Inilah wajah kebijakan sekularisme dan liberalisme yang lahir dari Barat. Pada awalnya, ide batil ini dijadikan senjata untuk menjajah bangsa-bangsa yang lemah. Namun saat ini, "anjing" itu telah menggigit tuannya. Sistem bobrok yang mereka agungkan itu telah berbalik menyerang negara sang tuan, yang membidani lahirnya ide sekularisme dan segala ide batil yang keluar dari rahimnya.
Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ekuador adalah sebuah negara wisata yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya. Negara yang dinamai berdasarkan fitur geografis ini dikenal sebagai salah satu negara paling aman di Amerika Latin. Belakangan, mimpi buruk melanda wilayah Ekuador. Perang antargeng narkoba, mayat-mayat digantung di jembatan, kerusuhan di area publik, juga pembunuhan terhadap polisi dan politisi telah mengubah Ekuador menjadi negara yang menakutkan untuk dikunjungi.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, salah satu tokoh publik yang mencalonkan diri sebagai presiden Ekuador yakni Fernando Villavicencio, telah dibunuh secara brutal di hadapan publik. Ia ditembak mati pada Rabu (9/8), sesaat setelah ia menyelesaikan pidato kampanyenya di tengah Kota Quito. (Republika.co.id, 10/8/2023)
Lantas, apa yang mengubah negara yang tadinya damai menjadi wilayah yang mencekam?
Zona Emas Peredaran Narkoba
Secara geografis Ekuador terletak di antara dua wilayah yang memproduksi kokain terbesar di dunia yakni Kolombia dan Peru. Selain itu, lokasinya yang strategis berada di puncak barat Amerika Selatan, menjadikan wilayah Ekuador sebagai tempat transit dan distribusi barang haram tersebut dari Amerika Selatan ke Amerika Tengah, Amerika Serikat, hingga ke berbagai wilayah di Eropa.
Sejak 2016, beberapa wilayah tanpa hukum di Kolombia telah berhasil dikuasai tentara negara. Situasi ini telah menghambat peredaran narkoba di wilayah tersebut, sementara produksi kokain oleh pebisnis narkoba di wilayah itu makin meningkat. Oleh sebab itu, kartel narkoba internasional tertarik untuk mengeksplorasi cara-cara baru, mengirim kokain yang diproduksi di Kolombia ke pembeli di Amerika Serikat dan Eropa, di mana Ekuador adalah pintu baru bagi peredaran barang haram tersebut.https://narasipost.com/teenager/06/2023/the-drugs-mafia-enemy-bagi-dunia/
Sejak saat itu, kartel narkoba terbesar di dunia yakni Kartel Sinaloa dan Generasi Baru Jalisco atau Cartel de Jalisco Nueva Generacion (CJNG) mulai memperluas hegemoninya di wilayah Ekuador. Mereka memanfaatkan geng-geng lokal untuk menyebarkan kokain ke seluruh wilayah Amerika dan Eropa. Akibatnya, geng lokal yang biasanya melakukan kejahatan remeh kini telah berani mengancam para pejabat, bahkan membunuh seorang wali kota saat ia tengah memeriksa pekerjaan publik. Pemimpin geng menerbitkan video mengancam akan membunuh politikus kecuali mereka menuruti kemauannya.
Hal inilah yang dialami oleh Villavicencio sebelum ia ditembak mati saat melangsungkan kampanyenya sebagai calon presiden. Menurut pernyataan penasihat kampanye untuk kandidat tersebut, Patricio Zuquilanda sebelum aksi pembunuhan kandidat tersebut telah menerima tiga ancaman pembunuhan, salah satunya dari pemimpin Kartel Sinaloa Meksiko. Zuquilanda mengatakan bahwa Villavicencio telah melaporkan hal itu ke pihak berwenang dan meminta otoritas internasional untuk mengambil tindakan. Sayangnya, pihak berwenang tak mampu melindungi nyawa Villavicencio hingga kejadian nahas itu menimpanya.
Lemahnya Hukum
Tragedi yang menimpa Villavicencio, sebenarnya adalah satu dari sekian banyak korban keganasan gangster afiliasi kartel narkoba dunia. Secara tidak langsung telah membuka mata kita bahwa sistem sekuler demokrasi yang diagung-agungkan Barat tidak mampu melindungi nyawa manusia. Kolombia dan Peru, khususnya, telah puluhan tahun berusaha untuk membendung peredaran kokain bahkan kepolisian Kolombia secara khusus mendapatkan pelatihan dari AS. Namun, sampai saat ini pihak kepolisian tidak mampu membendung arus penyebaran kokain ke seluruh dunia. Bahkan, geng-geng lokal yang memperdagangkan narkotika secara kecil-kecilan kini telah menjadi lebih internasional setelah bergabung dengan Kartel Sinaloa dan CJNG.
