebencian yang seharusnya tidak dilakukan oleh mereka, karena negara Swedia terkenal akan toleransinya, menjunjung tinggi HAM dan demokrasi.
Para pihak keamanan dan pemerintahan di Swedia pun hanya bisa diam tanpa ada tindakan untuk menyelesaikan persoalan ini. Mereka justru malah mengeluarkan pernyataan yang seolah-olah tidak mau turun tangan menyelesaikan persoalan tersebut. Menurut mereka, selama para demonstran tidak melakukan aksi yang merugikan, seperti merusak fasilitas negara, serta mengancam keselamatan nasional, maka mereka bebas melakukan aksinya, termasuk melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an.
Pemimpin negara-negara Islam hanya berani mengecam atas aksi tersebut. Namun, sebatas mengecam tidaklah memberikan efek jera terhadap Swedia. Buktinya, penistaan agama terhadap umat Islam di Swedia masih sering kali terjadi.
Islamofobia Meracuni Masyarakat
Sungguh mengkhawatirkan penampakan suatu negara yang telah menerapkan paham sekularisme liberal. Di mana peran agama dijauhkan dari segala lini kehidupan, serta kebebasan berpendapat dan berekspresi begitu diagungkan. Sehingga, tidaklah heran jika aksi pembakaran Al-Qur'an kerap kali terjadi di Swedia, karena penduduknya diberi kebebasan untuk menyampaikan aspirasinya serta tidak adanya aturan yang melarang aksi tidak terpuji tersebut.
Perlakuan diskriminatif terhadap umat Islam di Swedia pun sering kali terjadi. Namun pemerintah maupun pihak keamanan tidak bisa mencegah atau menghentikannya, mereka dibiarkan atas dasar kebebasan berpendapat dan berekspresi. Ya, ini adalah islamofobia. Senjata imperialis Barat yang berhasil meracuni pemikiran penduduk Swedia.
Islamofobia sendiri adalah suatu ketakutan atau kebencian dan prasangka yang buruk terhadap Islam. Senjata imperialis Barat inilah yang digaungkan untuk menyebarkan ujaran kebencian, agar melemahkan persatuan umat Islam di seluruh dunia untuk tidak bersatu.
Lihatlah, senjata ini pun berhasil menyerang pemikiran umat agar tidak bersatu. Buktinya, begitu banyak negara-negara muslim yang ada di dunia ini, tak ada satu pun negara yang bersikap tegas dan memberikan efek jera terhadap Swedia. Mereka hanya berani menghardik tetapi tak berani untuk bertindak.
Profesor Komaruddin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), pernah mengatakan bahwa aksi pembakaran Al-Qur'an yang kerap kali terjadi di Swedia seharusnya tidak perlu ditanggapi dengan amarah, karena setiap negara dan penduduknya memiliki kepercayaan keagamaan yang khas dan berbeda, termasuk di Swedia.
Selain itu, mereka juga tidak tahu dan paham akan isi Al-Qur'an, sehingga wajar jika mereka melakukan tindakan tidak terpuji tersebut. Perbuatan mereka cukup dibalas dengan prestasi peradaban dan keilmuan dan atau lewat seni.
Lawan Para Penista
Sebagai umat Islam, seharusnya tidak boleh diam membiarkan setiap aksi penista agama Islam di mana pun itu terjadi. Umat Islam berhak marah dan melawan para penista agama. Justru karena mereka tidak tahu akan isi Al-Qur'an, seharusnya sebagai umat Islam harus berani memperkenalkan bagaimana Islam sesungguhnya, agar para islamofobia tidak memperlakukan Al-Qur'an seperti buku bacaan biasa dan menistakan agama Islam.
Jika umat Islam hanya melawan dengan mengandalkan prestasi, bukankah mereka yang tak beragama pun bisa berprestasi dan layak mendapat apresiasi? Bahkan petinju legendaris Muhammad Ali, dia seorang muslim berprestasi pun tak luput dari perlakuan diskriminatif dari para islamofobia, padahal ia sangat berprestasi.
