Dengan tersedianya air bersih, sanitasi yang bagus, dan lingkungan yang sehat akan membantu masyarakat dalam mencegah timbulnya penyakit yang berbahaya seperti kolera.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Wabah kolera tengah melanda Republik Demokratik Kongo (RDK). UNICEF melaporkan, terdapat 31.342 kasus kolera antara bulan Januari-Juli 2023. Akibatnya, 230 orang telah meninggal dunia dalam tujuh bulan terakhir.
Wilayah yang penduduknya paling banyak tertular kolera adalah Provinsi Kivu Utara. Lebih dari 21.400 kasus dicurigai atau dikonfirmasi sebagai kolera. Di antara mereka terdapat anak-anak di bawah usia lima tahun yang jumlahnya lebih dari 8.000 jiwa (Cnnindonesia.com, 19/8/2023).
Wabah Lama
Bukan sekali ini RDK dilanda wabah kolera. Pada tahun 2017, di negara yang mendapat julukan "Perang Dunia Afrika" itu juga telah terjadi wabah yang sama. Saat itu, kolera menyebar hingga ke ibu kota RDK, Kinshasa. Menurut WHO, sebanyak 55.000 orang terserang bakteri kolera. Setidaknya 1.100 orang meninggal dunia akibat wabah tersebut.
Meskipun telah menelan banyak korban, tampaknya upaya penanganan yang dilakukan belum maksimal. Wabah yang disebabkan oleh sanitasi yang buruk itu kembali muncul pada tahun ini. Jika tidak ditangani secara serius, wabah ini dikhawatirkan akan menyebar ke seluruh Afrika. Hal itu diungkapkan oleh Shameza Abdulla, Koordinator Darurat Senior UNICEF DRC.https://narasipost.com/motivasi/07/2023/ketika-air-begitu-berharga/
Kekhawatiran Shameza tidak berlebihan. Pasalnya, di beberapa negara juga telah terjadi wabah yang sama. Afrika Selatan telah melaporkan terjadinya kematian akibat kolera yang pertama pada bulan Februari 2023. Hingga Mei 2023, tercatat telah terjadi kasus kematian akibat kolera sebanyak 10 kasus.
Kolera juga telah mewabah di Kamerun sejak Oktober 2021. Hingga Juni 2023 jumlah warga yang terjangkit kolera telah mencapai 1.868. Sebanyak 426 orang telah meninggal dunia akibat wabah ini (Antaranews.com, 23/6/2023).
Bahkan, UNICEF melaporkan bahwa kolera telah mewabah di Afrika Timur dan Afrika Selatan. Sebanyak 11 negara telah melaporkan kasus kolera di wilayah mereka. Jumlah yang terinfeksi telah mencapai 67.822 orang dengan 1.788 kasus kematian. Angka yang sebenarnya diperkirakan lebih tinggi dari yang dilaporkan.
Bukti Kegagalan Kapitalisme Global
Kolera merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Bakteri ini akan menyebar melalui air yang terkontaminasi. Mereka yang diserang bakteri ini biasanya tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi. Mereka akan mengalami diare yang hebat sehingga mengalami dehidrasi. Jika tidak segera ditangani, penyakit ini akan membawa akibat yang fatal hanya dalam hitungan jam.
Oleh karena itu, wilayah yang sedang dilanda peperangan, bencana alam, serta kemiskinan, berisiko tinggi terjangkit wabah ini. Hal itu karena mereka yang tinggal di sana terpaksa hidup dalam lingkungan yang padat penduduk dan sanitasi yang buruk.
Penyakit ini banyak menimpa masyarakat wilayah Afrika, Asia Tenggara, serta Haiti. Di wilayah-wilayah tersebut memang sering terjadi peperangan. Hal itu diperparah dengan kemiskinan yang membelit hidup mereka. Akibatnya, rakyat terpaksa tinggal berdesakan di kamp-kamp pengungsian, tanpa sanitasi yang memadai.