Dari berbagai sumber disebutkan, Kartel Sinaloa dan CGNJ adalah kelompok semi-militer yang berbasis di Meksiko, mereka sangat berbahaya. Dua kelompok yang saling berseteru ini, memiliki perlengkapan militer lengkap, seperti roket, pelontar granat, dan persenjataan berat lainnya. Wajar, jika pihak keamanan Ekuador merasa kewalahan menghadapinya. Terlebih, aparat keamanan Ekuador juga tidak memiliki banyak pengalaman berurusan dengan kartel narkoba bersenjata berat. Apalagi setelah para kriminal ini menyusup ke geng-geng lokal.https://narasipost.com/opini/12/2020/bisnis-narkoba-terus-eksis-ini-permasalahan-ideolagis/
Jika geng-geng lokal ini ditangkap, maka itu bukan akhir masalah. Sebab, transaksi kokain tetap terhubung walaupun para pengedar telah ditangkap. Pada faktanya, kartel-kartel yang bersaing di Ekuador justru merekrut geng lokal saat mereka sedang berada di dalam penjara.Tak jarang bentrokan antargeng dari kartel narkoba yang bersaing pun meletus di sana. Di hadapan para sipir mereka memutilasi orang-orang dalam penjara, memenggal kepala musuh-musuh mereka untuk dipamerkan. Ratusan narapidana tewas dalam tawuran mematikan di penjara Ekuador yang penuh sesak selama beberapa tahun terakhir. Salah satunya pada bulan Juli ini, pembantaian antargeng narkoba terjadi di penjara Guayas di kota barat Guayaquil, setidaknya lima narapidana tewas dan 11 lainnya luka-luka. (inews.id, 24/7/2023)
Parahnya, aksi kriminalitas tidak hanya terjadi antargeng yang sama-sama berstatus narapidana, tetapi juga mengorbankan sipir yang menjaga keamanan penjara. Setidaknya ada 136 penjaga disandera oleh geng narkoba yang menginisiasi beberapa kerusuhan secara simultan di seluruh penjara di wilayah Ekuador. Lalu, dengan menggunakan kekuasaan yang semena-mena para pemimpin geng itu memerintahkan orang-orang di dalam dan di luar penjara untuk melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap menghalangi bisnis mereka. (tempo.co, 12/8/2023)
Walhasil, meskipun banyak pemimpin geng ditangkap dan berada di balik jeruji besi, tak menghalangi para kriminal itu untuk melakukan kejahatan. Hal ini, secara nyata menunjukkan betapa lemahnya sistem sekuler demokrasi dalam membangun basis hukum dan sanksi yang kuat, berdaulat, serta adil. Di hadapan gembong narkoba, sanksi internasional seolah lumpuh. Jangankan untuk menghukum gembong narkoba seperti Sinaloa dan CJNG, membasmi geng lokal saja tak mampu.
Hal ini terjadi karena Ekuador terjebak oleh prinsip politik dan ekonomi ala sekuler kapitalisme. Ideologi rusak ini telah melahirkan paham-paham yang sangat permisif terhadap kebijakan pasar bebas. Sistem ekonomi berbasis liberalisme telah membuka peluang bagi gembong narkoba mengakses lalu lintas perdagangan narkoba di dunia, termasuk Ekuador. Boleh dikatakan, Ekuador terjebak oleh sistem yang mereka agungkan tanpa menyadari bahwa sistem itu adalah akar seluruh kekacauan yang tengah memorak-porandakan kedamaian bangsa yang disebut-sebut paling aman di seluruh Amerika Latin.
Inilah wajah kebijakan sekularisme dan liberalisme yang lahir dari Barat. Pada awalnya ide batil ini dijadikan senjata untuk menjajah bangsa-bangsa yang lemah. Namun saat ini, "anjing" itu telah menggigit tuannya. Sistem bobrok yang mereka agungkan itu telah berbalik menyerang negara sang tuan yang membidani lahirnya ide sekularisme dan segala ide batil yang keluar dari rahimnya.
