Fokus utama untuk menyelamatkan Palestina adalah mewujudkan sang imam terlebih dahulu dengan penegakan Khilafah Islam
Oleh.Puput Ariantika, S.T.
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pembantaian fajar di Masjid Tabiin, Gaza oleh Israel terungkap. Kebiadaban itu dilakukan dengan melepaskan tiga bom dengan bobot masing-masing 907 kg saat masyarakat Gaza salat subuh. Diperkirakan jumlah korban meninggal sebanyak 100 orang dari total keseluruhan sebanyak 250 orang dan sisanya mengalami luka parah. Lingkungan kompleks Sekolah Tabiin dipenuhi oleh jenazah dengan bagian tubuh korban yang tercerai-berai dan sulit untuk dikenali, padahal sekolah itu adalah tempat pengungsian warga sipil yang tidak memiliki senjata apa pun. Namun, pembantaian sengaja dilakukan dengan alasan bahwa sekolah itu telah dijadikan sebagai pusat komando Hamas. (Republika.co.id, 10 Agustus 2024
Otoritas Palestina mengutuk pembantaian yang dilakukan oleh penjajah Israel. Mereka menyerukan kepada Israel agar segera menghentikan serangan terhadap warga sipil Palestina, mengingat bahwa pembantaian itu telah dilakukan selama 10 bulan di Jalur Gaza. Kejahatan yang terus berlanjut, menegaskan upaya penjajah untuk memusnahkan rakyat Palestina. Ditambah lagi bahwa Amerika turut dalam mendukung penjajahan itu dengan mengumumkan bahwa Amerika telah memberikan 3,5 juta miliar dolar AS dan lebih dari 100.000 bom dan rudal untuk Israel sejak awal perang. (NusantaraPost, 11 Agustus 2024)
Alasan yang sama dikemukakan oleh Israel terhadap pembantaian di Sekolah Tabiin, Gaza, yaitu karena ingin memerangi Hamas. Butakah mata dunia hari ini untuk melihat kebohongan Israel? Seluruh wilayah Palestina telah hancur dan tidak ada tempat yang aman untuk bernaung. Apakah seluruh warga Palestina adalah Hamas? Atau apakah seluruh wilayah Palestina adalah basecampHamas? Sebegitu ketakutannya Israel terhadap Hamas sampai kamp pengungsian rakyat dijadikan target penyerangan. Alasan yang tidak kreatif untuk menutupi busuknya tujuan mereka agar wilayah itu bersih dari kaum muslim Palestina. Sungguh kondisi Palestina terus bergejolak hingga sekarang meski berita tentang mereka mulai meredup.
Pembantaian yang terus menerus dilakukan oleh Israel dengan bantuan Amerika menunjukkan bahwa musuh-musuh Islam bersekutu untuk melawan kaum muslim. Namun, semua itu tidak disadari oleh kaum muslim di dunia saat ini. Kaum muslim yang tertidur pulas masih percaya bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mampu menyelesaikan konflik Palestina. Mereka buta bahwa Amerika berada di balik nafsu Israel untuk terus menyerang demi menguasai wilayah Palestina. Mereka juga tidak menyadari hingga terus berharap bahwa Amerika akan menghentikan kekejaman Israel terhadap Palestina.
Kapitalisme Merusak Persatuan Kaum Muslim
Kapitalisme telah menjadikan generasi Islam lambat dalam merespons kebenaran dan kezaliman karena pola pikir rusak telah mengakar kuat dalam benak mereka. Kaum muslim telah menjadikan manfaat sebagai standar, yaitu jika ada keuntungan akan dilakukan, sedangkan jika tidak, akan ditinggalkan. Paham nasionalisme telah menghalangi mereka untuk menolong saudaranya sesama muslim. Mereka hanya menjadikan agama sebatas salat, puasa, zakat, dan haji, selain itu, mereka tidak peduli. Mereka hanya memikirkan diri sendiri.
Kondisi kaum muslim diperparah dengan pola pikir para pemimpinnya. Kepengecutan dan cinta dunia membuat mereka menggadaikan diri untuk mengabdi kepada Barat sang pemilik kapitalisme. Mereka sanggup menutup mata dan telinga atas jeritan saudaranya (muslim Palestina) yang meminta pertolongan. Mereka mengatakan bahwa penderitaan Palestina adalah konflik nasional, negara lain tidak boleh turut campur sehingga harus menyerahkan persoalan itu pada organisasi dunia, yaitu PBB.