Kasus penistaan agama semakin marak terjadi, tidak hanya di Swedia, bahkan di beberapa negara yang mayoritas Islam pun kerap kali terjadi penistaan agama seperti Indonesia. Ini membuktikan bahwa persatuan umat Islam saat ini semakin lemah. Umat Islam tersebar di berbagai negara, tetapi mereka bagaikan buih di lautan. Jumlahnya sangat banyak. Namun, mereka begitu lemah.
Mereka tidak bisa bersatu karena tidak adanya wadah sebagai tempat untuk mengadu dan tidak adanya perisai sebagai tempat berlindung. Para pemimpin di negara-negara muslim pun hanya sebatas mengecam tanpa ada tindakan yang memberikan efek jera terhadap para penista agama khususnya di Swedia.
Baca: Lagi-Lagi Swedia Bikin Murka
Umat Butuh Khilafah
Sudah saatnya umat bersatu dalam naungan Khilafah. Karena dalam naungan Daulah Khilafah tidak akan ada yang berani menistakan agama Islam dan bersikap diskriminatif terhadap umat Islam. Apa pun bentuk penistaan agama Islam, jika pelakunya dari golongan kafir zimi, maka ia akan mendapatkan hukuman yang berat bahkan bisa dihukum mati. Namun, bila pelaku penista agama Islam dari golongan kafir harbi, maka Khalifah tidak akan segan-segan menyatakan perang dengannya. Sedangkan jika pelaku penista agama Islam adalah seorang muslim, maka ia dianggap telah keluar dari agama Islam dan khalifah tidak akan segan-segan membunuhnya.
Untuk itulah, sebagai umat Islam sudah saatnya untuk bersatu dalam naungan Daulah Khilafah Islamiah dan berani maju sebagai pejuang untuk menolong agama Allah.
Allah Swt. berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (TQS. Muhammad ayat 7)
Maka, aksi balas dendam terhadap Swedia sudah menjadi kewajiban umat Islam, karena Swedia telah berani mengolok-olok agama Islam. Namun, aksi balas dendam tersebut tidak boleh dilakukan oleh individu atau kelompok. Akan tetapi, sebagai umat Islam haruslah tetap bersatu dan Daulah Khilafah Islamiahlah yang akan menjadi junnah atau perisai umat untuk melawan para penista agama.
Wallahu a'lam bish-shawab. []
Penistaan menjamur, tak terelakkan karena tidak adanya penerapan syariat Islam sebagai aturan yang jelas dan tegas.
Kalau diibaratkan alat... Maka Khilafah akan menggebuk siapa saja yang menghina Islam... Jadi satu-satunya jalan hanya tegaknya Islam secara kaffah
Berdalih kebebasan untuk menistakan agama, khususnya Islam merupakan buah dari sekularisme liberalisme.
Para pembenci akan terus menistakan Islam selama dunia masih berada dalam kungkungan sistem yang sekuler.
Hanya dengan adanya khilafah, Islam akan terjaga kemuliaannya. Khilafah menjadi garda terdepan dalam menjaga agama dengan segenap kekuatan yang dimiliki.
Ya Allah umat Islam masih terus terzalimi. Umat Islam harus bersatu dan mesti terus bersatu merapatkan barisan demi menyambut kemenangan yang Allah janjikan. Sungguh rugi jika umat Islam tak mau bersatu. Sebaik-baik janji adalah janji Allah Swt.
Sayang kaum Muslim masih terpecah belah hanya karena hal sepele. Ngomong khilafah masiiih saja ada yang mempersekusi
Membayangkan kesedihan Rasulullah dengan apa yang menimpa umat hari ini. Sudah tercerai berai hingga tak mampu melawan kezaliman da penistaan pada Islam. Hilangnya kepemimpinan di tengah umat adalah penyebab utamanya.
Penistaan agama kerap terjadi di mana-mana, maka seharusnya umat sadar akan urgensi adanya junnah dalam hal ini adalah Khilafah.
Penistaan terhadap agama Islam harusnya membuat kaum muslim bersatu. Bukan hanya sebatas kecaman.