Cara Islam Membasmi Mafia Narkoba
Saat ini, tak ada otoritas internasional yang benar-benar mampu berhadapan langsung dengan sindikat narkoba kelas dunia, apalagi berhasil membasminya. Di samping karena lemahnya hukum, adanya hubungan mesra antara pengusaha dan penguasa yang korup diduga kuat telah membantu gembong narkoba eksis di dunia. Walhasil, memburu kartel narkoba kelas dunia menjadi sulit, sanksi yang dilahirkan sistem sekularisme tak mampu menyentuh master mind di balik bisnis haram ini.
Oleh karena itu, kita butuh basis militer yang kuat dan mandiri, di mana hubungan luar negeri harus berpijak pada politik perang, melawan kezaliman. Upaya ini wajib dilakukan oleh sebuah negara yang memiliki kedaulatan hukum dan militer secara mutlak, di mana seluruh industri dan persenjataan militer harusnya dikelola secara mandiri oleh negara, demi mewujudkan keamanan dalam negeri dan menghilangkan penjajahan dari musuh-musuh transnasional, termasuk membasmi mafia narkoba kelas dunia.
Seluruh mekanisme perang terhadap narkoba dan para mafia di balik barang haram ini, hanya bisa kita temukan dalam sistem pemerintahan Islam ala Khilafah Islamiah. Berdasarkan fakta empiris, bahkan yuridis terbukti sistem militer yang berlandaskan jihad fisabilillah mampu memerangi segala bentuk kejahatan di dunia, dan membawa umat manusia ke puncak peradaban. Hal ini, karena sistem Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan sunah, mampu menyolusi masalah tanpa membawa masalah baru, hukum diputuskan sesuai fitrah, bahkan sistem sanksi yang bersumber dari syarak terbukti mengandung kemaslahatan bagi umat, dan efek jera bagi si pelaku maksiat.
Oleh karena itu, implementasi syariat Islam secara kaffah wajib didukung oleh institusi negara, sebab negaralah yang memiliki kuasa untuk menegakkan sistem sanksi, juga menjamin seluruh hukum-hukum Islam terlaksana. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 208, "Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh)."
Hanya saja, sebelum menegakkan sistem sanksi dan menyatakan perang terhadap gembong narkoba bersenjata, negara Islam terlebih dahulu menerapkan kebijakan preventif agar warganya terjamin dari pengaruh narkoba, yakni melalui beberapa kebijakan. Pertama, Islam melarang privatisasi dan liberalisasi sektor publik, baik kepada asing atau swasta. Kedua, Islam menetapkan standardisasi perdagangan adalah halal dan haram, bukan permintaan dan penawaran. Ketiga, tidak boleh ada aktivitas ekspor dan impor dengan negara yang terbukti melanggar perjanjian bea dan cukai, khususnya yang berhubungan dengan komoditas haram. Keempat, negara Islam menjamin, seluruh warga memiliki pemahaman yang sama terhadap narkoba, sehingga secara bersama-sama memeranginya.
Inilah cara-cara Islam menuntaskan problem narkoba sampai ke akar, sebelum menyatakan perang terhadap bandar narkoba transnasional, negara wajib memastikan upaya preventif telah dilaksanakan dengan tuntas. Dengan metode ini, dijamin bandar narkoba dunia akan hengkang dari wilayah Islam, bahkan di seluruh muka bumi.
Wallahu a’lam bishawab []
mengerikan sekali Ekuador kini..
Bener banget mbak, padahal tadinya destinasi wisata.
Para kartel narkoba ini sesuai dengan asas ekojomi kapitalisme. Selama masih ada permintaan maka barang akan tetap diproduksi. Tak peduli barang tersebut berbahaya atau tidak memiliki manfaat sama sekali. Itulah kapitalisme dan kecacatannya.
Makanya, senjata makan tuan jadinya. Karena dunia barat, kan sangat mengagungkan kapitalisme ...
Ngeri ya ... kartel-kartel narkoba di Meksiko sangat sadis. Bahkan ada yang memutilasi anak-anak di depan orang tuanya dalam keadaan hidup. Polisi saja tidak berdaya dibuatnya. Kalau begini, rasa aman sudah hilang. Inilah urgensinya penegakan Khilafah saat ini yang akan memberantas semua jenis kejahatan termasuk kartel narkoba.
Persis seperti film-film denga genre thriller yang mereka bikin ya, mbak
Sistem kapitalisme telah membuat malapetaka di seluruh dunia. Narkoba. Salah satunya menjadi kian mengurita. Kasus ekuador kian membuktikan kepada dunia, bahwa kapitalisme tidak mampu memberantas narkoba, justru membuat sebuah negara hancur. Dan benar solusinya hanya pada Islam.
Bener mbak, karena Islam adalah sistem yang langsung diturunkan oleh Allah Swt.