Syahidnya Haniyah adalah titik balik perjuangan umat, insyaallah. Umat akan bangkit dan kembali menjadi singa yang ditakuti musuh-musuh Allah.
Oleh. Nay Beiskara
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Allah yang memberi kehidupan dan Allah pula yang memberi kematian. Dan Allah Maha Mengetahui segala tindakan. Jika seorang pemimpin pergi, yang lain akan bangkit."
(Ismail Haniyah, Sang Martir Revolusi)
Syahidnya Ismail Haniyah, pemimpin biro politik Hamas, laksana petir bagi rakyat Palestina dan meninggalkan duka mendalam bagi kaum muslim dunia. Detik.com (01-08-2024) melansir, Petinggi Hamas ini syahid usai serangan udara yang dilancarkan entitas penjajah Yahudi pada Rabu (31-07-2024) di Teheran, Iran. Sebelumnya, ia sempat menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30-7). Ia bersama pengawal pribadinya, Wasam Abu Shaaban, tengah berada di kediamannya selama berada di Iran, kala sebuah rudal mematikan menghantam keduanya.
Namun, Kompas.tv (02-08-2024) sebagaimana dilansir dari The New York Times mengungkap penyebab tewasnya Ismail Haniyah karena adanya bom yang memang telah diletakkan di penginapannya dua bulan sebelum kedatangannya. Diduga bom tersebut dipicu dari jarak jauh, yakni dari luar negara Iran, setelah keberadaannya terkonfirmasi. Wafatnya Ismail Haniyah menambah deretan syahidnya orang terpenting di Hamas.
Iran yang merupakan sekutu utama Hamas merespons keras serangan ini dan memastikan mereka tidak akan tinggal diam. Khomenei sendiri akan mempersiapkan hukuman yang keras karena Zionis telah membunuh tamu kehormatannya di negeri mereka. Di sisi lain, Pakar Hukum Hikmahanto Juwana menilai, kematian Ismail Haniyah ini dapat memperburuk situasi di Timur Tengah dan juga berpotensi membuka perang terbuka antara Iran dan Israel.
Namun, pertanyaannya apakah dengan syahidnya pemimpin Hamas ini, perjuangan seluruh rakyat Palestina akan berhenti?
Syahid: Titik Balik Perjuangan
Jika seorang pemimpin pergi, maka yang lain akan bangkit. Pernyataan Ismail Haniyah ini benar adanya. Musuh mengira bahwa meninggalnya pemimpin kaum muslim akan membuat mereka menjadi patah semangat dan putus harapan. Tetapi, sekali-kali tidak, bahkan momen wafatnya seorang pemimpin akan menjadi titik balik perjuangan yang lebih dahsyat dari sebelumnya. Seorang pemimpin boleh pergi, tetapi yang lain akan segera menggantikannya dengan strategi yang lebih hebat lagi. Syahid satu, tumbuh seribu.
Ismail Haniyah rahimahullah pernah berkata, "Ruh kami, darah kami, keluarga dan anak-anak kami, serta rumah kami adalah tebusan untuk Al-Quds dan Al-Aqsa!" Dengan lantangnya beliau pun pernah menyampaikan bahwa darahnya tidak lebih berharga daripada darah anak-anak Palestina yang telah mendahuluinya. Dengan darah para martir itulah, cahaya harapan dan fondasi masa depan yang terbebas dari penjajahan tercipta. Darah yang sama pula menjadikan rakyat Palestina lebih teguh dalam prinsip dan keterikatan pada tanah airnya. Masyaallah.
Kematian Ismail Haniyah memang menjadi duka mendalam bagi rakyat Palestina. Tetapi, inilah yang selama ini diinginkannya, meraih kemenangan atau mati syahid dalam perjuangan. Ingatlah apa yang telah Allah Swt. firmankan pada kita dalam surah Ali Imran ayat 169, "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki." Ismail Haniyah rahimahullah, raganya memang telah tiada dan lisannya pun tidak mampu lagi berkata-kata. Tetapi, visi dan misi perjuangannya dalam membebaskan tanah jihad Palestina tetap hidup dan terus menggema hingga bumi Para Nabi tersebut dibebaskan oleh tangan para generasi penerus Islam, cucu-cucu Sholahuddin, sepeninggalnya.
Syahidnya Haniyah adalah titik balik perjuangan umat, insyaallah. Umat akan bangkit dan kembali menjadi singa yang ditakuti musuh-musuh Allah.
Estafet Kepemimpinan: Sebuah Keniscayaan
Peristiwa Muktah menjadi bukti niscayanya sebuah estafet kepemimpinan. Kala tiga panglima perang pemberani berupaya sekuat tenaga memegang amanah Rasulullah saw. dalam Ghazwatul Jaisyil 'Umara (Perang Pasukan Para Pemimpin). “Bila Zaid terbunuh, maka Ja’far bin Abi Thâlib yang menggantikan. Dan bila Ja’far terbunuh, maka Abdullâh bin Rawâhah yang menggantikan”. Inilah pesan Rasulullah saw. yang memberikan kabar gembira dengan syahidnya tiga pemimpin pasukan yang ditunjuk.
Jumlah pasukan musuh yang berkali-kali lipat awalnya membuat gentar pasukan kaum muslimin. Tetapi, salah satu pemimpin dari tiga pemimpin, Abdullah ibn Rawahah, kemudian menggelorakan semangat dengan meneriakkan, "Wahai kaum muslim, apa yang kalian takutkan adalah sesuatu yang kalian kejar selama ini, yaitu mati syahid. Kita memerangi mereka bukan karena jumlah maupun kekuatan kita. Tetapi, kita memerangi mereka karena agama Islam yang dengannya Allâh memuliakan kita. Berangkatlah! Yang ada hanyalah satu dari dua kebaikan; kemenangan atau mati syahid!”
https://narasipost.com/world-news/08/2024/serangan-israel-dan-ambisi-as-di-timur-tengah/
Bara api perjuangan pasukan muslim pun menyala mendengarnya. Mereka terjun ke kancah peperangan dengan gagah berani. Hingga akhirnya satu persatu pemimpin pilihan Rasulullah saw. mati syahid. Satu hal yang harus diingat, melihat pemimpinnya berguguran, kaum muslim tidak patah semangat. Mereka bersepakat mengangkat Saifullah Khalid ibn Walid sebagai panglima perang menggantikan ketiganya. Di tangan pemimpin yang baru inilah, kemenangan akhirnya mampu diraih kaum muslim. Begitulah estafet kepemimpinan dalam medan perjuangan, Allah pergilirkan.
Nasihat Abdullah ibn Rawahah yang menggelorakan semangat pasukan muslim merupakan nasihat yang kurang lebih sama dengan yang disampaikan oleh Ismail Haniyah. Inilah yang amat diimpikan selama hidupnya. Begitu pula dengan rakyat Palestina yang tengah bersiap untuk menang atau mati syahid. Sungguh para martir revolusi telah memenuhi janjinya kepada Allah dan membeli dunianya dengan imbalan surga. “Mereka semua ditampakkan kepadaku sedang berada di atas dipan-dipan emas seperti dalam mimpi…" (HR. Bukhari & Muslim).
Wallahua'lam bishshowwab. []
Benar. Syahidnya para pemimpin perjuangan justru merupakan pemantik lahirnya para pejuang2 baru...
MasyaaAllah.. puncak tertinggi dari perjuangan adalah dengan mati syahid...