Pembebasan Kedua Palestina
Pembebasan Palestina yang pertama dilakukan oleh Khalifah kedua umat Islam, yaitu Umar bin Khaththab ra. Pada tahun ke-15 hijriah Khalifah Umar menerima kunci Baitulmaqdis dari Uskup Agung Sapranius dan mereka menyepakati Perjanjian al-Umariah yang salah satu isinya, "Tidak boleh ada satu orang Yahudi pun yang tinggal di daerah Palestina."
Generasi terus berganti hingga posisi umat Islam benar-benar dalam kondisi terpuruk. Kondisi terburuk terjadi ketika tentara salib berhasil merebut Baitulmaqdis dari tangan kaum muslim. Masa itu menjadi alarm terbesar kaum muslim bahwa terjadi kerapuhan di dalam tubuh umat Islam.
Dikutip dari buku yang berjudul Menantikan Sang Pembebas karya DR. Fika Komara, dikatakan bahwa pembantaian terjadi setelah direbutnya Baitulmaqdis oleh tentara Salib hingga memakan korban 40.000 nyawa dalam seminggu. Bahkan para sejarawan menyebutkan koban mencapai 80.000 nyawa baik dari kalangan laki-laki, perempuan, maupun anak-anak Palestina. Darah mereka mengalir sampai mata kaki kuda para pasukan salib.
Penderitaan kaum muslim Palestina disebabkan pada masa itu kekhilafahan mengalami kondisi yang lemah. Kelemahan itu membuahkan kekalahan pada titik terendah kehidupan kaum muslim sehingga Baitulmaqdis berhasil direbut oleh tentara Salib dan membunuh puluhan ribu warga Palestina dalam hitungan hari. Khalifah pada saat itu tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini dikisahkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Ihya' Ulumid-Din yang isinya, para Sultan lebih peduli pada burung peliharaannya daripada rakyat yang mati kelaparan, ulama-ulama yang sibuk berdebat dalam hal remeh dan formalitas belaka, dan ahli sufi yang sibuk mementingkan baju lusuh nan compang-camping, padahal hatinya dipenuhi kenikmatan dunia.
Setelah melewati masa keterpurukan, 50 tahun kemudian barulah kaum muslim berhasil merebut kembali Baitulmaqdis di bawah komando Sultan Salahuddin al-Ayyubi. Namun, perlu disadari bahwa sebelum pembebasan, kondisi umat Islam sama seperti sekarang, tetapi perbedaannya bahwa kala itu kaum muslim masih hidup di bawah kepemimpinan Islam (Khilafah Islam)
Pembebasan Ketiga Palestina
Peristiwa perang Salib yang berhasil merebut Baitulmaqdis dari tangan kaum muslim bukan karena tentara Salib yang hebat, melainkan kondisi kaum muslim yang lemah jauh di bawah standar Islam. Begitu pun dengan kondisi saat ini ketika wilayah Palestina dikuasai oleh Israel dan pembantaian terus terjadi di tanah Gaza, sejatinya itu bukan menunjukkan kehebatan Israel, tetapi lebih kepada kondisi kaum muslim yang lemah dan tertidur.
Kaum muslim yang terpecah belah saat ini menjadi sebab keberanian musuh-musuh Islam untuk terus menyerang kaum muslim. Bahkan mereka tahu kehebatan kaum muslim sulit untuk dikalahkan, kecuali dengan meninabobokannya melalui pemikiran sesat ala musuh yaitu kapitalisme.
Di bawah kapitalisme, penjajahan terhadap Palestina makin menjadi-jadi. Jika pembantaian itu dilakukan dengan kekuatan militer, pembelaan dan perlawanan yang dilakukan adalah dengan kekuatan militer, yaitu melalui jihad fisabilillah. Hari ini untuk ketiga kalinya Palestina harus dibebaskan. Namun, perlu diketahui bahwa pada zaman sekarang jihad tidak bisa dilakukan secara langsung karena ketiadaan seorang imam. Oleh sebab itu, fokus utama untuk menyelamatkan Palestina adalah mewujudkan sang imam terlebih dahulu dengan penegakan Khilafah Islam. Sebagaimana kaidah syarak mengatakan bahwa, "Perkara wajib yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu menjadi wajib." Penunjukan kaidah ini jelas bahwa wajib mewujudkan Khilafah Islam untuk membaiat seorang imam dalam rangka jihad membebaskan Palestina. Wallahua'lam.[]