Hal itu diperparah dengan kurangnya air bersih. Air keran yang biasa diminum oleh masyarakat sebenarnya sudah tidak layak dikonsumsi. Airnya sudah terkontaminasi sehingga berbau tidak sedap dan berwarna kehijauan. Kurangnya fasilitas kebersihan membuat banyak yang buang air besar di sembarang tempat.
Padahal, negara-negara itu sebenarnya kaya sumber daya alam, mulai dari mineral hingga flora dan fauna. Misalnya RDK yang kaya akan mineral. Cadangan mineral di negara itu diperkirakan mencapai 24 triliun dolar AS. RDK memasok 70% kobalt dunia. Bahan tambang ini merupakan komponen penting dalam pembuatan baterai lithium-ion. RDK juga menjadi penghasil tembaga yang berkadar tinggi. Masih banyak lagi mineral dan kekayaan alam lainnya.
Meskipun kaya akan sumber daya alam, rakyat RDK termasuk yang termiskin di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan alam yang mereka miliki belum memberikan kesejahteraan bagi mereka. Kekayaan alam itu justru menjadi sumber bencana bagi negara pemilik hutan hujan terbesar kedua di dunia itu. Pemerintah hanya fokus pada peningkatan ekspor di sektor ini. Ketika harga tembaga anjlok pada tahun 1975 karena anjloknya harga minyak mentah dunia, mereka pun mencari bantuan ke IMF. IMF pun memberi bantuan dengan syarat pemerintah RDK harus melakukan privatisasi dan menarik investor asing. RDK yang saat itu dipimpin oleh Mobutu Sese Seko pun fokus pada pertumbuhan ekonomi.
Kondisi RDK makin parah ketika Joseph Kabila menggantikan Mobutu. Kabila yang mengajukan keringanan utang ke IMF harus meloloskan Kode Pertambangan baru. Kode Pertambangan ini makin memudahkan izin pertambangan. Akibatnya, terjadi tumpang tindih antara izin pertambangan dengan sertifikat hutan dan kepemilikan lahan pertanian. Hal ini menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan kerusakan alam yang luar biasa.https://narasipost.com/opini/08/2021/konflik-sosial-mewabah-di-tengah-wabah/
Inilah gambaran jahatnya kapitalisme. Para pengembannya hanya memikirkan keuntungan materi. Tidak ada sedikit pun nilai-nilai kemanusiaan. Negara-negara yang membutuhkan bantuan justru dijerat dengan utang berbunga besar. Utang yang tidak pernah mampu mereka lunasi.
Politik Ekonomi Islam Mewujudkan Kesejahteraan
Sistem Islam akan menerapkan politik ekonomi yang berbeda. Di dalamnya terdapat konsep harta milik umum, pribadi, dan negara. Harta milik umum adalah hak seluruh rakyat. Yang termasuk harta milik umum adalah air, padang rumput, dan api. Oleh karena itu, air laut, air sungai, dan mata air termasuk harta milik umum. Demikian pula dengan hutan, bahan tambang yang jumlahnya besar, serta listrik.
Harta milik umum ini tidak boleh dikuasai swasta, apalagi swasta asing. Harta itu akan dikelola oleh negara. Hasilnya untuk kepentingan masyarakat, baik dibagikan dalam bentuk uang, produknya, maupun digunakan untuk penyediaan fasilitas umum yang dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu fasilitas umum yang dapat didanai dari sini adalah penyediaan layanan kesehatan.
Secara global, layanan kesehatan terdiri dari tiga aspek. Pertama, membudayakan hidup bersih dan sehat. Misalnya menjaga kebersihan dan kesucian, berpuasa, makan dan minum secukupnya, dan sebagainya. Tersedianya air bersih merupakan satu hal yang sangat penting dalam menjaga kesucian dan kebersihan. Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Imam Muslim,
الطَّهُوْرُ شَطْرُ الْإِيْمَانِ
Artinya: "Kesucian itu merupakan separuh iman."
Kedua, memajukan ilmu serta teknologi di bidang kesehatan. Negara akan mendukung riset di bidang kedokteran. Hal ini dilakukan untuk mendukung layanan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan).
Dengan dilakukannya riset ini, akan ditemukan obat bagi berbagai penyakit sekaligus cara melakukan pencegahannya. Semangat untuk melakukan riset ini dilandasi oleh sabda Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Abu Dawud,
إِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ
Artinya: "Sesungguhnya Allah taala menurunkan penyakit dan obatnya. Allah juga menjadikan bagi setiap penyakit itu ada obatnya."
Oleh karena itu, pada masa keemasan Islam, banyak ilmuwan muslim yang melakukan penelitian. Mereka kemudian menemukan cara pengobatan dan pencegahan berbagai penyakit serta berbagai alat medis. Misalnya, Ammar bin Ali Al-Mawsili yang menemukan jarum hipodermis pada tahun 1.000 Masehi. Dengan menggunakan jarum itu, dapat dilakukan bedah katarak pada mata.
Ketiga, menyediakan infrastruktur serta fasilitas kesehatan. Sampah sering menjadi permasalahan di masyarakat. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadi sumber penyakit. Pengelolaan sampah tidak dapat dilakukan secara maksimal oleh individu. Oleh karena itu, Khilafah pun membangun sistem pengelolaan sampah agar tercipta lingkungan yang baik untuk kesehatan. Inilah yang dipelopori oleh Qusta ibnu Luqa, Ibnu Al-Jazzar, Al-Masihi, dan Ar-Razi pada abad 9-10 Masehi.
Pada abad Pertengahan, rumah sakit didirikan di hampir semua kota. Rumah sakit ini didirikan untuk memberi layanan kesehatan kepada masyarakat, bukan untuk mengambil keuntungan dari para pasien. Pada waktu itu, di Kairo terdapat Rumah Sakit Qalaqun yang mampu menampung hingga 8.000 pasien. Rumah sakit ini bukan hanya untuk mengobati sakit fisik, tetapi juga sakit jiwa. Rumah sakit ini juga menjadi tempat melakukan riset dan sebagai universitas.
Dengan tersedianya air bersih, sanitasi yang bagus, dan lingkungan yang sehat akan membantu masyarakat dalam mencegah timbulnya penyakit yang berbahaya seperti kolera. Ditambah keberadaan rumah sakit serta tenaga kesehatan yang profesional akan memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Inilah yang akan dilakukan oleh penguasa yang menerapkan sistem Islam. Akidah Islam yang tertanam dalam dada akan senantiasa mengarahkan mereka untuk taat kepada Allah Swt. Mereka akan menjalankan amanah sebagai penguasa sebaik-baiknya dengan menerapkan aturan Islam di semua lini kehidupan. Kesejahteraan pun akan terwujud karenanya.
Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.[]
Dengan SDA melimpah, seharusnya membuat Afrika sejahtera dan terjamin kesehatannya. Tetapi lagi-lagi sistem kufur kapitalisme merebut semuanya tanpa sisa. Saatnya Islam mengembalikan segalanya untuk kepentingan umat.
Semoga umat Islam segera menyadari hal ini. Aamiin.
Inilah petaka sebuah negara yang tidak menjadikan kesehatan sebagai prioritas. Bukan hanya terjadi di Afrika, tetapi di negeri ini pun terjadi, di mana kesehatan bukanlah kebutuhan dasar yang harus diwujudkan oleh negara. Kapitalisme memang miris ...
Bukan hanya urusan kesehatan. Bisa dikatakan, semua kebutuhan rakyat harus mereka urus sendiri.
Wabah yang berulang. Harusnya penguasa di sana peka dengan kondisi tersebut. Tapi yaa beginilah jika penguasa masih menerapkan sistem kapitalisme, berharap penguasa me-riayah umat hanya mimpi di siang bolong.
Ya, karena mereka tidak memahami beratnya amanah sebagai penguasa.
Innalillahi wa innailahi rojiuun.. dalam kapitalisme pelayanan kesehatan harus dibayar mahal. Alhasil, kolera semaiin merebak, terutama di negera negara miskin seperti Afrika., berbeda dengan Islam yang menganggap nyawa dan kesehatan setiap individu sangat berharga.
Ya mbak, karena semua harus mendatangkan uang. Jadi, urusan kesehatan pun dikomersilkan.